0.02

7K 333 11
                                    

"Saat ini apapun yang aku lakukan serasa sangat hampa. Semua rasa bahagia itu ikut pergi bersama air mata."

🥀🥀🥀

"Kak bangun!!!" teriakan kecil dari luar kamar sangat mengganggu pendengaran, apalagi teriakan itu diiringi dengan gedoran pintu yang cukup keras. Namun, sebising apapun sang pemilik kamar tetap terlelap layaknya putri tidur yang tak akan bangun sebelum sang pangeran datang.

"Kakak bangun oyy!!!" Suara dari luar kamar itu semakin keras.

"KAKAK ADA KAK ARISEN DI BAWAH CEPET BANGUN!!!"

"Enghh ..."

Nadya akhirnya membuka matanya. Direnggangkannya otot-otot tubuhnya. Lalu ia duduk sebentar membiarkan darahnya mengalir lancar sembari mengusap matanya yang masih setengah terpejam. Setelah dirasa cukup, Nadya pun berjalan berniat membuka pintu kamarnya masih dengan mengusap-usap kedua matanya

"Apa sih, Dek? Masih pagi ganggu aja!" ucapnya malas.

"Kakak niat sekolah gak sih? Jam 6.15, Kak! Kak Arisen juga udah nunggu!" kesal sang adik sambil menunjuk pergelangan tangan kirinya yang tidak ada jam itu.

"Si- siapa?" tanya Nadya ragu kepada Arsia, adiknya.

"Kak Arisen," jawabnya polos tanpa dosa kepada Nadya.

Sedangkan Nadya sendiri langsung melongo mendengarnya. Apa katanya? Arisen? Bukankah seminggu ini Arisen tidak menampakkan diri di depannya? Setelah sore itu Arisen bahkan tidak menghubunginya bukan? Lalu untuk apa sekarang Arisen datang lagi. Jika saja Arisen tahu sehancur apa Nadya setelah sore itu. Andai Arisen tahu apa yang terjadi, ia pasti tak akan berani ke sini lagi.

"Kak, kok bengong sih?" tanya Arsia menggoyangkan pundak sang kakak. "Kakak mandi gih, bauk, jelek pula. Itu kak Arisen-nya juga udah nungguin lama."

"Oke." Hanya 1 kata itu yang Nadya ucap dan sedetik kemudian Nadya berlari menuju kamar mandi. Bukan karena Arisen, tetapi memang dasar ia kesiangan.

🥀🥀🥀

Setelah 20 menit dari Nadya masuk ke kamar mandi kini ia telah siap dengan baju seragam dan juga perlengkapan lainnya. Kini hanya perlu memoles bedak tipis dan juga menyisir rambutnya, maka ia telah siap untuk turun sarapan.

"Pagi Ma, Pa, Dek!" sapanya riang tanpa menoleh kearah Arisen.

"Pagi Kak!!!" ucap mereka serentak.

"Kok-"

"Aku langsung berangkat ya Ma, Pa!"  potongnya cepat lalu menyalami mama dan papanya.

"Gak sarapan dulu, Kak?" tanya Arsia dengan mulut penuh dengan nasi goreng spesial buatan sang mama.

"Enggak. Nanti disekolah aja. Ya udah bye!" ucapnya cepat lalu berlari keluar rumah masih dengan sikap acuh kepada Arisen.

"Loh kok Arisen ditinggal sih, Kak?!" teriak sang mama heran dengan sikap anaknya. Biasanya Nadya selalu riang dan penuh senyum setiap Arisen menjemputnya. Saat menuju motor Arisen pun biasanya tangan Arisen seperti tak bisa lepas dari genggamannya.

Hey Mantan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang