17

1K 195 19
                                    

Baca a/n gaisseu...

Suasana hening dan dingin menyelimuti dua orang yang sedang duduk di ayunan taman. Sudah lebih 5 menit dalam kesunyian. Belum ada yang membuka pembicaraan.

Umji dan Woosoek.

Umji sedari tadi memperhatikan Wooseok dari samping. Ia masih tak percaya laki-laki itu kembali menyapanya dan mengajaknya ke taman. Tapi, Umji merasa ada yang berbeda dari pipi kiri Wooseok dan sepertinya Umji tau penyebabnya.

"Seok?" panggil Umji.

"Hm?" Wooseok menoleh.

Umji menunjuk pipinya sendiri, tidak mungkin ia berani menyentuh pipi Wooseok. "Gara-gara SinB ya?"

Wooseok mengikuti gerakan Umji. Ah... ia mengerti. "Hm."

"Maafin SinB, ya?"

Wooseok terdiam. Umji meminta maaf atas hal yang tidak dilakukannya. Wooseok jadi malu atas apa yang selama ini terjadi.

"Maaf," kata Wooseok akhirnya.

"Seharusnya gue yang minta maaf," sahut Umji.

"Lo gak salah. Gue yang kekanak-kanakan. Gue pengecut, jadi pantas lo nolak gue waktu itu. Maafin gue ya, Ji."

"Kita sama-sama salah deh kayaknya. Jadi saling maafin adalah solusi terbaiknya."

Lelaki tinggi itu tersenyum. Bagi Wooseok, Umji tak pernah berubah. Selalu mampu bersikap dewasa dalam menghadapi masalah. Sekali lagi, Wooseok dibuat kagum. Ya kagum.

"Temenan lagi, ya? Gak enak hampir setahun kayak gak saling anggap keberadaan satu sama lain hehe..." kata Umji sambil mengacungkan jari kelingking kanannya kepada Wooseok.

Wooseok terkekeh kecil. Umji tetap menjadi orang baik setelah apa yang Wooseok lakukan. Sepolos itu.

Wooseok mengaitkan kelingking kanannya pada kelingking Umji. Pinkie promise.

Malam ini, mereka mmemutuskan untuk berdamai dengan masa lalu.

. . . . .

Umji berjalan keluar dari pagar rumah untuk menuju sekolahnya. Memang sekolahnya tidak terlalu jauh, jadi ia dan Vernon sering lebih sering jalan kaki.

Hm. Vernon. Sudah satu minggu Umji menghidar untuk berangkat sekolah bersama Vernon. Ia selalu berangkat lebih pagi dari biasanya. Dan tampaknya Vernon juga terlihat tidak berusaha untuk mendekati Umji lagi.

Jujur. Umji kecewa dengan reaksi Vernon. Umji tau, SinB sudah menemui Vernon dan pasti SinB menceritakan apa yang terjadi.

Tapi... ya sudahlah. Umji sadar, dirinya hanya sekedar tetangga dan teman satu angkatan, tidak lebih.

Umji sampai ke sekolah dengan lesu. Sekolahnya berjalan datar seperti biasa. Tidak ada yang istimewa. Kehidupannya kembali seperti beberapa saat sebelum bertemu Vernon.

Bel pulang berbunyi. Murid kelas 11 IPA 4 membereskan barang-barang mereka, bersiap untuk pulang. Namun sayang, sepertinya mereka harus tertahan di kelas karena hujan.

Ada yang menghela pasrah, ada yang berencana untuk menerobos hujan, dan ada juga yang senang karena bisa lebih lama di sekolah. Ya, lebih lama bersama doi di sekolah maksudnya.

"Ji? Gue duluan, ya?" pamit SinB.

"Lah? Hujan, Bi!" tegur Umji.

"Mau nerobos aja, udah lama gak mandi hujan."

"Eh, nanti lo sakit."

"Gue strong. Tenang aja!" SinB mengambil tasnya dan memasangnya di punggung.

"Tapi, dua bulan yang lalu lo sakit karena kelelahan. Itu yang namanya strong?"

"Itu beda kasus. Ini kan mandi hujan, bukan hal berat."

"Ish. Ma--"

"Udah, ya! Gue duluan! Bye!"

SinB mulai melangkah. Namun baru satu langkah, SinB termundur karena tasnya di tarik seseorang.

"Lo gila? Mau mandi hujan? Mau sakit lo?" tanya sebuah suara.

"Gue waras, Bin. Sesekali mandi hujan sehat tau!" jawab SinB dengan kesal.

"Daripada mandi hujan, mending pulang bareng gue. Gue bawa mobil."

"Gak mau, Moonbin... gue mau mandi hujan."

Moonbin tidak mempedulikan rengekan SinB.

"Ji, ikut kita gak?" tanya Moonbin pada Umji.

"Kita? Heh! Lo aja, gue mau mandi hujan," omel SinB yang tasnya masih ditahan Moonbin.

Lagi-lagi Moonbin tak peduli.

Umji menggeleng. "Nunggu hujan reda aja."

"Kalau gitu kita duluan, ya?" pamit Moonbin.

"Hm."

Moonbin menarik SinB keluar dari kelas. Melewati koridor menuju parkiran agar tidak terlalu banyak terkena hujan.

Umji tertawa kecil melihatnya. Menjadi hiburan tersendiri ketika melihat Moonbin bersama SinB. Mereka terlihat... cocok. Mereka sudah berteman sejak kecil, sudah kenal dengan sifat satu sama lain. Walau sering bertengkar tapi Umji yakin pasti mereka tak pernah saling mengecewakan.

Tidak seperti dirinya dan Vernon. Lagi-lagi Umji seolah tersentil oleh kenyataan. Ia dan Vernon tak sedekat itu.

Umji berjalan keluar dari kelas. Koridor tampak sepi. Kemana semua orang? Padahal hujan masih deras. Umji menatap hujan dari pinggir teras. Ya, kelasnya berada di lantai 1.

Hujan seperti tidak ingin berhenti. Semakin deras.

"Kim Umji?" panggil seseorang

Suaranya terdengar familiar. Suara yang sejujurnya Umji rindukan.

"Umji!" panggil suara itu lagi.

Umji menoleh. Semua terasa dè javu. Vernon ada di depan kelas 11 IPA 5. Hanya jarak 5 langkah yang memisahkan mereka.










^ ^ ^

Yuhuu... aku gantung lagi kalian hehehe.

Sudah part sweet 17, saatnya minta pendapat kalian. MOHON JANGAN KACANG! Gue tau kacang itu enak, tapi dikacangin itu gak enak.

Jadi,,, kalian silahkan berpendapat. Menurut kalian, cerita ini gimana sih? Apa yang buat kalian suka dan nunggu cerita ini update? Ada saran buat cerita ini?

Ini negara demokrasi, gue menerima pendapat kalian. Seorang penulis butuh masukkan dari pembaca. Bukan cuma memberi, penulis juga butuh feedback dari kalian.

So, setidaknya hargai karya penulis dengan membantu memberi pendapat. Yaaa.. paling vote aja.

Pacar Lima Langkah [Umji x Vernon FF] 》END《Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang