Kuntilanak

3.2K 149 3
                                    

Suasana kelas hampir penuh dan anak-anak sedang khusyuk memainkan pensil warnanya, kelas sudah berjalan setengah jam, tetapi kursi dan meja Andra masih belum berpenghuni.

Ingin Bu Tutti lupakan ke hilang-an Andra di kelas dan bersikap seperti biasa, namun semakin ia bersikeras untuk melupakan semakin juga ia memikirkannya.

Dalam benak Bu Tutti berkata, ini adalah salahku sendiri, sehingga menjadi terlalu berpihak pada satu murid dan semua kesulitan ini terjadi.

Bu Tutti hanya bisa berjalan berkeliling kelas dengan tatapan kosong, dia tidak melihat apa yang murid-muridnya luangkan ke kertas gambar yang seharusnya ia lakukan.

Tiba-tiba ada suara yang begitu keras dari pintu kelas, semua mata dan perhatian menuju ke depan, dan ternyata di sana tergeletak Andra yang baru saja terjatuh semua isi tasnya tercecer, kotak pensil, buku, sampai kotak makan siang pun jatuh berhamburan.

Seisi kelas tertawa keras, kecuali Bu Tutti, ia begitu kaget karena sedang asik bengong.

Andra malu, di matanya terlihat ia menahan hujan untuk tidak turun, namun Bu Tutti dengan cepat menghampiri dan menolongnya, seperti kesedihannya terbagi Andra kuat berdiri dan kini matanya pun cerah kembali.

Andra dibimbing ke tempat duduknya, hanya untuk memastikan jika tidak ada masalah serius di kecelakaan tadi.

"Andra Keluarkan peralatan menggambarnya ya tema gambar kita..." Bu Tutti tiba-tiba menghentikan perkataannya di wajahnya tersirat sebuah ragu, "... temanya keluarga."

Penuh cemas dalam benak Bu Tutti berkata, semoga Andra memiliki memori indah dengan keluarga, jika tidak ada memori indah, apakah anak sekecil ini mampu untuk membuka lukanya yang Ratna goreskan.

"Iya Bu," jawab Andra pelan, dengan nada yang sedikit goyang karena sisa tangisan tadi.

Dilihatnya Andra semangat sekali memainkan pensilnya tanpa ada sedikit ragu, dengan itu membuat Bu Tutti sedikit lega dan bisa berkeliling kembali, Bu Tutti merasa bersalah kepada anak-anak yang lain, karena terlalu fokus pada Andra.

Bu Tutti berkeliling kebelakang, ia melihat anaknya menggambar manusia lidi yang bertuliskan ayah, ibu, dini. tepat seperti yang ada di belakang mobil.

Berjalan sedikit dilihat gambar wajah yang penuh coretan, badan yang sangat besar, rambut putih dari kertas seorang murid, dalam benak ia berpikir, jangan-jangan kuntilanak obesitas, dengan penuh kecurigaan lalu Bu Tutti bertanya, "Ini siapa Yudi?".
"Ini nenek, Bu," jawab Yudi santai.

Bu Tutti melanjutkan berjalan, tiba-tiba ada sebuah pensil berwarna merah jatuh yang gelinding ke kaki, di ambil pensil itu lalu diberikan ke anak yang berada didepan.

"Ini Rino, kamu harus selalu menaruh pensil warna ketempat semula, biar tidak jatuh dan mudah di ambil," Bu Tutti berkata sambil sedikit melirik kertas gambarnya, ternyata gambar seekor anjing.

***

Waktu menggambar pun akhirnya selesai, saatnya murid dipanggil satu persatu untuk memberikan penjelasan apa yang telah mereka tuang di 30 menit terakhir ini.

"Radit sini nak," dengan suara keras Bu Tutti mencoba memanggil murid yang duduk di pojok belakang.

Radit maju dengan pesat, lalu duduk di samping kursi yang disediakan Bu Tutti sambil memberikan kertasnya kepada Bu Tutti, terlihat di kertas sebuah pesawat besar dan awan-awan biru disekelilingnya.

"Radit kenapa gambar pesawat, kan temanya keluarga?" tanya Bu Tutti lembut.

"Ini gambar ayah Bu, ayah Radit kan pilot." jawab Radit dengan lembut mengikuti Bu Tutti.

"Oh, Kamu mau.. tidak jadi pilot, seperti ayah?"

"Mau Bu, ayah sering ajak aku pergi naik pesawat, nanti kata ayah mau hantar Radit sekolah naik pesawat ."

"Nanti ajak Ibu ya, klo kamu kesini naik pesawat, biar pak Rosid penjaga sekolah yang parkir pesawat ayah Radit..." Bu Tutti berkata sambil sedikit tertawa, "...Radit boleh duduk lagi."

"Andra sini nak," Bu Tutti berkata sambil mengangkat tangannya seraya mengajak Andra ke depan.

Andra duduk sambil merunduk, dan memberikan kertasnya ke Bu Tutti.

Di sana tergambarkan seorang anak kecil yang duduk di kursi, dengan pakaian tidurnya dan dibelakangnya terdapat seorang wanita dengan rambut yang terurai kesemua arah, begitu acak-acakan dan wajah yang begitu putih, kaki, tangan semua putih, wanita itu tersenyum sedikit terlihat giginya yang lagi-lagi berwarna putih.

Bu Tutti hanya bisa terdiam melihatnya, yang ia takutkan terjadi, Andra yang banyak bekas luka di badannya, kini lukanya menyebar ke mentalnya.

Walau begitu, sebagai seorang guru, Bu Tutti haruslah masuk ke dunia anak, harus mencoba memahami pikiran Andra, Bu Tutti bertanya dengan suara halus, "Andra ini gambar siapa?"

"Ini gambar Andra dengan Mama Bu," jawab Andra pelan.

Mendengar jawaban Andra Bu Tutti lega, pasalnya ini adalah Mama seorang Ibu yaitu Ratna, jika memang ini adalah Ratna, dia terpikirkan untuk mencabut laporannya di kepolisian, namun demi tidak terjadi salah paham, Bu Tutti bertanya lagi.

"Ini Mama Andra? Ibu Ratna," Bu Tutti bertanya sambil melihat wajah Andra.

"Bukan," jawab Andra sambil menggelengkan kepala.

Dengan penuh penasaran Bu Tutti bertanya, "Lalu siapa?"

"Bu Peri, penjaga Andra" jawab Andra, dengan percaya diri.

"Bu perinya ada di mana ?" lanjut Bu Tutti.

"Di kamar Andra Bu, tinggal di lemari baju."

Bu Tutti kaget dengan jawaban Andra, apakah Andra tidak punya kerabat lagi, sehingga haruslah Peri yang Andra gambar, ingin sekali Bu Tutti menjawab bahwa peri itu tidak ada, namun Bu Tutti takut Andra akan berhenti bicara masalah ini karena merasa ia dianggap sebagai pembohong.

"Ya udah, Andra duduk ya sayang," dengan sedikit senyum palsu dan tatapan kosong Bu Tutti berkata.

Pikiran Bu Tutti tidak lagi tentang, terdapat seribu kemungkinan yang lalu lalang tentang siapa itu Ibu Peri, yang ia tahu, bahwa Peri ini bukanlah Ratna. Kini kepalanya sedikit pusing.

Aku harus segera bertemu Elis!, dalam hati Bu Tutti berkata.

Wewe Gombel [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang