PROLOG

104 3 0
                                    

"Ngga... "

"Hm...? "

"Langitnya bagus ya... aku suka"

Jingga Natadiredja dan Senjani Putia dua remaja berusia 17 tahun sedang menikmati langit senja kala itu.  Mereka berdua menghempaskan tubuhnya diatas pasir putih Anyer yang menggelitik dan hangat sisa paparan cahaya matahari tadi siang. Keduanya membentangkan tangannya merasakan belaian pasir putih yang jarang sekali bisa mereka nikmati.

"Aku juga suka... "
anak laki - laki bernama Jingga itu pun menoleh ke arah Senja sambil tersenyum kecil.  Mereka berdua kegirangan bersama, Senja pun tertawa bahagia.

"Aku juga suka"

"Iya akupun... "

"ko sama sih.. "

"iya ko bisa sama sih.. "
Jingga mengulang-ulang apa yang Senja ucapkan..hingga mereka berdua tertawa bersama lagi.  Entah apa yang dibicarakan, tapi mereka sepertinya lebih mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.

tak lama kemudian...
Jingga pun meraih tangan Senja..
tanpa berucap satu kata pun....

Senja pun sedikit terhenyak,  karena Jingga tiba - tiba saja mengenggam tangannya dalam diam,  sambil memandang langit senja, tersenyum hingga mentari pun mengucapkan selamat tinggal.

Senja...
Jangan pernah pergi ya..
Walaupun suatu saat nanti,  aku menyakitimu....
Batin Jingga.

Senja pun mempererat genggaman tangan mereka,  sambil memejamkan mata dan bersahutan dengan semesta menceritakan isi hatinya.

Bisakah kita bahagia seperti ini?
selamanya...
sepanjang waktu?
bila suatu saat aku pernah menyakitimu,  jangan pergi ya, Ngga...
Batin Senja.  seolah bersahutan dengan Jingga.

Senyum terlukis di wajah mereka.
Biar semesta yang menentukan bagaimana takdir Jingga. dan Senja.

saat ini.
esok....
hingga nanti.....

*               *               *

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang