Ayo

3.1K 142 1
                                    

Waktu telah menunjukkan tengah malam entah pukul berapa, dan lagi Andra terbangun saat ini, bangun tengah malam bagaikan sudah menjadi kebiasaan baginya.

Ia duduk di atas kasur, dengan pandangan kosong, badannya penuh keringat, cuaca ruangan memang panas saat itu.

Tiba-tiba dari belakang ada yang merangkul Andra, "Selamat pagi, Andra... hihi" dengan ketawanya yang khas mama menyapa Andra, dengan sedikit mengejek, karena Andra sudah bangun tengah malam lagi.

Andra tidak sedikit pun kaget, ia merasakan ada bagian hatinya yang hilang, tetapi entah apa dan mengapa, mungkin perasaannya telah mati rasa atau mungkin pikirannya yang memang masih perlu pemanasan.

"Tap, kena kamu, hayo kejar aku." Mama baru saja menepuk pundak Andra sambil memasang wajah centil dan sesekali memiringkan kepalanya.

Andra pun hanya diam, lalu tiba-tiba ia melompat ke arah Mama, dengan cekatan Mama cepat lebih dulu menghindar dari cengkraman Andra, bagai belut licin.

"Uee, enggak kena, ayo kejar," dengan gaya Mama yang sok centil sambil menjauh dari Andra.

Andra langsung mengejar Mama, dan dengan sigap Mama lari keluar kamar, masuk ke dalam dapur, berputar di sofa, lalu masuk ke kamar lagi, Andra berlari dengan ketawa lepas di lihat wajahnya yang berseri, matanya yang menjadi sedikit sipit dan giginya kuning yang terbuka, suasana begitu gaduh, bunyi dentuman di dalam rumah pun bisa terdengar di tetangga sekitar, khusunya tetangga bawah rumah.

Lalu Mama dengan sengaja menjulurkan tangannya ke dinding saat berlari, hingga frame photo yang di dinding pun jatuh, menambah bunyi gaduh, Andra kaget melihat kelakuan Mama. Ia berhenti dan menatap kosong.

Lantas Mama pun berhenti tepat di depan lemari tua berwarna coklat, tempat semua koleksi berharga Ratna, diambil vas bunga cantik bergambar wanita anggun Tiongkok yang menari dengan selendang merah jambu dan berkata pada Andra, "Ini, banting saja, ini punya Ratna, biar dia sedih... Hihihi," sambil menjulurkan vas bunga.

Andra pun diam seketika, lalu diambilnya vas bunga itu, angkat vas-nya tinggi-tinggi, dia banting dengan perasaan kesal dan marah pada Ratna yang bisa terlihat di wajahnya menyeringai.

Vas itu terjatuh ke lantai dengan keras, tercecer semua potongan ke ubin, Andra begitu senang dan tertawa, kini ia bisa merasakan nikmatnya balas dendam, hati yang tadi kosong kini terisi oleh api yang membara.

Lalu Mama pun mengambil hiasan kepala Budha berwarna emas, di banting keras-keras, sambil berkata, "Ayo kita hancurkan semua kesayangan Ratna... Hihihi."

Tanpa ragu, Andra berlari ke lemari coklat tepat dimana Mama berdiri, jika di mimpi jangan tanggung-tanggung, mari kita senang sesenang senangnya, pikirannya yang menggebu-gebu beriringan dengan langkah kakinya.

Andra ambil sesuatu yang bisa di raih dengan tangannya ke lemari coklat, didapat suatu buku masakan makanan tradisional, lalu dirobek dengan penuh amarah, amarahnya tidak mampu mengoyak kertas kualitas bagus itu, lalu disobek lagi berulang kali, dan akhirnya berhasil terkoyak, dengan penuh kesal Andra membanting ke lantai lalu menginjak injak kegirangan.

Mama hanya bisa tersenyum menyeringai melihat Andra yang sedang tertawa sambil menginjak buku Ratna, dirasa saatnya, Mama beraksi ia mengambil frame foto yang sedang terbalik, saat diambil dan dilihat Ratna dengan baju formal kerja begitu rapi dan anggun yang memangku Andra lebih kecil lagi dengan jas hitam dan dasi kupu-kupu, berdua begitu serasi dengan tema formalnya.

Dengan nada tinggi Mama berkata, "Ratna sial..." terlihat alisnya yang marah, "...mampus kau!" di banting frame itu ke lantai dengan keras, sehingga kaca-nya yang berdebu berhamburan ke luar.

Andra melihat foto yang tanpa kaca itu, dia tidak ingat kapan foto itu diambil, sambil bengong sehabis melihat Mama teriak, ia merasa kasihan dengan Mama, melebihi rasa kasihan pada dirinya sendiri, beginilah anak kecil yang begitu mudah memaafkan.

Lalu dengan cepat Andra pergi ke televisi flat 42 inch berada di atas meja, yang di samping televisi itu masih tersisa botol alkohol milik Ratna, Andra dorong televisi itu, namun tidak jatuh juga, lalu ia mencoba lebih keras, dan miring lah televisi itu. Ketika televisi hendak jatuh tangan Mama menghalaunya dengan berkata, "Jangan yang Mama juga suka nonton... hihi." dengan ketawanya yang menyeringai.

Setelah berbuat gaduh beberapa jam, mereka lelah, mereka kembali ke kamar Andra, tidak tau apa yang akan dilakukan, yang pasti mereka hari ini sungguh senang.

Wewe Gombel [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang