"Caramel, sarapan dulu!"
"Sarapan di jalan aja!" sahut seorang gadis dengan rambut yang ujungnya diombre hijau.
Gadis itu, Caramel, yang sedang mengikat rambutnya sambil bergerak ke sana kemari. Wajahnya nampak cemas, karena ia sedang berada di ambang ketelatan yang hakiki.
Sementara di luar sana..
"Meli!!! Semenit gak keluar gue tinggal, nih!!!" seru seorang cowok yang sudah lebih dari sepuluh menit menunggu Caramel keluar dari habitat.
"Aunty, aku sekolah dulu, see you!" pamit Caramel pada tantenya.
"Hati-hati di jalan!"
"Kalo itu bilang ke Ryan, karna yang bawa sepeda Ryan!" sahut Caramel sambil berlalu dengan sepotong roti dan sekaleng susu di tangan.
Setelah sampai di pekarangan rumah, Caramel dengan tergesa membuka gerbang. Menyengir, kala melihat wajah kesal cowok yang menunggunya.
Cowok itu mendengus saat melihat cengiran Caramel. Lantas, ia memalingkan muka.
"Cepet, kita jadi panitia MOS tauk!"
Caramel tahu itu. Alasan mengapa ia ribut sendiri sambil menguncir rambut tadi adalah ia yang harus menjadi panitia masa orientasi siswa di sekolahnya. Namun ia justru terlambat bangun.
Caramel menunduk, melihat roti sobek yang asal dia ambil di meja makan tadi. Dia membuka bungkusnya. Mengambil sedikit bagian roti, lalu dia berikan pada Ryan.
"Maaf," lirihnya dengan tangan terulur di depan wajah Ryan.
Ryan melarikan matanya ke samping, bertingkah seolah dia enggan disogok dengan roti untuk memaafkan Caramel. Namun Caramel tak menyerah. Kini ia mengulurkan tangannya yang membawa kaleng susu, hingga sejajar dengan tangannya yang satu.
"Gue traktir cilok, deh, nanti!" ujarnya lagi.
"Cepet naik!" titah Ryan mengambil roti itu, lalu memakannya.
Senyum Caramel terbit seketika. Walau sebenarnya dia sempat dongkol, karena menghadapi Ryan yang ngambek pagi-pagi. Dengan segera, ia naik ke jalu ban belakang sepeda Ryan dan berpegangan pada pundak.
Sementara Ryan, ia menggigit rotinya kuat-kuat, dengan kedua tangannya yang memegang kemudi sepeda. Baru setelah berjalan stabil, dia mengambil roti yang dia gigit. Memakannya.
Caramel demikian, dia juga memakan sisa roti yang dia berikan setengah pada Ryan. Sesekali dua anak SMA itu mengobrol bersama. Bahkan melepas tawa bersama.
"Meli, seret, nih!" seru Ryan mengkode Caramel untuk memberinya minum.
"Terus?" tanya Caramel yang baru saja membuang bungkusan roti sobek isi krim keju itu.
"Ihh, masih aja gak peka Lo!" seru Ryan yang agak dongkol dengan ketidakpekaan Caramel.
"Ihh, serius!" sahut Caramel menabok bahu Ryan.
Ryan mendengus kesal, "Minum, Mel, minum!"
"Ohh, minum, bilang kek!"
Gue suapin sambel, nih, anak lama-lama, batin Ryan dengan kesal.
Caramel lantas membuka penutup kaleng susu yang dibawanya. Meminumnya sedikit, lantas ia berikan pada Ryan. Ryan ganti meminum sisa milik Caramel. Membuang kaleng dengan asal, ketika sudah habis isinya.
Ryan melirik jam tangannya. Pukul tujuh kurang lima menit.
"Meli, pegangan, Mel! Titisan Lorenzo mau beraksi!" seru Ryan bersiap menambah kecepatan sepedanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMISTAD✅
Novela Juvenil"Mel, jogging kuy!" "Mmmm.. Lo jogging gue sarapan, gimana?" tawar Caramel pada cowok di depannya dengan alisnya yang naik sebelah. "Ck, gak asik Lo, Mel!" kesal cowok itu. Caramel terkekeh gemas lantas mencubit kecil pipi sahabatnya, "Lo kalo lagi...