12 | (Home)

39 2 0
                                    

"Lu yakin mau balik?"
Satu koper besar berwarna hitam favoritnya sudah siap untuk dibawa pergi.

Masih dengan ekspresi dinginnya, Jingga pun mengangguk kecil pada temannya yang selama ini menjadi roommate'. Sambil merapikan pakaiannya. Blazer hitam dengan kemeja dan kacamata masih melekat diwajahnya. Jingga sama sekali tidak mengganti pakaiannya setelah meeting tadi, dan Steve pun baru pertama kali melihat sahabatnya seperti ini. Ekspresi dingin, sendu dan sebetulnya agak sedikit mengerikan.

"Steve, gw balik Indonesia dulu.."
Mendengar itu Steve pun mengangguk, sambil mengernyitkan dahinya.

"kerjaan lu gimana?"

"Udah gw kerjain awal - awal..paling ntar sisanya gw bisa kerjain di Jakarta. Udah lama gw ga ngunjungin Enin juga"

"Oke..oke..salam buat Enin ya..." Ujar Steve terhadap perempuan yang tidak lain adalah nenek Jingga. Perempuan itu memang memiliki paras yang khas dan cantik dengan hidung mancungnya.

"Jangan bilang kalo lu mau jadi kakek baru gw. Nggak kan?" Canda Jingga dengan ekspresi dingin yang ngga banget. Namun Steve yang sudah lama mengenalnya tahu betul bahwa Jingga sedang bercanda menggodanya.

"Haha..yaelah...serius amat, Bang! Hati hati ya...sepi nih gue jadinya disini ga ada temen berantem"

Mendengar itu, Jingga hanya tersenyum singkat dan menggelengkan kepalanya tak habis pikir bisa memiliki sahabat yang kadang otaknya agak error' sedikit.

"Okey bye! Gw pergi"

Mereka pun berpisah. Jingga back to Indonesia setelah sekian lamanya di Singapura.

Sejenak langkah kaki Hingga terhenti, dan mencoba untuk meyakinkan hatinya untuk kesekian kali, dengan keputusan yang Jingga ambil saat ini.

I'm going back home..

I'm going back home

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*. *. *

Senja menelusuri beberapa rak buku yang ada dikamar Radith, kamar tempat ia menghabiskan masa mudanya. Karena memang benar, Radith sangat gemar membaca. Bahkan hal itu adalah salah satu alasan Radith dan Senja bisa membicarakan banyak hal dengan sangat mudah.

Siang ini seperti biasa diwaktu senggang, diakhir Minggu saat libur bekerja, Senja selalu menyempatkan diri untuk menemani Oma. Rumahnya yang sepi karena semua anak - cucunya kebanyakan menikah dan tinggal diluar kota. Sekalipun masih dikota yang sama, mereka memutuskan untuk tinggal dirumah mereka agar bisa mandiri.

Maka dari itu, jadilah rumah Oma sebagai tempat meluapkan rindu. Tak jarang rumah Oma di akhir Minggu menjelang malam saat waktunya jam pulang kantor...sangat ramai dengan keluarga. Namun Senja biasanya mengunjungi Oma dari pagi hingga sore. Karena diakhir Minggu Radith tetap.bekerja bahkan kadang keluar kota. Ditambah lagi, beberapa waktu kebelakang ini, semenjak.malam itu Radith berubah menjadi sedikit dingin dan tak banyak bicara. Mukanya selalu kusut entah apa yang sedang Radith sembunyikan dari Senja.

Senja akui...hal ini cukup menyita pikirannya. Ada apa sebenarnya....sepertinya harus ada sesuatu yang Senja lakukan malam ini. Karena, rasanya tak menyenangkan dengan situasi seperti itu. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, dan Senja pun tak lama lagi akan pamit pulang.

"Senja..."
Tak lama kemudian pikirannya buyar dalam seketika, mendengar suara Oma.

"iya, Oma?"

"Radith tadi telpon...kenapa tidak kamu angkat?
Bocah itu sepertinya panik.." Oma pun hanya tersenyum menuju kearah ruang tengah tempat Senja berada, kemudian duduk disampingnya.

"Oh..hand phoneku dikamar Radith, Oma. Tadi aku kesana untuk.mencari beberapa buku"

"Iya, tidak apa...tadi sudah Oma jelaskan kalau kamu sedang disini menemani Oma. Dia akan datang menjemput sebentar lagi katanya. Kebetulan hari ini pulang lebih cepat dari biasanya" Oma menoleh lembut ke arah Senja sambil tersenyum dan menikmati teh hangatnya. Mendengar itu Senja pun tersenyum dan mengangguk sebagai isyarat ucapan terima kasih. Oma pun memahaminya.

"Kalian baik baik saja kan?" Untuk kesekian kalinya Senja merasa Oma benar - benar seperti cenayang yang bisa membaca pikirannya.

"Ya..kami baik, Oma..

"sudah hampir tiga bulan kalian menikah.. Oma sudah tidak sabar..dan menanti nanti kabar gembira dari kalian" ujar Oma sambil tersenyum lembut ke arah Senja, dan Senja pun hanya tersenyum sipu bercampur rasa bingung , entah harus menjawab bagaimana.

"Mmm.. iya Oma..kami -----"

"selamat sore, perempuan - perempuanku yang cantik cantik" belum selesai mengucapkan kata katanya, Senja dan Oma dikejutkan oleh suara Radith.

"Kabar gembira apa Oma, ayolah..Oma jangan sering - sering menggoda Senja hehe"

Senja pun menundukkan kepalanya, dengan wajah yang memerah, tiba - tiba saja Senja teringat kejadian beberapa waktu lalu saat mereka berdua dalam satu ranjang yang sama, tapi hal yang terjadi tidak seperti yang diharapkan.

"Beri kabar gembira itu secepatnya, Dith...Oma yakin mama papamu sangat menginginkannya" Radith memeluk perempuan yang sangat dihormatinya itu, sambil mengecup keningnya.

"Iya, Oma..secepatnya. Aku dan Senja segera memberikan Oma cucu yang cantik , secantik Mamanya. Iya kan, sayang?" Radith menoleh kearah Senja dan Senja pun membalasnya dengan senyuman tanda setuju. Oma pun Menunjukkan ekspresi wajah yang bahagia.

Senja merasakan lagi sosok Radith yang sangat hangat, setelah beberapa waktu kebelakang sempat tidak Senja rasakan. Berkali kali berucap pada dirinya sendiri , bahwa Radith memang laki laki sempurna untuk dicintai. Lebih tepatnya mulai Senja cintai.

"Kamu tidak akan menunggu saudara-saudaramu berkumpul dulu? Langsung jemput terus pulang...tidak makan dulu?"

"Lain kali , Oma...aku sudah cukup disibukkan dengan pekerjaan akhir - akhir ini. Ingin menghabiskan waktu bersama dengan istriku, hehe"

"Baiklaaah...hehe. Kalau begitu segera pulang, diluar sudah mendung...diluar dingin ..meski menggunakan mobil, kasihan Senja. Nanti kedinginan, kelelahan, dia cukup lama menemani Oma seharian ini."

"baik, Oma...kami pulang ya...sampaikan salamku untuk semuanya."

Senja pun mulai beranjak dari sofa ruang tengah dan berpamitan pada Oma. Radith pun meraih punggung Senja dengan lembut menuju keluar rumah.

"Oia, Radith...Jingga pulang ke Indonesia malam ini, sempatkanlah besok - besok untuk menemuinya. Sudah lama kan kalian tidak.bertemu? Atau nanti biar Oma minta dia untuk mengunjungimu.. " tiba - tiba Oma menyampaikan berita yang membuat langkah Radith terhenti seketika. Ekspresinya dalam sekejap berubah, namun tersenyum tenang saat menatap wajah Oma.

"Biasanya dia memberiku kabar, tapi tidak.untuk kali ini. Dasar bocah! Biar nanti aku saja yang menemuinya, Oma. Sudah lama juga aku tidak.bertemu dengannya..sampaikan salamku padanya bila Oma bertemu dengannya nanti, kalau bisa suruh dia mengucapkan selamat datang dengan meneleponku.."

"Iya...baik. Sudah sana bergegas pulang...nanti waktu kalian tersita banyak sama Oma."

"Hehe..baiklah Oma, terima kasih"

Mereka pun pamit, dan Senja memiliki perasaan yang kurang baik malam ini. Entah apa yang akan terjadi.

*. *. *

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang