Baby Sitting

6.3K 661 8
                                    

"Aah.. sepertinya PLN nya datang," Lintang mendengar suara mobil di depan rumah Bagas. Lintang menuju kamar hendak mengambil kedua anaknya.

" Kamu mau kemana?" tanya Bagas yang dari tadi menyimak cerita Lintang dengan sedikit komentar dan tidak sesinis dan menyakitkan seperti semalam.

"Mau ambil Langit dan Damai, takutnya mereka bangun pas saya pulang nungguin petugas PLNnya."

" Kamu tinggal aja mereka di kamar, kasian kalau mereka kebangun trus malah rewel nanti. Kalau mereka bangun nanti saya kasih tahu kamu, " kata Bagas sambil sedikit tersenyum dan memperlihatlan lesung pipit di pipi kirinya. duh kenapa dia terlihat manis sekali . Lintang terpana sejenak.

"Takutnya kamu malah kerepotan kalau mereka tiba tiba rewel.."

" Sudah biasa direpotin sama ibunya, masak direpotin anak anaknya aja gak bisa.." Bagas kembali menyindir Lintang.

" Ya udah kalau boleh nitip,minta tolong kabarin ya kalau mereka bangun. Suka bikin onar kalau mereka bangun soalnya." Lintang mengalihkan perhatian dari kata-kata Bagas barusan yang sempat membuat dadanya kembali mulai bergemuruh.

Lintang segera pulang ke rumahnya. Sambil menunggu petugas memperbaiki Listriknya, Lintang mau memasak nasi goreng buat anak anaknya sekaligus buat Bagas yang telah menolongnya. Baru hari ini Lintang banyak berbicara dengan Bagas. Bahkan saat perjodohan mereka dulu, hanya sekali mereka berbicara berdua yang berakhir dengan cukup menyedihkan.

Akhirnya listrik di rumahnya bisa menyala kembali saat nasi goreng telur mata sapinya sudah matang. Entah kenapa Bagas belum mengabarinya kalau Langit dan Damai bangun. Mungkin mereka masih nyenyak tidur karena semalam sempat rewel.

Lintang berjalan ke rumah Bagas untuk mengambil anak-anaknya pulang. Pintu rumah Bagas ternyata tidak dikunci saat Lintang tadi keluar rumah. Didengarnya gelak tawa anak-anaknya dari ruang TV. Rupanya mereka sudah bangun dan tidak ada yang rewel padahal ini baru jam 7 pagi.

Dilihatnya Langit dan Damai bergantian naik ke punggung Bagas yang berjalan dan mengeluarkan suara seperti sapi yang membuat kedua anaknya tak henti hentinya tertawa tergelak gelak. Lintang melihat mata buah hatinya yang berbinar binar rebutan naik le punggung Bagas hingga Bagas kewalahan dan menggelitik kaki mereka. Sungguh pemandangan minggu pagi yang mencengangkan buat Lintang yang masih berdiri terpaku menatap mereka.

" Mama.. mau ikutan naik sapi kayak Langit Damai gak?" tanya Damai saat melihat amamnya datang. Damai dan Langit selalu menyebut nama mereka digabung, Bukan 'Langit dan Damai', tetapi 'Langit Damai'.

" Nanti sapinya gak kuat, mama kan gendut.., " kata Lintang yang kemudian mendekati sofa di dekat mereka.

" Duuuh sapinya capek nii.. laperrrr.. udah dulu ya, lain kali kita main lagi. Cari makan dulu yuuuk.. ," Ajak Bagas pada Langit Damai yang cemberut karena sapinya kini duduk.

" Mama udah bikinin nasi goreng telur mata sapi lho di rumah.., ayo siapa mau..pulang dulu yuuuk..,"ajak Lintang pada dua anaknya.

" Yaaah mama, yang lapar kan sapinya, masak kami yang disuruh makan?" celetuk Langit kembali enggan meninggalkan rumah Bagas.

" Ya udah sapinya diajak sarapan juga yuk ke rumah..," ajak Lintang pada Bagas denganenyebutnya sapi.

Bagas terkekeh, "yuuuk biar sapinya bisa makan mata sapi, hahaaha... ," Langit Damai ikut tertawa terbahak bahak.

Lintang segera menggandeng Langit pulang menuju rumahnya. Sementara Damai yang masih menggelayut manja di lengan diangkat ke pundak Bagas dengan diikuti tawa Damai yang berderai-derai.

Lintang yang melihat hal tersebut ikut tersenyum karena sudah lama tidak melihat anak perempuannya itu tertawa lepas. Kemudian Lintang menunduk saat dia menyadari bahwa Bagas memandangnya sambil tersenyum penuh arti. Dan memang Bagas terlihat tampan. ups..

Kasih vote dan komen yaaa..
Sorry kalau banyak Typo, nulisnya sambil nunggu early morning flight yang delay 2 jam

Rumah (Te) TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang