0.0

5.8K 164 58
                                    

Di salah satu stasiun penyiaran radio

"Jadi gini guys," ujar si penyiar radio. "Gue punya temen, nah, mereka, tuh, pacaran udah dari jaman kapan tau, ehh, sahnya baru akan dalam waktu dekat ini! Jadi, ceritanya, tuh, mereka jauh-jauh nemuin gue di sini, cuma mau ngasih undangan gituuhh!" lanjut penyiar itu diikuti kekehannya.

Kekehan penyiar itu diikuti kekehan seorang perempuan, yang tidak lain adalah teman yang penyiar itu bicarakan. Sementara itu, masih ada satu orang lagi, yakni laki-laki yang tidak lain orang yang ikut dibicarakan tadi, laki-laki itu hanya mendengus tanpa minat.

"Nah, barusan kalian denger kekehan Mak Lampir ngikutin kekehan gue, kan? Nah, dia tuh temen gue itu, ada cowoknya juga nih di sini. B aja, sih, gantengan juga mantan gue," sambung si penyiar.

"Anjay Lo, Mel!" respon si perempuan yang akan menikah itu.

Penyiar yang kerap disapa Amel itu terkekeh geli, "Ehh, by the way, cerita dund alur pacarannya kalian, tuh, gimana, sobat gj pasti penasaran, gue, sih, enggak. Cerita, cerita!"

"Oke, kenalin dulu, gue Pamela. Temen sebangku Amel dari SMA, dipanggilnya Mel juga. Jadi, gini guys, gue sama calon gue ini, ada hubungan sejak kelas delapan SMP---" mengalir lah cerita tentang masa pacaran mereka dulu.

Sementara si perempuan bercerita akan kisah dia dan pacarnya, si laki-laki hanya diam dengan pikiran melayang ke masa lalu. Masa yang membuat ia rindu akan seseorang yang kerap menemaninya kapanpun. Seseorang yang selalu ada untuknya, baik saat dia butuh ataupun tidak.

Mel, gue kangen berangkat sekolah sama Lo.

"---tapi sayang, calon gue ini orangnya suka pikunan. Pernah gue jalan sama dia, gue mampir ke toilet, terus dia gue suruh pesen duluan. Ehh, kampretnya, dia malah mesen kopi buat gue, padahal gue anti kafein! Kadang suka kesel kalo dia pikunnya kumat."

"By the way, Mel, sekarang calon lu masih sering pikun gak? Ya, kalik, waktu berjalan so long, dia masih pikunan," ujar Amel setelah Pamela selesai berbicara.

Dengan senyuman, Pamela melirik laki-laki yang menjadi calon suaminya itu. Sayang, senyuman itu berubah menjadi senyuman tertahan, kala melihat ekspresi calonnya yang datar-datar saja.

"Yan, aku paling suka minuman apa?" tanya Pamela dengan wajah penuh harap.

Berharap pacarnya sejak zaman kelas delapan SMP itu tak lagi melupakan hal sepele dalam hidupnya.

"Ryan," panggil Pamela dengan menyenggol sedikit lengan laki-laki itu.

"Sorry, sorry, gue ngelamun. Lo ngomong apa tadi?"

Pamela mengembuskan napas pelan, sudah dapat dia tebak apa yang membuat kekasihnya itu melamun.

"Minuman kesukaan aku apa? Kamu gak lupa, kan?"

Alis Ryan naik sebelah, mimik wajahnya terlihat sedang berpikir. Tak lama, dia justru tertawa lantas mengacak rambut Pamela yang dikuncir kuda. Membuat Pamela mendengus kesal namun binar senang juga terlihat di wajahnya.

"Gue gak mungkin lupa, lah, Mel. Lo paling suka mokacino, apalagi yang ada cincaunya. Trus kalo soal makanan, Lo paling anti sama pedes. Lo paling suka coklat. Trus film, Lo anti sama horor, tapi favorit Lo action.

"Trus novel, walau jarang baca, Lo suka genre teenfiction, romance, komedi. Gue inget, Lo pernah coba baca genre horor di wattpad, terus Lo gak berangkat sekolah tiga hari. Gegara takut ke kamar mandi. Hahah.. masih banyak lah, keunikan Lo yang lain dari yang lain."

"Ryan," panggil Pamela dan Amel berbarengan.

"Ya?" respon Ryan dengan binar bahagia dan antusias yang tidak bisa disembunyikan.

Pamela dan Amel kompak geleng kepala.

Lo cerita soal Pamela apa Caramel, sih, Yan? batin Pamela.

Jelas, batin Pamela bertanya demikian. Sebab, yang Ryan katakan sangat berbeda dengan yang ia ceritakan tadi. Garis bawahi, sangat berbeda.

Tbc

Sekuel 'alvino'

Pelan-pelan aku bahas ending lapak sebelah, biarkan waktu menjawab 😉

Jan lupa ninggal jejak yee brei 😜

01.01.19
Happy nuw year🎉🎈

AMISTAD✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang