Empat tahun yang lalu. .
Hari ini adalah hari pembagian raport tapi anehnya Oca tidak merasa gugup sedikitpun justru ia merasa senang karena akhirnya sang mama bersedia hadir untuk mengambil raportnya. Ini adalah kali pertama sang mama datang ke sekolahnya dan ia sangat bahagia. Akhirnya ia bisa bangga kepada teman - temannya jika ia memiliki ibu yang sangat cantik. Mama Oca super sibuk, jadi ini momen yang sangat langka beliau bersedia hadir.
Ketika pintu kelas di buka, satu persatu wali murid keluar ada yang keluar dengan raut wajah senyum bangga, ada yang tersenyum masam namun mama Oca keluar dengan ekspresi datar.
"Gimana raport aku ma?" tanya nya menghampiri sang mama yang baru saja keluar.
"Ayo pulang" ucap sang mama datar.
Oca berjalan cepat mengikuti mamanya yang berjalan lebih dahulu dengan langkah cepat menuju parkiran. Sang mama menutup pintu mobilnya dengan keras, Oca duduk di sebelah mamanya di bagian belakang."Kita pulang dulu atau langsung ke lokasi buk?" tanya pak Ahmad supir pribadi mama. "Langsung saja" jawab mama.
Mereka sudah meninggalkan area sekolah, tapi mamanya masih diam seribu bahasa sambil menatap jalanan yang macet.
"Hasil raport Oca gimana ma?" ia beranikan diri menayakan lagi tentang raportnya karena ia gugup melihat ekspresi sang mama yang masih saja datar.
"Ini hasil belajarmu? Semua nilai kamu mepet dengan standart, jika ada satu saja nilai dibawah standart, kamu tinggal kelas. Kamu tahu mama malu sekali tadi. Mama mundurkan jadwal kampanye mama demi kamu, tapi ini hasil belajar yang kamu berikan". Pelan, tenang, tidak ada nada tinggi tapi mampu menusuk tepat di ulu hatinya.
Sudah Oca duga. "Ma - maaf ma" ucap Oca sambil menunduk. Oca tahu mamanya akhir - akhir ini sedang sibuk - sibuknya kampanye pencalonan anggota dewan.
"Kamu naik kelas tiga saja sudah untung - untungan. Ini akibatnya kalo papa kamu terlalu manjain kamu. Mau jadi apa kamu nanti?"
Oca tidak berani menatap mamanya. Ia menunduk sambil memilin - milin rok sekolahnya.
"Berhenti halte depan pak, kita drop in dia" ucap mamanya pada pak ahmad. "kamu pulang sendiri mau naik taksi atau apalah terserah". Lanjut mama tetap dengan ekspresi datarnya.
***
Sudah seminggu lebih setelah acara pembagian raport tapi mamanya masih marah hal ini terlihat karena mamanya masih diam seribu bahasa padanya. Papa sudah berusaha mendamaikan mereka tapi akhirnya menyerah karena mamanya tak sepenuhnya salah. Ia hanya kecewa, Oca setiap hari pergi bimbel hingga malam tapi kenapa hasil belajarnya masih sama saja.
"Ma. Oca tahu, Oca salah. Tapi mama nggak bisa giniin Oca dong, mama harusnya semangatin Oca bukan malah dengan diemin Oca kaya gini. Apa mama nggak malu? Setiap hari pergi kampanye, pamer - pamer punya anak yang manis dan nurut tapi apa ternyata-"
"CUKUP!"bentak mamanya.
"Nyatanya mama sedikitpun nggak pernah perhatian sama Oca. Oca nggak tahu salah apa sama mama, sampai mama lihat Oca aja males".
"Rossa" kini papanya ikut menyelanya.
"Oca pingin kaya anak lainnya ma. Oca kangen diperhatiin sama mama, tapi apa? mama sibuk terus sama urusan partai". Oca langsung meninggalkan meja makan dan masuk ke dalam kamarnya. Persetan dengan perut laparnya, jujur menu makan siang di meja tadi adalah makanan kesukaanya. Ia mengambil earphone yang tergeletak di meja belajarnya. Lalu merebahkan tubuh diatas kasur membiarkan kakinya menyentuh lantai, ia mendengarkan lagu Justin Bieber - Be Alright mengulang - ulang hingga ia tertidur lelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweety Brownies
Romance"Lo putus dari pria tampan, mapan, mateng. Dan sekarang beralih ke anak SMA?" - Meta E. Wulandari "Yang mateng gak bisa bikin gua bahagia". Rossa Anandita Putri