10 | (Unpredictable)

38 2 0
                                    

Radith menatap punggung lelaki itu, setelah sekian tahun menghilangkan jejak. Seolah ingin menghapuskan ikatan batin yang dulu pernah terjalin dengan baik.

"Kapan kamu kembali? Apa semua sudah sesuai seperti apa yang kamu inginkan?" Ujar Radith tanpa berbasa basi.

Tidak ada jawaban dari lelaki berperawakan tinggi itu, ada jeda cukup lama diantara mereka. Kian yang menyaksikan itu rasanya sangat cemas. Karena hal semacam ini terjadi diluar dugaan, Radith akan melewatkan jadwal penting bila tetap diam disini.

Namun Kian pun sadar ini bukan hal yang sepele, pertemuan Radith dengan lelaki itu jelas akan sedikit emosional dan menguras pikiran Radith.

Kian sedang berpikir keras, bagaimana caranya agar Radith segera beranjak dari tempat itu dan kembali menjalankan jadwal pekerjaannya.

"Hmmh...apa kabar? lama tak berjumpa" Laki - laki itu pun akhirnya membalikan badannya, dan tersenyum ke arah Radith.

Kedua tangannya masuk kedalam saku celananya, gaya casual khasnya tidak pernah hilang. Berdiri tegap dengan penuh percaya diri. Dan memang pesonanya tidak pernah pudar.

"how is your life, Brother.."

Radith melihatnya tersenyum lebar kali ini, kedua lelaki menawan itu berhadapan secara nyata. Keduanya mematung dan tidak berucap apapun setelahnya.

Apa yang akan terjadi????!!

Tiba - tiba saja Radith merasa tidak dapat berpikir dengan jernih hari ini.

*. *. *

PRANKKK!!!!

Gelas pun tiba - tiba terjatuh dari lengan Senja. Hari ini Senja berada di rumah Oma, sejak dari kemarin pagi memutuskan untuk menginap. Sambil menunggu Radith yang kebetulan akan pulang nanti malam.

Suara gelas jatuh yang berasal dari ruang keluarga itu pun menarik perhatian Oma,

"Astaga..Senja...kamu tidak apa - apa?" Perempuan separuh baya itu pun bergegas menuju ke arah Senja dan terkejut melihat pecahan gelas dimana - dimana.

"Maaf..maaf sekali Oma. Aku benar-benar minta maaf" ujar Senja sambil membersihkan pecahan - pecahan gelas tersebut. Oma pun menahan tangan Senja,

"Sudah biar Mba Inah saja yang bantu bersihkan ini...kita obati luka ditangan mu ini" Oma mengajak Senja untuk duduk di sofa besar ruang keluarga, akhirnya Senja pun hanya pasrah dan menurut saja. Tak lama Mba Inah pun datang dengan wajah yang panik melihat tangan Senja terluka dan banyak pecahan gelas dilantai dan segera membersihkannya.

---------------

"Senja..." Suara yang menenangkan itu tiba - tiba membuyarkan lamunan Senja yang sudah selesai diobati akibat terkena pecahan gelas.

"Iya, Oma.."

"Adakah yang sedang kamu pikirkan?"

"Tidak Oma.."

"Semalam kamu tidak tidur nyenyak?"

"Senja tidur nyenyak,Oma.." jawab Senja sambil tersenyum ke arah Oma, yang tidak lain adalah nenek dari Radith.

"Kamu merindukan, Radith?"

"Ya, Oma..tentu saja..." Mendengar itu pun Oma tersenyum hangat, sambil mengangguk kecil..

"Wajar kamu merindukannya..
Semua orang dirumah ini pun selalu merindukannya...sifatnya yang sangat peduli terhadap orang lain, ramah...?" Oma menoleh lembut ke arah Senja, dan Senja pun mengangguk setuju sambil tersenyum.

"Walaupun kamu baru - baru ini bertemu Oma, tapi Radith selalu menceritakan sosok Senja...jadinya Oma merasa sudah mengenal kamu walaupun baru bertemu baru - baru ini.." jelas Oma lagi sambil mengusap punggung Senja. "Dan setahu Oma, dia sangat menyayangimu...kamu beruntung, Senja"

Mendengar itu, Senja pun hanya bisa menundukkan kepalanya.

Dia sangat menyayangimu...kamu beruntung, Senja.

Ucapan Oma terus terucap berulang -ulang dipikiran Senja. Dan semakin membuat Senja merasa bersalah...
Apalagi setelah Senja melihat sesuatu yang sangat tak terduga, dan sempat membuatnya merasa ingin lari dari kehidupannya saat ini.

Maafkan aku, Radith...
Memang terlalu terlambat aku mengetahui ini, tapi hati ini...rasanya sesak.

*. *. *

- Singapore -

"Sebenarnya...ini bukanlah hal yang pantas terjadi antara kita kan? Dewasalah, Jingga. Terkadang segala sesuatu tidak berjalan seperti apa yang kita duga" ujar Radith berharap rasa yang sebenernya berkecamuk dihatinya itu memudar.

"Hmh....setelah sekian lama tidak bertemu, kenapa kamu mengajarkan aku apa itu dewasa, dan bagaimana kejamnya hidup. Begitukan maksudnya? Kamu ingin mengatakan padaku bahwa hidup itu kejam...haha... Kamu tidak tahu aku sudah mengetahui itu semenjak aku meninggalkan Indonesia, meninggalkan Bandung....dan melepaskan segala sesuatu yang pernah kumiliki..." Tatapan Jingga berulang kali menusuk Radith yang tetap berusaha tenang seperti biasanya, malah sepertinya kamu yang harus belajar bagaimana kejamnya hidup, mungkin dimulai dengan mencoba untuk merasa kehilangan sesuatu yang berarti dalam hidupmu kan?"

Mendengar itu Radith hanya tersenyum, dan tetap tenang seperti biasanya. Seolah ingin menunjukkan tingkat kedewasaan yang memang masih terlihat jelas berbeda.
"Semua sudah terlambat, Jingga...semenjak kamu memutuskan untuk menguap dikehidupan ini. Setiap orang sudah membuat cerita baru mereka. Dan kamu tidak punya hak untuk merenggut itu semua."

"Kamu pun tidak punya hak untuk berkata seperti itu!!" Ujar Jingga sedikit emosi, namun tetap berdiri tegap mempertahankan harga dirinya, yang sebenarnya sempat membuat Radith sedikit putus asa akan kegigihan seorang Jingga yang tidak pernah berubah.

Terlihat Kian yang menunggu dari kejauhan,  sangat khawatir terjadi baku hantam antara dua bersaudara mempesona itu.

"Oke, baiklah. Tak diduga dapat bertemu denganmu...aku menginap dihotel ini. Bila kamu membutuhkan apapun ...kau boleh menghubungiku...lain waktu kita bertemu lagi? Aku ada meeting...."

"Ya..sampai bertemu dirumah Oma!"

Mendengar itu membuat Radith tidak nyaman, namun apa boleh buat mereka berdua adalah cucu Oma, mereka berdua............
Bersaudara.

"Hm..okai..Sampai bertemu nanti! " Radith pun membalikan tubuhnya, dan berlalu dari hadapan Jingga, menuju Kian yang sedari tadi sudah menunggunya dengan cemas.

*.         *.         *.       

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang