Musim kemarau telah berlalu, dan kini musim hujan telah datang. Hujan adalah salah satu hal yang disukai Oca, aroma tanah yang terkena air hujan sangat menenangkan apalagi jika ditemani semangkuk baso kuah panas dan pedas. Hanya membayangkan saja mampu membuat perut Oca keroncongan. Sudah beberapa hari ini Oca mengantungkan hidup hanya dengan makan – makanan instan. Ia cukup sibuk akhir – akhir ini jadi tidak sempat numpang makan dirumah Meta. Anak itu juga sibuk mengajar di tempat bimbel. Mengingat bimbel Oca jadi ingat Adrian, bocah SMA yang sudah membuat jantungnya berdegub tidak karuan.
Tadi Adrian mengabari jika Danu tidak bisa ikut gabung dengannya, jadilah kini Oca menunggu kedatangan Adrian di pos satpam. Laki – laki itu memaksa menjemputnya, ia mau mengajak Oca makan baso di tempat langganan anak itu.
Setelah cukup lama menunggu akhirnya laki – laki itu datang, hari ini hari jum'at Adrian masih menggunakan sragam pramukanya.
"Maaf. Lama ya?"
"Nggak kok. Kok kamu nggak pake jaket? Kan dingin habis hujan?"
Oca sedikit heran, apa Adrian tidak kedinginan naik motor tidak pake jaket apalagi cuaca sedang tidak menentu seperti sekarang.
"Di pinjem Danu tadi. Yuk naik, keburu malem nanti. Kita ambil motor kamu dulu ya, sebelum tutup bengkelnya".
"Terserah kamu aja".
Ini adalah kedua kalinya Oca di bonceng motor Adrian, ia harus siap – siap pakai minyak gosok untuk pinggangnya seperti kemarin.
Setelah mengambil motor Oca di bengkel mereka menuju tempat baso langganan Adrian, bukan tempat mewah hanya tenda piggir jalan. Padahal Oca sudah menyisihkan uang bulananya untuk mentraktir Adrian dan Danu.
"Aku kira kamu bakal ngajak aku ketempat yang mahal gitu" ucap Oca sambil duduk kursi plastik.
"Sayang uang kamu, udah motor rewel masak aku tega minta traktir ditempat mahal"
Oca bersyukur sekali dalam hati, Adrian cukup peka. Apalagi papanya belum mengirim uang untuk bulan ini. Setelah itu suasana hening sejenak karena Oca tidak tahu harus menanyakan apa ke Adrian, laki – laki itu juga fokus ke Hp-nya.
Baso pesanan mereka datang, Oca menambahkan sambal dengan jumlah cukup banyak. Oca suka makan pedas, walaupun kadang ia harus berakhir mules esoknya tapi ia tidak pernah kapok. Ia menyantap basonya tanpa menghiraukan Adrian, Oca melirik laki – laki itu yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Maaf. Mama aku masuk rumah sakit. Nggak maksud cuekin kamu".
Oca tersedak kuah pedas basonya karena penuturan Adrian. Seolah laki – laki itu peka dengan isi kepala Oca. Adrian menyodorkan air hangat untuk Oca.
"Makasih. Kalau gitu abis makan kita balik"
"Nggak perlu. Mama aku sakitnya di Klaten, lagi pulang kampung. Kecapekan deh kayaknya".
Oca hanya manggut –manggut. Ia jadi ingat Mama-nya, ia sudah lama tidak bertukar kabar dengan wanita yang sudah melahirkannya itu. Ia hanya menanyakan kabar sang Mama lewat Papa-nya, itupun jika ia ingat. Ia meringis meratapi hubungannya dengan sang Mama.
Melihat oca yang melamun membuat Adrian menyerngit.
"Eh, kok ngelamun. Nggak ya enak basonya?" Tanya Adrian pelan, karena tidak enak jika kedengeran abang penjualnya.
Tepukan pelan di bahunya membuat Oca sadar dari lamunannya.
"Eh?"
"Basonya nggak enak?" ulang Adrian.
"Enak kok, nih udah mau abis" balas Oca dengan senyum manisnya sambil menyodorkan mangkuknya yang hanya sisa satu butir baso.
"Mau nambah? Udah habis tuh punya kamu?". Oca hanya membalas dengan gelengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweety Brownies
Romance"Lo putus dari pria tampan, mapan, mateng. Dan sekarang beralih ke anak SMA?" - Meta E. Wulandari "Yang mateng gak bisa bikin gua bahagia". Rossa Anandita Putri