Murni

3.2K 140 5
                                    

Keesokan hari setelah Andra mengenalkan sosok Mama ke Bu Tutti.

Hari yang cerah, walau sedikit terik, namun Bu Tutti sedang tidak ada jadwal mengajar hari ini, biasa ia datang ke sekolah hanya untuk menilai tugas yang sudah menumpuk di meja kerja, tetapi demi kasus Andra yang saat ini sedang diproses kepolisian, ia mencoba untuk mencari tahu lebih banyak tentang Andra dan keluarga.

Menurut cerita dari Andra kemarin, Mama adalah Peri, Pikiran Bu Tutti berakhir pada dua kesimpulan, Mama itu adalah khayalan Andra atau Mama itu Ratna yang bermain-main dengan psikologis Andra, karena tidak ada yang lain selain Ratna yang tinggal bersama Andra, hantu ataupun makhluk halus tidaklah ada dalam kamus apalagi mata pelajaran sekolah.

Hari ini sengaja Bu Tutti pergi untuk menemui Elis, tepat jam 10 berharap Elis selesai belanja dari pasar.

Bu Tutti sudah di depan gerbang rumah susun tempat Andra tinggal, ia harap Andra dan Ratna tidak ada di rumah karena ingin membuat konspirasi dengan Elis sang tetangga.

Ia parkir mobil sedan tuanya, warisan ayah, walau tua begitu, napasnya masih muda, mungkin tergantung dari siapa yang mengendarainya.

Keluar dari mobil ia masuk melalui pintu rumah susun, di blok tempat Andra tinggal, di carinya lift yang biasa berada di tengah gedung.

Bu Tutti memencet tombol lift dan ternyata lampu tombol tak menyalah, memang dari bentuknya saja tombol lift ini sudah tertekan begitu dalam, terlebih tak ada tanda-tanda kehidupan pada liftnya, aduh butut amat nih tempat, gw kan males udah mandi harus keringat lagi, dalam benak Bu Tutti berkata.

Walau begitu Bu Tutti tetap lah keatas dengan tangga, tangganya lumayan bersih, walau ada tulisan dilarang merokok, tetap saja banyak putung yang tersisa di lantai, lantai satu sampai lantai dua ia berjalan dengan tegapnya, namun ketika dari lantai dua ke tiga ia berjalan sambil memegang gagang tangga dengan kecepatan berjalan yang sedikit pelan.

Sampai akhirnya di lantai 3, keluar dari tangga ia berjalan ke kiri sampai pojok, ketika di depan pintu rumah Elis, ia memencet tombol bel rumah walau paru-paru bagai sisa sebelah saja.

Tidak ada suara bell ataupun orang dari dalam, mungkin bell-nya rusak.

Ia ketok pintu rumah sambil memberi salam, "Assalam...muala...ikum," dengan suara terbata-bata karena paru-paru masih perlu udara.

Kini Bu Tutti mencoba untuk mengatur nafasnya, bersandar sebentar ke tembok samping pintu, setelah beberapa saat dirasa cukup ia melanjutkan mengetok pintu.

Beberapa kali ia mencoba, dan sudah beberapa kali juga ia merubah ritme ketokannya, dari lagu Sheila on seven sampai metallica.

Dalam benak Bu Tutti berkata, wah enggak ada orang, kalau begini nanti ke sekolah aja gw habis makan siang.

Lalu Bu Tutti melihat ke arah rumah Andra, muncul keinginan ia untuk memencet tombol bell rumahnya, hanya untuk memastikan bahwa Andra sedang disekolah dan Ratna sedang kerja ujarnya.

Rumah Andra memang di pojok, jadi hanya ada pintu dari depan dan jendelanya berada di belakang rumah.

Dengan perasaan bimbang Bu Tutti mengarahkan tangannya tombol bell yang terbuat dari plastik berwarna putih itu, kini hanya dengan sedikit tenaga maka suara bell akan terdengar, setelah beberapa detik berpikir akhirnya Bu Tutti pergi ke tangga tempat ia semula, berharap penasaran ini tidak berlanjut sampai nanti.

Dengan perasaan kecewa Bu Tutti turun tangga ke lantai dasar, menuruni tangga memang tidaklah secapek menaikinya, tetapi tetap saja perlu kemauan ekstra.

Sampai di bawah ketika ia sedang berjalan keluar dari wilayah rumah susun, terlihat Elis sedang berdiri di bawah gerbang dengan daster putihnya.

"Bu Elis saya mencari ibu," sapa Bu Tutti dengan wajah yang senang.

Wewe Gombel [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang