13 | (Little Tenderness)

43 2 0
                                    

Sepanjang perjalanan..sepulang dari rumah Oma, Senja dan Radith tidak banyak bicara. Dalam seketika, senyum hangat Radith lenyap setelah masuk kedalam mobil. Senja sempat bingung harus bagaimana dalam menghadapi Radith. Rasanya cukup mencekam ketika sosok hangat Radith, terlihat marah seperti ini. Senja memilih untuk tidak banyak bicara, hingga Radith membuka pembicaraan terlebih dahulu.
Lalu lintas cukup padat, membuat Senja dan Radith terjebak banyak jeda. Lebih tepatnya, suasana canggung yang tak biasanya.

Sejenak Senja menoleh diam - diam ke arah Radith yang sedang fokus mengemudi, seperti biasa lengan kemeja berwarna abu itu sudah dilipat sampai ke sikut, kancing kemejanya sudah terbuka sampai dua kancing.

"Dith..." Akhirnya Senja memberanikan diri untuk membuka pembicaraan. Radith pun menoleh ke arah Senja.

"Ya.."

"Mm...bagaimana harimu hari ini?" tanya Senja masih mencoba mencairkan suasana.

"Hm....hariku cukup sibuk hari ini..." Radith menjawab pertanyaan Senja sesuai dengan kebutuhan, tidak lebih sambil tersenyum formalitas. "kamu menungguku lama hari ini? Maafkan aku ya...padahal sebetulnya hari ini sudah menjadi pulang tercepat dari hari - hari biasanya"

"Apakah ada acara penting hari ini? Kamu....sampai harus pulang lebih cepat..."

Mendengar itu, Radith menoleh ke arah Senja lagi untuk kesekian kalinya, sambil menikmati suasana macet disore hari Radith pun tersenyum kecil.

"Tentu saja ada.."

"Oh ya? Apakah itu?"

"So many things, baby.." dalam seketika ucapan Radith membuat tubuh Senja merinding. Padahal ucapan dari Radith dapat.mengartikan banyak hal.

"Tenang, Senja....calm down....yakin banget, kamu candle light dinner malem ini" Batin Senja menenangkan diri sendiri.

"Kita...sudah sangat lama bersama...dan aku mengenalmu sebagai seseorang yang dingin, dan cuek. Tapi entah kenapa....aku tetap saja bisa bertahan disampingmu...selama ini, bahkan sampai detik ini disaat aku telah menjadi suamimu..karena aku yakin kamu adalah seseorang yang hangat, dan bodoh sekali bila aku melepaskanmu" ujar Radith sedikit melakukan pengakuan, tak biasanya Radith seperti ini. Namun suasana sore ini, sepulang bekerja, ditambah jalanan yang macet sangat mendukung untuk mereka bisa berbicara banyak hal, selain dirumah. Setelah diingat - ingat kembali Radith dan Senja memang jarang berbicara serius seperti ini secara langsung.

"Maafkan aku....." Tiba - tiba Senja meraih dengan lembut tangan kiri Radith... Terlepas dari kemudi. Sehingga hanya tangan kanan saja yang berada di kemudi. Suara Senja sangat lembut, tatapannya yang sendu dan begitu jujur penuh penyesalan, dan juga rahasia. Tapi, satu hal yang pasti Radith tahu betul, Senja mengucapkan hal.itu sungguh - sungguh.

Suasana temaram, semesta semakin percaya diri menampakan warna keemasan dilangit menjemput malam. Cahaya kekuningan itu sempurna memapar wajah Senja, membuat Radith dalam seketika tak dapat berkata apapun.

"You are so beautiful, baby..." Tangan kiri Radith mengusap pipi lembut Senja, dan Senja pun berhasil dibuat salah tingkah. Tak bisa berlama - lama memandang mata itu. Mata yang sejujur - jujurnya mengingatkan dia akan kesempurnaan hidupnya.

"Have i told you lately that i love you? Could i tell you once again somehow.." dalam suasana temaram, lalu lintas yang padat, tak lama kemudian hujan pun turun....... Senja merasakan rasa bahagia dan sedih secara bersamaan. Ini adalah hal membahagiakan, mengapa semesta seolah menangisinya? Dengan menurunkan hujan, dilangit Jingga yang belum usai menunjukkan warnanya dilangit sore. Kini..langit pun telah berganti dengan langit keabuan yang mendung. Kemudian, hujan.....

Cup...

Tiba - tiba kecupan hangat mendarat di kening Senja, ungkapan sayang Radith yang berakhir disana. Sederhana namun penuh dengan perasaan yang meluap - luap. Mengingat mereka memang sudah menikah selama kurang lebih 3 bulan.

"Dith....." Suara Senja pun nyaris tak terdengar, namun Radith mengusap punggung tangan Senja.

"Sst..thats OK, baby...i.know. Aku masih bisa untuk menunggu....sekarang tidurlah...perjalanan masih cukup jauh, dan jalanan pun masih macet." Radith tersenyum ke arah Senja, seolah bisa membaca apa yang ada dipikiran Senja. Telunjuk Radith mendarat di bibir Senja, dan Senja pun mengangguk .

"oke..." Jawabnya dengan nada yang lebih tenang. Radith pun kembali fokus mengemudi, dan melempar tatapannya ke depan. Tatapan yang tidak setenang senyumnya.

Entahlah....
Lebih baik aku memejamkan mata sejenak.
Dan saat kubuka mata, kuharap kebahagiaan menantiku. Batin Senja lagi.

Selamat tinggal Jingga...
Selamat datang hujan....

*. *. *.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang