Penjelasan

7.6K 546 5
                                    

Dont forget Vomentsnya ya guys..

Happy reading

*****

Lintang kembali ke kubikelnya setelah memastikan airmatanya tidak lagi mengucur deras.

"Lin, darimana saja? Dipanggil Pak Hadi," Mba Tata berbisik. Lintang segera menuju ke ruangan Pak Hadi. Gak biasanya Mba Tata minta dengan berbisik kalau bukan masalah penting atau rahasia.

"Oaalah Lin, darimana dari tadi dicariin, kamu dipanggil Pak Sam tuuh.." Pak Hadi langsung mengatakan begitu Lintang nongol di pintunya. Lintang terkejut.

"Gue juga terkejut Lin, emang lo salah apa sama Big Boss? Sampai dipanggil sendiri begini?"

"Hmmmm Saya gak tau pak, sudah dari tadi pak?"

" Dari 30 menit yang lalu, kamu dicari-cari Tata gak ketemu-ketemu. Ditelpon juga gak bisa. Dari mana aja sih?"

"Dari toilet pak, sakit perut saya." Sakit hati juga sih yang lebih parah.

"Ya udah buruan kesana, jangan lupa minta maaf karena kamu telat. Ini berkasnya dibawa kali-kali kamu ditanyain presentasi kemarin." Pak Hadi mengulurkan beberapa dokumen keuangan.

Lintang segera pergi ke Lantai 20 setelah sebelumnya mengambil hpnya. Dia harus profesional, gak boleh menye-menye di depan Bagas.

Di depan ruangan Bagas, Lintang bertemu dengan Bu Susi.

"Pak Sam ada bu? Tadi saya ditelpon diminta menghadap beliau," Lintang bertanya pada wanita paruh baya yang sudah lama jadi sekretarisnya Pak Sam.

"Ada, tapi sedang ada tamu. Tadi saya dipesenin kalau kamu datang langsung disuruh masuk, tapi berhubung kamu gak datang-datang maka tamunya saya minta suruh masuk dulu. Sebentar saya tanya bapaknya." Bu Susi masuk ke ruangan Pak Sam.

"Lintang, kata bapak masuk saja, tamunya juga sudah mau pulang kok"

"Eeehm iya bu, makasih.." Lintang masuk ke ruangan Bagas.

Bagas melihat ke arah Lintang saat Lintang memasuki ruangannya. Dia menatap kedua mata Lintang yang masih sembab dibalik kacamatanya saat Lintang masuk ruangannya.

"Pak Sam panggil saya?" Lintang menyapa Bagas di depan tamunya.

"Oooh ini to, pengantin barunya.. pantesan dari tadi senewen mlulu..lagi nunggu idaman hati abadi rupanya.. Pantesan hidup lo dulu porak poranda ya gas.." Pria di depan Bagas berkomentar saat melihat Lintang datang.

"Ssst... Aldo ini kalau ngomong suka ngaco, gak usah didengerin Lin," Bagas mendorong tubuh Aldo untuk segera keluar ruangannya saat Aldo menyalami Lintang.

"Gue Aldo, teman Bagas dari SMA, saksi mata puluhan wanita yang ditolak cintanya oleh Bagas."

"Saya Lintang," Lintang tersenyum tipis bingung.

"Selamat ya Gas, Lin, gue ikut senang dengan pernikahan kalian, akhirnya Bagas kehilangan keperjakaannya juga, hahahah...," Aldo keluar pintu sambil masih tertawa terbahak-bahak.

"Bapak panggil saya?" Lintang bertanya lagi setelah Aldo keluar dan jengah ditatap Bagas seperti tadi.

"Kenapa wa mas gak dibales, ditelpon gak dijawab?" Bagas menatap tajam ke arah Lintang dan menekankan kata 'Mas', tidak mau dipanggil dengan sebutan 'Bapak'. Kenapa yang marah malah Bagas?
"Loh harusnya Lintang yang nanya Mas, kenapa wa Lintang gak dibalas-balas, kok malah mas yang sewot." Lintang kesal.

"Coba lihat hpmu," Bagas mengambil HP Lintang dalam genggamannya tanpa menunggu jawaban Lintang. Dicobanya hp itu untuk dinyalakan tapi ternyata tak bisa karena baterainya habis.

Rumah (Te) TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang