Makan

3.2K 145 1
                                    

Andra pergi sekolah seperti biasa, pipi merahnya pun kini berubah menjadi merah jambu, tidak begitu kontras dengan pipinya yang tembem dan putih itu.

Paginya seperti biasa, mimpi indah seperti memberi hari lebih cerah, semua makanan kotor dan piring-piring di atas meja kembali seperti semula, karena ini memang mimpi ujarnya.

****

Bel pulang pun berbunyi Bu Tutti buru-buru untuk keluar dari sekolah, kini sekolah bukanlah tempat yang aman baginya, setiap kali ia masuk ke ruang guru, semua guru memandangi dia disertai bisik-bisik kepada guru yang lain, lebih baik gw keluar dari pada disini terus penuh toxic ujarnya.

Disaat menuju arah parkir mobil, Andra mencoba untuk menyapa Bu Tutti, namun dengan cepatnya Bu Tutti lewat begitu saja tanpa menghiraukan Andra.

Mungkin ini salahku sehingga Bu Tutti berantem dengan Ibu, pikir Andra.

Saat itu Andra merasa bersalah dan gulana, anak sekecil itu tidak bisa menghiraukan perasaan orang lain kepadanya.

Akhirnya Andra pergi menuju ruang tunggu siswa, menunggu ibunya untuk menjemputnya kembali, hanya itu satu-satunya harapan Andra untuk pulang, kecuali untuk berjalan, ia belum pernah lakukan itu.

Satu persatu siswa yang lain telah di ajak pulang oleh orang kesayangannya.
Tersisa Andra yang masih gelisah dirinya akan pulang sendiri.

Waktu menunjukkan pukul 3, penjaga di ruang siswa pun sudah mulai rapih-rapih, namun tanda-tanda Andra akan di jemput masih hilang.

Tak menunggu lama galaunya Andra pun terjawab kini ia melihat sosok wanita yang datang menghampiri ruang tunggu siswa.

Tanpa basa-basi Ratna mendatangi Andra dan berkata, "Ayo, pulang,"  di barengi dengan muka datarnya.

Andra pun hanya bisa menunduk dan mengikutinya pulang, walau dalam hati Andra berasa lega, tetapi dengan sikap Ibunya yang seperti menjauhinya, Andra menjadi anak yang kurang ekspresif.

Hari ini Ratna pulang cepat, ternyata laporan kekerasan dari Bu Tutti sudah diproses oleh pihak kepolisian.

Ratna pun mau tidak mau harus ijin pulang awal, untuk memenuhi pemeriksaan, dalam hati ia penuh amarah kenapa seorang Ibu, seorang wanita, seorang yatim piatu harus hidup semalang ini.

Kini mereka sudah sampai rumah, Andra langsung pergi ke kamarnya, lalu Ratna pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

Ratna selalu beli makanan yang Andra suka, karena jika anak itu tidak makan, maka akan menyusahkan dirinya.

Sembari membuka bir dingin yang di ambil dari lemari es, dia memanggil Andra dengan suara keras.

Andra lihat di meja sudah sedia ayam goreng tepung makanan favoritnya.

Andra makan dengan lahapnya di meja dapur, sedangkan Ratna sedang menonton dengan botol bir di tangannya.

Setelah beberapa, terdengar suara gaduh dari daerah dapur, ternyata Andra menjatuhkan sendok makannya, nasi pun berserakan di lantai.

Ratna pun celetuk, "Udah disekolahin, makan aja masih bego," dengan nada kesalnya.

Andra ambil sendok itu dari bawah kursi, di bawah kakinya, dan melanjutkan makannya.

Ratna melihat Andra, dengan wajah tak suka, dia menghampirinya, diambilnya nasi yang terjatuh di lantai, dan dengan penuh amarah dijejalkan nasi itu ke mulutnya Andra. Namun saking besar tenaga Ratna, Andra pun terdorong dan terjatuh kelantai.

Kini ia terlentang ke lantai dengan wajah yang penuh nasi, piring yang dia pakai pun terbalik dan menimpa wajahnya.

Rasa kesal timbul pada diri Andra, sedang menikmati makanan kesukaannya, terusik oleh Ratna.

Namun apa daya, monster yang kejam yang sedang berdiri di depannya.

Rasa kesalnya berbuah airmata, kini ia teriak, suaranya pun tak terbendung, nasi yang di mulutnya kini berhamburan keluar, membasahi pipinya bersama dengan airmata.

Ratna berkata dengan suara tinggi, "Sana masuk kamar!"

Andra masih berdiam diri dengan rengekannya.

Ratna melanjutkan teriakannya, "Sana masuk kamar!"

Andra berdiri lalu berlari ke dalam kamarnya sambil mengusap matanya.

Wewe Gombel [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang