Unknown Location

2.9K 154 8
                                    

"In two hundred meter turn right."

Mobil Bu Tutti berjalan lambat di wilayah komplek, saat langit diselimuti cahaya merona dan jingga, sesekali Bu Tutti melihat ke atas dan terpesona.

Sekarang sudah pukul tiga, tadi diperjalanan lancar jaya, jalan tol pun sedikit mobil yang lalu lalang, mungkin karena bukan jam pulang kerja.

"Turn right."

Bu Tutti membelokan mobilnya ke kanan mengikuti arahan dari google map, di sebelah kanan dan kiri hanya ada rumah yang berdempetan.

Dirinya fokusnya memutar-mutar google map untuk mencari rumah Murni, tiba-tiba dengan perasaan terpejat diinjaklah pedal rem, badannya terhentak ke depan, dengan mata yang terbuka dan keringat di wajah. Dengan kesal ia memencet klakson dengan penuh tenaga.

"Anak-anak sial."

Setelah menunggu beberapa saat, setelah anak-anak yang bermain itu berlari ke pinggir jalan. Bu Tutti melanjutkan perjalanannya, dalam hati ia berkata, jangan sampai gara-gara Andra gw masuk penjara.

"You reached your destination," terdengar suara dari smartphone.

Dengan sedikit lega, Bu Tutti mencari kesebelas kiri dan kanan nomor rumah yang biasa terpasang di atas pintu, nomor 20.

dilihat dengan teliti sebelah kanan agak samar-samar berbentuk seperti angka yang dimaksud, lantas mem-parkir-kan mobilnya, lalu keluar dan menuju pintu rumah.

Di ketoknya pintu rumah itu, kira-kira rumah bersubsidi dengan cat tembok putih yang sudah sedikit coklat.

"Permisi," Bu Tutti berkata sambil mengetok pintu.

"Iya, sebentar" terdengar sahutan dari dalam rumah.

Lalu terbuka pintu itu dari dalam, terlihat wanita paruh baya dengan badan yang agak besar dan rambut hitam namun banyak putihnya yang diikat.

"Ada apa ya ?" tanya wanita tua itu.

"Maaf saya sedang mencari yang bernama Murni Bu," Bu Tutti menjawab.

"Ada apa ya neng ?"

"Perkenalkan saya Tutti, Gurunya Andra, ingin bertanya tentang Andra, boleh?"

"Oh Andra, saya sendiri yang namanya Murni, yuk masuk neng."

Bu Tutti masuk ke dalam rumah Murni, lebih tepatnya Mbah Murni, temboknya sudah banyak yang retak, beberapa ditutupi dengan bingkai foto keluarga, terdapat pula TV tabung dan lemari tempat menyimpan hiasan-hiasan piring dan cangkir.

"Silahkan duduk neng," sambil berjalan ke arah dapur.

Bu Tutti duduk di kursi jati dengan busa yang tak lagi empuk dan kainnya banyak yang sobek.

Selagi menunggu Mbah Murni Bu Tutti membuka ponselnya lalu mengirim pesan ke Pak Rosid penjaga sekolah apakah Andra sudah pulang sekolah.

Lalu datang Mbah Murni dengan teh manis dan diletakan di atas meja.

"Ada apa dengan Andra neng? sudah lama saya tidak melihat Andra," tanya Mbah Murni sambil merapihkan posisi duduknya.

"Begini Bu, saya Gurunya Andra, kesini karena saya ingin lebih tahu tentang Andra dan juga keluarganya, karena saat ini saya sering lihat Andra memiliki banyak bekas luka yang berganti-ganti di badannya."

Bu Tutti melihat Mbah Murni yang tetap diam, sehingga ia lanjutkan ceritanya.

"Saat ini saya sering menjemput Andra pulang sekolah, karena sampai waktu sore ia tidak ada yang jemput."

Wewe Gombel [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang