11

2.9K 127 15
                                    

"Lo di mana? Gua udah di kampus nih". Tanya Oca pada seseorang lewat panggilan suara.

"Iya, iya. Otw ini"

"Otw kemana?!"

"Mandi"

"SETAN LO.!". Sembur Oca, sedangkan lawan bicaranya justru tertawa terbahak –bahak. Padahal hari ini Davi janji akan menemaninya bimbingan pagi – pagi tapi sampai pukul setengah sebelas laki – laki itu juga belum menunjukan batang hidungnya.

"Dasar kelakuan warga Negara ber-flower".

Oca menarik nafas dalam – dalam. Ia menyiapkan amunisi untuk menyanggah dosen pembimbingnya lagi hari ini agar tidak jadi ganti judul. Pasalnya beberapa hari yang lalu proposal yang ia ajukan tidak disentuh sama sekali dan main minta ganti judul. Padahal Oca sudah mulai menyicil untuk mencari data yang akan ia olah di bab empat nantinya.

"Okey, tenang Rossa Anandita Putri lo pasti bisa ngadepin dospem lo sendirian" Oca berusaha menyemangati diri sendiri " jangan buat Pak Ridwan Anandito dan Ibu Lina Purnamasari malu sama warga Surabaya karena anaknya yang tinggal sendirian di Jakarta ini, ngadepin dospem aja nyalinya ciut". Ia menghembuskan nafas berkali – kali guna menetralkan rasa gugup dan amarahnya pada Davi lalu melangkah mantap menuju ruang dosen.

Kini Oca sudah duduk dengan tenang serta tak lupa mengembangkan senyum lima jarinya, karena ia sedang berhadapan dengan Bu Tifa.

" Kok ini proposal di bawa lagi, kan saya minta kamu ganti judul". Ucap bu Tifa sambil membenahi letak kaca matanya.

"Ibu kan kemarin belum baca, jadi saya bawa lagi siapa tau ibu setuju dengan proposal saya ini" ucap Oca dengan ekspresi mata sedikit memohon.

"Baca judulnya aja cukup buat saya. Bosen saya lihat yang dibahas saham melulu kayak kamu udah punya saham aja". Jleb.! Kata – kata Bu Tifa benar – benar langsung menusuk mengenai ulu hatinya. " Perusahaan nggak melulu tentang saham. Kamu pernah beli gorengan di abang – abang gerobak pinggir jalan?"

"Pernah Bu" jawab Oca dengan lirih.

"Mereka juga pengusaha, tapi apa mereka sudah pasti punya saham? Apa abang – abang itu juga butuh data – data keuangan yang sudah kamu download itu?". Dan kali ini Oca sukses tersidir, pasalnya ia sudah mulai menyicil mendownload laporan keuangan perusahaan yang akan ia jadikan objek penelitian. Dan ia juga sengaja menyamakan objeknya dengan Davi agar bisa bagi tugas mendownloadnya. Benar – benar cara licik yang mudah terbaca.

" Jadi menurut Ibu saya harus ambil tentang apa?"

" Saya mau kamu ambil Coporate Social Responsibility (CSR)".

" Lah kan sama aja Bu kalo CSR? Nanti di bilang itu – itu melulu?"

" Saya belum selesai ngomong.! Jangan di potong dulu makanya. Kamu ambil CSR di perusahaan BUMN, ambil program kemitraan mereka bagaimana? Kurang baik apa lagi saya udah saya kasih gambaran yang sangat jelas ini".

" Tapi Bu?"

" Kamu masih muda. Saya nggak mau anak bimbingan saya cuma duduk manis unduh – unduh data olah terus jadi. Saya mau kamu gerak, blusukan sana kedaerah – daerah kalau perlu". Berita yang selama ini beredar memang benar adanya, jika sudah mendapatakan dosen Pak Drajat dan Bu Tifa pasti akan pusing tujuh keliling tujuh turunan tujuh tanjakan. Bu Tifa tipe dosen yang pengin anak bimbingannya tidak hanya duduk – duduk cantik, sedangkan Pak Drajat tipe dosen kalau bisa dengan duduk – duduk cantik skripsi kelar kenapa musti muter – muter dan berpanas – panasan mencari data.

***

" MAMPUS.! Lo Ca.!" itu Davi, sabahat sesatnya yang paling bahagia jika Oca menderita.

Setelah mendegarkan kultum siang dari Bu Tifa, Oca di suruh ke ruang TU untuk mengurus surat ijin penelitian. Tapi Oca tidak pergi ke bagian TU justru ia pergi ke kantin karena perutnya sudah meronta – ronta ingin di isi, bukanya langsung pesan makanan tapi Oca menyemburkan semua permasalahannya pada Davi yang tengah asik makan ketoprak.

My Sweety BrowniesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang