Daddy

6.3K 621 13
                                    

Lintang selesai mandi dan mengeringkan rambutnya yang masih basah. Dia memakai midi dress motif blue stripe dibawah lutut. Rambutnya yang masih basah dibiarkannya mengering alami tanpa hair dryer yang bisa bikin rambutnya kering dan rusak. Lintang  segera keluar kamar ingin menemui Langit Damai yang tadi dia titipkan pada Bagas yang masih asyik bermain dengan kedua anaknya.

Bagas menoleh pada Lintang yang duduk di sofa dekat anak anaknya. Aroma tubuh Lintang tercium olehnya, terasa harum dan lembut. Rambutnya yang basah tergerai dan Lintang nampak cantik, seperti 6 tahun yang lalu. Aah... Bagas menelan ludah kenapa pesona Lintang seakan menyihirnya dan membuatnya enggan mengalihkan pandangannya. Wanita yang pernah menyakiti hatinya dan dibencinya selama 6 tahun terakhir ini merona merah saat mendengar Langit memanggilnya dengan sebutan Daddy.

" Daddy..tangkap bolanya," Langit melemparkan bola pada  Bagas yang sigap menangkap bola itu dan kemudian melemparkannya pada Damai yang berlarian mencoba menangkapnya.

" Daddy? Mengapa mereka memanggilmu Daddy?," tanya Lintang heran.

"Tadi Damai melihat di TV sebuah film yang anaknya memanggilnya Daddy, kemudian dia bilang mau memanggilku Daddy, Langit juga, kedua anak itu kalau sudah ada maunya lucu banget, pipi gembilnya memerah dan matanya mengerjap penuh harap. Jadi aku mengiyakannya, kamu gak marah kan?" Bagas duduk di samping Lintang sambil memandang Langit Damai yang akhirnya main lembar bola berdua sambil tertawa tawa.

"Maaf kalau anak-anakku sudah banyak nyusahin kamu, padahal baru kenal.. ," Lintang menghela nafas mengingat kedua anaknya yang kalau menginginkan sesuatu sangat pandai untuk membujuknya sampai diperbolehkan.

"Susah apanya, aku enggak jadi susah hanya karena mereka memanggilku daddy. Aku malah senang, mungkin di umurku yang ke 33 tahun ini seharusnya aku sudah dipanggil daddy. Sayang gak ada yang mau denganku..yang dulu mau sama aku aja, mengcancel..malang ya jadi aku?" Bagas mengungkit lagi, tapi kali ini diiringi dengan cengiran, tidak sesinis tadi pagi.

"Maaf.. ," Lintang mendesah lirih seakan tau kalau Bagas menyindirnya.

"Tapi aku gak percaya kalau gak pernah ada yang dekat sama kamu..," lanjut Lintang pelan. Lintang tidak mau Bagas selalu mengungkit ungkit kesalahan masa lalunya yang tak kan bisa diubah lagi.

"Saya orangnya susah move on.. "Bagas mengacak-acak rambut Lintang yang mulai kering tertiup angin.

"Mama..kita kapan berenang lagi... ?"rengekan Langit membuyarkan Lintang yang kaget akan kata-kata Bagas.

" Kapan-kapan ya..mama lagi haid, gak bisa ikut nyemplung ke kolam renang," kata Lintang lugas. Walau anak-anaknya tidak paham haid itu apa, tapi kalau Lintang sudah beralasan seperti itu maka artinya mereka belum bisa maen ke kolam renang.

" Damai maunya main di Pantai aja ma, biar bisa bikin sand castle.., " Damai ikut merengek tidak mau kalah.

"Aku maunya kolam renang, " sahut Langit.

"Pantai.."

"Kolam..."

" Pantai.."

" Sudah-sudah..," Lintang melerai kedua anaknya yang masih beradu mulut

"Minggu depan daddy ajakin ke kolam renang yang dekat pantai aja ya kalau gitu.. ," Bagas ikut membujuk keduanya saat melihat Lintang kewalahan membujuk mereka untuk menghentikan perdebatan.

Kedua bocah itu langsung diam dengan mata membulat dan bersorak gembira. " Horeee minggu depan kita ke kolam renang dan pantai..Beneran kan Daddy.. Awas kalau daddy bohong ya.. nanti hidungnya panjang kayak pinokio..," seru kedua anak itu bersautan.

"Iya beneran," Bagas mengacak-acak rambut kedua bocah itu sambil tersenyum.

"Kamu yakin bisa ngajak mereka?" Lintang menoleh ke arah Bagas sambil membuatkan susu pada kedua anaknya ke dalam botol. Iya, walau kedua anaknya sudah 4 tahun, namun masih suka minum susu pakai botol seperti bayi kalau sedang mengantuk. Dan kalau sudah rewel begini biasanya kalau gak kecapekan, mengantuk atau lapar.

"Yakinlah, emang kenapa?"

"Kamu kan baru mengenal mereka, kalau rewel bikin pusing setengah mati lho.., " kata Lintang sambil memberikan susu botol kepada kedua anaknya.

"Kan ngajak mamanya, kamu bisa kan minggu depan kuajak ke Anyer?", Bagas mengelus kepala Langit dan damai yang tiduran di kedua pahanya yang hanya menggenakan celana pendek warna khaki.

" Ehhhm Iya..," Lintang jelas tidak bisa menolak. Apalagi anak-anaknya akan rewel kalau janjinya tidak dipenuhi.

" Nah gitu donk, minggu depan,  kuajak kalian nginep di Anyer, Kamu siapin baju dan perlengkapan renang buat mereka aja. Aku jemput sabtu pagi dan kita menginap disana semalam, jadi mereka bisa main sepuasanya di hari sabtu dan minggu ya..," Lintang segera menunduk saat matanya bertemu dengan kedua mata Bagas yang menatapnya setengah memohon seperti saat kedua anaknya memohon penuh harap bila punya keinginan belum terpenuhi.

Diliriknya kedua anaknya yang ketiduran di kedua paha Bagas, "Kalau pahamu mulai pegel, diturunin aja mereka. Atau biar aku angkat mereka ke kamarnya."

"Enggak pegel kok, atau kamu mau menggantikan mereka tidur disini?"

ups..

******
Thanks for vote and comments..

Waiting for delayed plane 16 Nov 2018

Rumah (Te) TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang