08

2.5K 118 2
                                    

Oca yang sedang serius mengerjakan proposal skripsinya agar cepat acc, di kagetkan dengan suara notifikasi pesan diponselnya. Ia membuka pesan yang masuk rupanya dari grup bimbingan skipsi, sang dosen meminta agar para anak bimbinganya ke kampus sekarang juga. Oca melihat jam di ponselnya yang baru pukul Sembilan pagi.

"Ini dosen biasanya paling malas diajak bimbingan pagi – pagi". Oca langsung bergegas pergi mandi, namun saat akan mandi sialnya air pdam sedang mati. Oca menggerutu pasalnya Oca tipe orang ogah mandi pagi, sekali mau mandi pagi airnya malah tidak ada.

Akhirnya pada pukul sebelas Oca baru sampai kampus, setelah menunggu satu jam air pdam-nya akhirnya menyala. Saat akan masuk ke ruang dosen untuk menemui dospemnya ia sedikit heran dengan ekspresi beberapa teman bimbingannya. Oca menghampiri seorang wanita yang baru keluar dari ruang dosen, yang menurut prediksinya dospem mereka sama.

"Bimbingannya Bu Ratih juga?" tanya Oca langsung pada teman sefakultasnya tapi parahnya ia tak tahu namanya."Iya" jawab wanita itu dengan lesu.

Perasaan Oca sudah tidak enak. "Masuk aja udah nggak ada siapa – siapa. Anak – anak yang lain udah dari tadi". Kata wanita itu. Oca hanya mengangguk dan langsung masuk ke dalam ruang dosen. Ruang dosen cukup sepi hanya ada tiga dosen yang berada di dalam ruangan, mungkin dosen – dosen yang lainnya sedang ada kelas. Oca langsung menghampiri meja dosen pembimbingnya, Oca duduk di kursi depanya menyadari ada yang menghampiri dosen yang bernama Bu Ratih langsung meletakan ponsel yang dimainkannya.

"Kamu bimbingan saya?" Tanya Bu Ratih. Wajar Bu Ratih tanya karena ia punya banyak anak bimbingan dan baru ketemu satu atau dua kali untuk bimbingan.

"Iya bu" Jawab Oca dengan senyuman. Ia ingat pesan kakak tingkatnya dulu, 'harus ramah sama dosen pembimbing biar mudah acc-nya'.

"Jam berapa ini kok baru datang?" meskipun Bu Ratih terkenal sebagai dosen yang sabar tapi di tatap dengan mata yang tajam dan jarak yang sedekat ini membuat nyali Oca sedikit ciut. "Maaf Bu" cicit Oca.

"Saya maafkan. Karena berhubung hari ini hari terakhir saya di kampus". Oca sedikit menyerngit mendengar ucapan Bu Ratih.

"Maksudnya Bu?"

"Saya harus pindah ke London, suami saya dipindah tugaskan di sana". Oca masih belum paham arah pembicaraan mereka.

"Jadi saya nanti bimbingan jarak begitu Bu?" Tanya Oca. Tapi dibalas dengan gelengan oleh Bu Ratih. Bu Ratih melepas kaca mata yang membingkai wajahnya.

"Saya sudah membagi anak – anak untuk mendapatkan dosen pengganti saya. Karena kamu datang terakhir jadi kamu mau tidak mau harus terima". Oca hanya bisa melongo. Pasalnya selama ini ia berasa diatas angin karena memiliki dua dosen pembimbing yang terkenal paling enak alias tidak ingin terlalu membebani mahasiswa. Yang paling penting saat sidang nanti harus paham dengan skripsinya.

"Siapa Bu?" tanya Oca dengan sedikit was – was jantungnya juga berdegub kencang.

"Bu Tifa". Jawab Bu Ratih dengan senyum santai. "hanya beliau yang masih memiliki kuota bimbingan, dosen lainnya sudah penuh semua" lanjutya.

Oca masih tidak terima dosen pembingnya diganti begitu saja. "Sebagai dospem berapa bu?"

"Saya dospem berapa kamu?"

"Dua" jawab Oca dengan nada sedikit lesu. "yasudah, berarti Bu Tifa juga sebagai dospem dua kamu" lagi – lagi Bu Ratih menjawab dengan santai.

Habis sudah nasib Oca. "Ibu tahukan dospem satu saya Pak Drajat?"

"Kenapa kalau Pak Drajat?" Oca baru akan menjawab ucapan Bu Ratih tapi ponsel milik Bu Ratih berdering menandakan ada panggilan masuk. Oca yang masih sedikit kaget tidak terlalu mendengarkan pembicaraan dosenya, lagi pula tidak sopankan menguping pembicaraan orang.

My Sweety BrowniesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang