0.15

2.5K 130 6
                                    

"Bahkan ketika aku kamu kecewakan, aku tetap mencintaimu. Karena jujur, membenci bukan levelku."

🥀 🥀 🥀

Nadya memasuki kelas dengan mata dan hidung yang masih memerah. Cewek itu langsung menjadi pusat perhatian saat kaki cantiknya memasuki ruang kelas. Tak hanya teman sekelasnya, tetapi juga beberapa siswa yang melewati kelasnya menatap penasaran dan juga prihatin.

"Nad, lo kok sebab gitu?" tanya Abi, cowok jakung dengan kulit sawo matang namun tampan.

Nadya hanya menggeleng pelan kemudian berjalan menuju bangkunya.

Abi yang masih kepo langsung mengikutinya dari belakang. Kemudian bertanya lagi, membuat Nadya menjadi pusing.

"Nad, serius deh lo sembab. Kenapa sih?"

"...."

"Nadya cantik, baik, lo kenapa?"

"Diem bisa gak sih, Bi? Cowok kok kepo sih!" kesal Nadya yang mampu membuat Abi terdiam.

Nadya tak peduli dengan apa yang ia ucapkan menyakiti atau tidak. Cewek itu tetap melanjutkan jalannya dan langsung duduk di kursinya tanpa sepatah katapun.

Nayla mengernyit bingung. Hendak bertanya, tetapi ia takut nasibnya seperti Abi.

Nadya memilih menenggelamkan kepalanya di atas meja. Cewek itu tak ada niat untuk belajar. Hati dan pikirannya masih tak percaya dengan apa yang Arisen ucapkan. Menurutnya itu terlalu,,, jahat.

🥀 🥀 🥀

Arisen menggeram kesal. Ia gemas dengan mulutnya sendiri. Andai saja ia tak keceplosan pasti, pasti tidak akan terjadi seperti ini. Bagaimanapun ia tak pernah berharap Nadya menjauhinya.

Cowok itu tidak berniat memasuki kelas. Ia memilih untuk tetap di taman belakang sekolah. Memanfaatkan angin sejuk di sana untuk mendinginkan pikirannya. Karena jujur saja hatinya sedikit sakit saat Nadya menolak sentuhannya. Melihat Nadyanya menangis sesegukan seperti tadi. Dan masih pantaskah ia menyebut cewek itu sebagai Nadyanya?

"Kak! Kak Arisen gak masuk kelas?" sapa gadis dengan suara lembut, namun terkesan dibuat-buat.

Arisen mendengus malas. Suara ini suara yang sama dengan gadis penelpon semalam. Cowok itu langsung berdiri dan berjalan cepat. Dasar cewek penganggu, membuat rencana membolosnya gagal.

"Loh kak Arisen mau ke mana?" tanya cewek itu mengikuti Arisen. Namun sayang, Arisen tak menggubrisnya. Cowok itu tidak mau memperburuk keadaan dengan berdekatan dengan cewek di belakangnya.

"Kak Arisen kok gak jawab sih! Kak, aku ini orang lhoo bukan patung."

Cewek itu masih saja berbicara dan terus mengikuti Arisen. Bahkan cewek itu tak peduli jika sekarang ia berada di koridor kelas 11.

"Ah kak Arisen gak asik. Sombong."

Fix, Arisen dibuat dongkol oleh tingkah Melisa. Tidak tahukah cewek itu jika saat ini ia hanya ingin sendiri? Sungguh ingin sekali Arisen memaki dan menyuruh cewek itu pergi. Tapi ia tak akan membuat cewek itu menangis seperti Nadya. Sudah cukup Nadya saja yang ia buat menangis karena mulut sialannya.

Hey Mantan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang