Diam

5.5K 615 6
                                    

Pak Hadi dan Lintang kembali ke ruangan Divisi Akuntansi sambil tersenyum puas.

" Gaes, siang ini kita makan bareng ya, presentasi Lintang tadi bagus banget, sampai dipuji para direksi. Gak nyesel saya ngajak Lintang," kata Pak Hadi. Pak Hadi memang orang yang murah hati dan sangat perhatian sama anak buahnya.

"Waaah keren lo Lin, emang Pak Sam gak nanya-nanya pak?  Kan biasanya pertanyaan beliau bererot, apalagi kalau belum kejawab poinnya, bisa sampai malam tuh meetingnya...," tanya Bimo pada Pak Hadi dengan penasaran sambil menyalami Lintang yang melewati kubikelnya.

"Ya pasti nanyalah, tapi semua dijawab Lintang dengan baik,pas jawabannya, rupanya jawaban Lintang bisa memuaskan boss, sampai saya gak perlu ikut menjawab, udah terjawab sama Lintang.., " kata Pak Hadi mengacungkan jempol sambil menuju ke ruangannya. Sementara Lintang hanya tersenyum.

Lintang tadi sempat grogi saat ditanya Bagas, eh Pak Sam, tapi tampaknya Pak Sam yang hanya terpana saat dia presentasi dan kemudian seakan tak mengenalnya terus memberondong dengan banyak pertanyaan mampu menepis kegrogiannya karena harus segera dijawab. Untungnya dua minggu pertama di kantor ini Lintang bener-bener konsen membantu Mbak Tata menyelesaikan Laporan keuangan konsolidasi Samudera Corp termasuk membuat catatan atas laporan keuangan yang membutuhkan banyak komunikasi dengan anak perusahaan termasuk mengetahui permasalahan dan prestasi masing-masing kantor cabang dan anak perusahaan Samudera Corp.

Siangnya mereka makan bersama di foodcourt di Lantai 2 gedung ini, Samudera Building. Ya, gedung perkantoran berlantai 28 ini milik Samudera Corp yang ternyata milik Bagas. Lintang sudah tahu kalau gedung ini milik Samudera corp, tapi baru tahu kalau ternyata kepemilikan saham Samudera corp ini dikuasai Bagas 49% dan 51% dimiliki ayahnya yang berarti juga milik Bagas karena setahu Lintang, Bagas itu anak satu-satunya Bapak Rahmat Samudera. Dan Lintang baru tahu itu setelah melihat kembali susunan pemilik dan direksi Samudera Corp dalam Laporan keuangan yang dia bikin. Halaman susunan pemegang saham dan dewan direksi dalam laporan keuangan serta informasi umum lainnya memang tidak dipresentasikan dan selama penyusunan laporan keuangan ini dipegang oleh Sheila karena mbak Tata khawatir kalau Sheila memegang akun dan CaLK malah jadi kacau seperti beberapa tahun yang lalu.  Makanya Lintang juga baru menyadari kalau kantor ini milik Bagas, Bagaskara Samudera.

Lintang juga tidak pernah menyangka, karena kemarin saat dirinya ditanya oleh Bagas, dia hanya menjawab kerja di daerah Sudirman. Nampaknya Bagas juga baru mengetahui kalau Lintang bekerja di perusahaannya, terlihat dari kekagetannya sewaktu Lintang tadi presentasi.

Setelah meeting itu, tidak ada komunikasi apapun antara Lintang dan Bagas. Bahkan sampai dengan sore saat pulang. Bagaimana mau komunikasi, Lintang juga gak punya nomor HP Bagas, begitu pula sama Bagas. Kok Lintang rada ngarep. Kejauhan Lin ngarepnya, emang lo siapa, janda anak dua yang pernah menyakiti Bagas. Paling kemarin Bagas juga cuman kasian sama anak anaknya. Duh Lintang menoyor kepalanya saat teringat perkataan Bagas kemarin subuh "Makasih udah mau kuimamin..." yang masih membuatnya hatinya berdesir.

Lintang memasukkan mobilnya di garasi dan ditengoknya rumah Bagas yang masih gelap dan belum ada mobil Range Rover yang biasanya dia pakai karena nampaknya Bagas belum pulang.

Sebagai Direktur Utama, tampaknya Bagas memang selalu pulang malam, tidak seperti Lintang yang sukanya main pulang tenggo. Kadang Lintang pun ijin ke Pak Hadi buat pulang lebih cepet kalau anaknya ada yang sakit atau bi Siti kewalahan kalau si twins bertengkar.

******
"Gaes, coba tebak siapa yang semalam gue lihat di Ocean Resto?" Sheila pagi ini sudah tergopoh-gopoh baru datang ke kantor sambil nggosip.

"Emang siapa Shei?", Bimo yang baru meletakkan tasnya di kubikelnya ikut penasaran. Lintang hanya ikut mendengarkan sambil mengganti sepatunya dengan sendal jepit kalau di kantor, kecuali ada meeting atau harus tugas luar.

"Idola gue laaah, siapa lagi?"

"Idola lo yang mana, idola lo kan banyak Shei...," kata Bimo lugas. Memang Sheila ini banyak mengidolakan cowok cowok kece macam artis atau selebgram walaupun pacarnya banyak.

" Pak Sam, gue liat dia lagi dinner sama Bu Chyntia. Panas gueeee....," Sheila mendatangi kubikel Bimo sambil agak berbisik dan mengipas ngipas tubuhnya.

Jleb..Lintang ikut terkesiap dari kubikelnya.

" Ya biarin aja lah Shei, dari dulu kan memang Bu chyntia itu ngejar-ngejar Pak Sam, wajarlah kalau Pak Sam itu akhirnya jinak dan tertarik sama Bu Chyntia, masih gadis, cantik, model, baik lagi. Daripada jadi jomblo terus, ntar perfeksionisnya makin akut, repot juga kita," Bimo ngeloyor ninggalin Sheila yang manyun mendengar perkataan Bimo.

"Kan gue jadi patah hati Bim, tega lo sama temen sendiri...," Sheila nyusul Bimo ke Pantry buat membuat kopi.

Mereka tak menyadari bahwa percakapan mereka membuat hati Lintang terhempas. Kenapa lo berasa ngenes Lin, pacar bukan, tunangan bukan, bahkan lo dulu pernah ninggalin dia, nyakikitin dia, kalau dia sekarang pilih orang lain yang lebih keren dan layak buat dia, ngapain juga kamu mestu sedih. Emang lo siapa? Pliss deh.... Lintang menghibur diri dan meminum kopi di cangkirnya yang mulai dingin.

Siangnya Lintang makan siang barengan Sheila dan Bimo di kantin. Saat mereka antri lift, Sheila bisik-bisik ke Bimo namun cukup keras sehingga Lintang yang berada di antara Bimo dan Sheila pun ikut dengar. " Bim, Bu Chyntia tuh..," tunjuk Sheila pada sesosok wanita yang cantik, tinggi, putih, sexy. Bimo tak berkomentar karena lift keburu terbuka dan saat mereka masuk lift, wangi Bu Chyntia pun menyebar ke segala penjuru lift. Dilihatnya Bu Chyntia memencet Lantai 20, lantainya Direksi.

Lintang hanya menelan ludah dan merutuki dirinya kenapa hatinya menjadi panas. Oalah Lintang, ngapain pula hatimu jadi panas. Mau ada Chyntia atau enggak, Bagas itu gak bakalan mau sama kamu.

*****

" Lintang, LKnya masih ada berapa? Bu Susi minta dikirimi LK lagi buat direksi kamu antar ya...," perintah Pak Hadi.

"Iya pak," kata Lintang sambil mengganti sepatunya dan mengambil LK di meja Sheila yang sedang pergi sama Bimo meeting akhir minggu dengan Divisi Operasional.

Lintang segera pergi ke lantai 20 ke tempat Bu Susi, sekretaris Pak Sam. Bu Susi ini wanita berumur 40 tahunan yang tegas dan disiplin, kata Bimo dia sudah menjadi sekretaris dari jamannya Pak Rahmat, ayah Bagas. Pastilah dia harus disiplin, Pak Samnya perfeksionis gitu.

Bu Susi sebenarnya wanita yang sangat baik, tapi suka sadis sama cewek-cewek seksi dan gak jelas yang suka mengejar-ngejar Bagas. Chyntia juga termasuk cewek yang tidak disukai Bu Susi, tapi tetep saja cuek PDKT sama Bagas.

Lintang kembali masuk Lift ke ruangannya setelah mengantarkan LK tadi ke Bu Susi yang ramah padanya karena merasa Lintang bukan cewek ganjen yang mau PDKT sama bossnya. Tiba-tiba Bagas ikut masuk lift dan berdiri di samping Lintang. Dia diam saja tidak menegur Lintang  dan hanya tersenyum pada orang-orang di lift sekilas. Bagas memakai baju koko warna putih dan sandal jepit serta membawa sajadah di pundaknya, muka dan rambutnya terlihat basah. Dilihatnya orang-orang di lift juga pada memakai sendal jepit. Rupanya mereka mau sholat jumat di Masjid di bawah. Bener ya kata orang, air wudhu itu bikin ganteng maksimal, eeeh....

******
Please vote and commentnya yaaa, biar D makin semangat nulisnya...jarang-jarang bisa bikin tulisan yang agak panjangan begini..




Rumah (Te) TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang