5 | (Rindu)

66 4 0
                                    

"lu mau merit???!!seriously?? finally?? "

Katherine menghambur ke arah sahabatnya dan memeluknya erat. Sejenak Senja merasa tidak dapat bernafas.

"Ket... gue bilang kan baru.. akan... belom iya juga" jelas Senja menenangkan sahabatnya yang tampak sangat excited dengan berita ini.

"Bentar.. bentar ini lu gak lagi halusinasi kan?" Katherine mulai terlihat kumat lagi menerka - nerka apa yang ada dipikiran Senja. Senja menghela nafas panjang, untuk kesekian kalinya bersabar menjawab begitu banyak pertanyaan dari sahabatnya itu.

"Gue sadar, Ket... 100% sadar bin melek, ini lagian apaan coba dibilang halusinasi segala" Senja tersenyum sambil geleng - geleng kepalanya
pasrah, dan Katherine masih memandangnya dengan tajam dan sarat arti.

"abisan lu kan cuek banget ama Radith" Katherine menerka lagi.

"Engga, kita baik baik aja"

"Lu ga peduli kan ama dia? "

"Gue peduli.. "

"Dia ga pencemburu dan lu ga suka kan? "

"Yes dia pencemburu... nenek nenek yang lewat sekalipun juga tau kalo si radith tuh cemburuan.. "

"Oke.. lu suka Radith? "

"iyalah.gue tunangan kan sama dia.. "

"lu.... sayang dia? " tanya Katherine sedikit ragu, takut salah melontarkan pertanyaan. Sejenak aktivitas Senja terhenti mendengar pertanyaan Katherine sahabatnya.

"lusa gue mau ketemu Ibu ke Bandung, mau silaturahmi.., gue juga udah ambil cuti... lu ikut ya.. temenin"
ajak Senja, tanpa membalas pertanyaan dari Katherine.

"Senja Putiani... liat gue.. liat mata gue.. dan jawab pertanyaan gue.."

Katherine yang tidak lain sahabatnya dari SMA itu merasa ada sesuatu yang disembunyikan Senja darinya.

"Katherina Vero.. alias Keket... alias Roro... i'm fine. Please.. believe me. dengan lu percaya ama gue aja, gue udah seneng... gue yakin gue bisa jalanin apapun depan mata gue. "

Akhirnya Senja pun membuat Katherine setidaknya tidak terlalu banyak mengintrogasi lagi. Tak lama kemudian, Senja merasakan pelukan Katherine yang dalam. Entah kenapa pelukan tanpa kata ini sesaat membuat Senja merasakan sakit... sakit yang entah kenapa ia pun tak tahu.

Jangan menangis, Senja...
ingat kamu harus bahagia...
ini adalah hal bahagia...
Batin Senja menguatkan dirinya sendiri. Hal itu akan selalu dikatakan berulang-ulang bagaikan mantera yang diyakini dapat menenangkan hatinya. Menenangkan hati sendiri.

"Oke.. Fine. Gue percaya... gue sayang sama lu.. gue tau lu bakal bahagia.. "
suara Katherine melemah seketika, tangannya masih memeluk Senja.

Hingga akhirnya....
mereka berdua pun berpelukan cukup lama, menyisakan kisah begitu dalam yang selalu berusaha untuk dilupakan...

* * *

Setelah seharian ini berbicara banyak hal dengan Katherine, cukup menguras energi bagi Senja. Dadanya terasa sesak, dan matanya terasa berat. Senja memutuskan untuk berlari, mengadu, dan menghempaskan dirinya disini.. 


Anyer......
batas dunia terdekat, agar Senja bisa menghempaskan kerinduannya pada apapun yang dimiliki semesta, si celengan rindunya.

Langit sore sepertinya mulai menatap sendu atau mungkin mentertawakannya, dan gemerisik angin pun seolah mulai mengolok-ngoloknya. Sangat memalukan ketika semesta menelanjangi Senja dengan begitu saja.

"Hhhhh... saat ini silahkan kalian semua telanjangi aku semau kalian.. " gumam Senja sambil mengenggam pasir putih ditangannya, seraya menguraikannya ke udara. Pasir putih itu pun berterbangan disambut angin.

Mengenggamu erat seperti ini, hanya membuatku semakin kehilangan jejakmu... Biar ku urai saja, biarkan angin membawamu.... aku tak peduli walau hingga ke ujung dunia sekalipun. Mungkin suatu saat nanti... angin semesta akan membawamu kembali padaku.... saat langit Senja berwarna Jingga seperti saat itu...

"Hiks..."akhirnya lelehan hangat itu pun terurai di pipi Senja Putia, "Sumpah.... Jingga kamu jahat, seandainya ada didunia ini sang senja yang tidak berdampingan dengan temaramnya Jingga sepertinya itu adalah kita...kita tidak dapat bersatu? sepertinya beginikah akhir dari perasaan ini, memang harus seperti ini jadinya??" Sedari tadi Senja merutuki dirinya sendiri, masih mencoba menghabiskan semua tentang masa lalu yang menghantuinya.

Jinggaaaaaaa, kamu............benar - benar, jahat!

Senja pun menenggelamkan wajahnya, mencoba memudarkan rasa sakit dengan  air matanya terus menetes di pipinya.


Sungguh..

ini seharusnya menjadi air mata terakhir, aku menangis karenamu....

ini seharusnya menjadi air mata terakhir, aku menangis karenamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


I miss you...
damn much.....

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang