Matahari

4.7K 183 2
                                    

Setengah jam telah berlalu, sekarang saatnya moment of truth, anak-anak dipanggil satu persatu untuk bertanya perihal gambar masing-masing.

"Husni tolong maju," seketika itu Husni maju ke depan, dan duduk di samping Bu Tutti.

Sambil menjulurkan tangannya, Bu Tutti berkata, "Coba ibu lihat gambar Husni."

Husni menyerahkan kertas miliknya dengan percaya diri, "Ini Bu."

Setelah melihat sebentar dan agak bingung, Bu Tutti bertanya "Husni ini gambar apa?"

Husni menjawab dengan suara pelan namun cepat, "Ini gambar Ibu Tutti."

Penuh heran dan sedikit kaget, Bu Tutti bertanya. "Loh, memangnya wajah Bu Guru seperti itu kuning bulat itu ? Bukannya itu matahari."

Husni menjawab. "Karena ibu seperti matahari untuk Husni, selalu ada di setiap pagi Husni."

Dengan pipi merona Bu Tutti berkata, "Hayiih, bisa-bisanya, emangnya siapa yang mengajari kamu seperti itu?" Dalam hati, Bu Tutti terkesan sekaligus penasaran dengan siapa yang telah membuat anak kecil bisa untuk metafora seperti itu.

Lalu Husni menjawab, "Ayah Bu, Ibu juga dapat salam dari ayah."

Kini alis Bu Tutti mendadak mengkerut, karena Bu Tutti tau Husni itu anak terakhir, bahkan kakak pertamanya saja sudah menikah dan memiliki anak.

Dengan senyum yang tidak simetris Bu Tutti menjawab, "Terima kasih ya Husni, kamu boleh duduk."

Setelah Husni duduk di kursi nya Bu Tutti berdiri, "Andra!"

Andra berjalan dengan menunduk ke sebelah Bu Tutti. Tanpa melihat wajah Bu Tutti Andra menyerahkan kertasnya "Ini Bu."

Bu Tutti mengambilnya dan melihat gambar yang Andra berikan, ternyata botol dan bintang itu jauh dari kata selesai, di sana terdapat juga Ibu Andra yang sedang duduk di sebelah botol, seperti meninggalkan pesan yang jelas.

Bu Tutti sedikit ragu untuk bertanya, namun Bu Tutti tidak pantas untuk berasumsi macam-macam, lalu dia bertanya, "Ini siapa Andra, lagi minum apa?"

Andra menjawab, "Ini Ibu, sedang minum jamu pahit Bu."

Bu Tutti berpikir wah Ibu Andra ternyata peminum, tetapi kenapa jamu pahit? Pahit, jangan-jangan Andra pernah minum?

Lalu Bu Tutti bertanya, "Andra pernah minum jamunya ?" Andra menjawab, "Pernah Bu, rasanya pahit, Andra tidak suka, kata Ibu kalo orang yang sakit rasa jamunya jadi manis."

Mendadak Bu Tutti hanya menatap kosong kertas itu. Dengan wajah lesu dan kasihan Bu Tutti berkata, "Terima kasih nak."

Dan tibalah saatnya pulang sekolah, kebanyakan siswa akan di jemput entah oleh supir, kakek ataupun ibunya, tetapi jika memang pihak orang tua tidak sempat jemput tepat waktu, dari pihak sekolah disediakan ruang tunggu bagi siswa.

Ruang tunggu ini sangat nyaman karena memang disiapkan untuk para siswa supaya betah berlama-lama, namun sepertinya yang membuat tempat itu menjadi nyaman bukanlah sekolah tetapi orang tua siswa, semakin lambat orang tua menjemput semakin nyaman ruangan ini.

Jam tangan menunjukkan pukul tiga sore, Bu Tutti dengan rambut terurai dan kaos hitam bergambar tengkorak, pergi ke ruang tunggu siswa.

Guru-guru yang lain menegur Bu Tutti karena muridnya masih ada di ruang tunggu siswa sampai jam 5 sore, dan menjadi tanggung jawab Wali kelas jika masih ada murid yang berada di lingkungan sekolah.

Wewe Gombel [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang