Selamat

3.3K 133 0
                                    

Pagi hari tepatnya pukul 8, udara begitu menyegarkan, rumput-rumput pun masih menunduk, namun berbeda dengan keadaan di sekolah, ruang kepala sekolah tepatnya.

"Tapi pak, yang saya lakukan kan benar tapi, kenapa bapak seolah-olah membuat saya ini bersalah." dengan nada yang sedikit tinggi Bu Tutti berkata dengan matanya yang sedikit berlinang.

"Kamu tidak salah, tetapi kamu harus paham, jika kamu kalah pada kasus ini nama sekolah lah yang terdampak, jika itu terjadi semua staf dan guru-guru akan menderita karena calon murid akan berkurang," Kepala Sekolah menjawab nada menyaingi Bu Tutti.

"Jika saya yang menang bagaimana?, saya yakin saya pasti menang," tanya Bu Tutti kembali.

"Jika kamu memang, tetap sekolah tidak akan untung, karena sekolah di liat dari prestasi anak-anaknya bukan jumlah kasus yang di menangkannya..." jawab Kepala Sekolah dengan penuh kehati-hatian, "Sekolah ini akan berada di posisi netral, ini adalah urusan anda."

Bu Tutti menangis, kecewa dengan keadaan yang katanya pendidik, tetapi hanya diam saat muridnya menderita, mungkin tanggung jawab bukanlah kepada kepada murid-muridnya tetapi kepada orangtuanya agar aman bekerja.

Kepala sekolah hanya bisa melihat Bu Tutti yang menutupi matanya, menampung air yang jatuh dengan kedua tangannya, walau begitu air tetap mengalir jatuh di sela-sela jarinya.

Setelah beberapa lama, mata air kini telah surut, dengan rasa menyesal kepala sekolah berkata, "Maafkan saya nak, di bawah saya terdapat puluhan keluarga, ratusan orang, rasanya tidak adil bagi mereka."

"Saya tetap tidak akan menarik laporan saya di kepolisian, saya bukanlah kalian yang pengecut." dijawab Bu Tutti dengan rasa yang meledak-ledak.

Tringgg !!!

Bel sekolah telah memanggil, seakan ini adalah kesempatan untuk mereka berpisah, Bu Tutti segera beranjak berdiri untuk masuk ke kelasnya.

"Ibu tunggu dulu, silahkan duduk kembali..." kata Kepala Sekolah dengan muka datar, "Mohon maaf Bu Tutti, ibu ngajar aja seperti biasa ya, tidak perlu khawatir, tetapi urusan ini akan saya bawa ke yayasan, saya tidak bisa memberi jawaban secepatnya."

Bu Tutti terpaksa untuk mendengarnya, walau dalam hati ia tak terima perlakuan sekolah yang tak adil.

Wewe Gombel [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang