12

2.4K 130 18
                                    

Bagi Oca dunia rasanya berhenti sesaat, ia yakin tidak salah lihat. Meskipun sudah lama tak bertatap muka dengan pria itu. Karena bukan setahun –dua tahun ia mengenal pria itu, tapi bertahun – tahun jadi ia yakin ia tak salah lihat. Hingga seseorang menepuk punggungnya, mengembalikan nyawanya.

"Lo yang jemput Davi di Kantor Polisi waktu itukan?"

"I-iya". Jawab Oca masih dengan sedikit lilnglung, sambil mengingat sosok pria jangkung sedikit kurus dengan rambut gondrong sebahu serta kumis tipis di hadapannya kini. Ia merasa pernah bertemu dengan pria ini. Tapi dimana?

Melihat lawan bicaranya bengong, pria tersebut tersenyum dan mengulurkan tangan kanannya.

"Ipul. Temennya Davi, yang waktu itu juga ada di Kantor Polisi". Oca membalas jabat tangan pria bernama Ipul ini sambil memperkenalkan dirinya juga.

"Ngapain lo kesini Ca?"

"Ngurus surat izin, buat penelitian nih bang".

"Lah, sama. Gua juga, tapi udah kelar sih. Punya lo udah kelar?".

"Udah nih, tinggal besok ngasih ke kampus sama buat yang tempat penelitian aja. Ya kalo nggak mager aja". Keduanya tertawa bersama, seakan-akan sudah kenal lama. Menurut Oca, bang Ipul tipe orang yang asik buat diajak bercanda. Melihat perawakan Bang Ipul, ia jadi ingat seorang.

"Bang, gua kok gak asing ya sama lo. Mirip siapa ya bang?" ucap Oca sambil mengingat –ingat siapa kira – kira orang itu.

"Duta.! Iya kan?"

"Eh, iya bener bang. Lo ada hubungan saudara sama Duta Sheila on 7?"

Bukan menjawab pertanyaanya, Ipul justru tertawa terbahak. "Ngawur lo Ca, lo bukan orang pertama yang bilang gua mirip mas Duta sih. Tapi kita sama – sama wong Jowo. Kalo mas Duta orang Jogja, lah kalo gua orang Jawa Timur. Eh, dari pada kita ngobrol di parkiran gini mending kita nyari tempat buat minum gitu biar enak gobrolnya. Mau nggak lo?"

"Yah sorry, gua ada acara nih bang. Kapan- kapan deh kita nongkrong bareng. Ntar ajak Davi juga, gimana?" tawar Oca.

"Boleh – boleh. Atur aja, udah lama juga gua nggak ketemu tu curut satu".

"Oke sip. Entar gua seret tu curut, sok sibuk dia sekarang bang".

Akhirnya mereka berdua berpisah di plataran parkiran, ponsel Oca juga tidak berhenti berdering karena panggilan masuk dari tente Retno yang memintanya cepat datang.

***

Oca tiba di tempat acara pengajian ulang tahun tante Retno ketika acaranya sudah selasai. Alhasil dia kebagian bersih – bersih dan beres –beres. Setelah semuanya dirasa sudah bersih dan rapi kembali, Oca memilih masuk ke dalam sebuah kamar yang sudah cukup lama tak ia sambangi.

Oca merebahkan tubuhnya di ranjang tidur, membiarkan kakinya menyentuh lantai. Ia mencoba memejamkan matanya sebentar. Namun,baru saja ia mencoba memejamkan matanya tante Retno masuk ke dalam kamar sambil membawa segelas jus jambu kesukaannya.

"Nih, minum dulu. Makasih ya udah dateng, walaupun udah telat banget". Sindir tante Retno

Oca hampir tersedak jusnya, karena penuturan tantenya ini. Setelah menandaskan jusnya, Oca kembali merebahkan tubuhnya. "Tante masih belum pengin, buka hati buat orang lain tan?"

Mendengarkan pertanyaan kapan nikah dan kapan kawin dari orang lain buat tante Retno sudah makanan sehari – hari. Tapi mendapat pertanyaan dari Oca membuat hatinya sedikit sakit.

"siapa sih Ca, yang gak pengin buka hati. Tapi gimana, kalo tiap tante coba jalanin hubungan sama orang lain. Banyangan dia melulu yang tante lihat". Tanpa sadar tante Retno mengucapkan kata – kata itu dengan air mata yang membasi kedua pipinya.

My Sweety BrowniesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang