Epilog

1.3K 176 18
                                    

"Ya ampun, Vernon! Lo ngapain berantakin kamar gue?!" jerit Umji yang terkejut melihat keadaan kamarnya yang berantakan.

Bantal dan selimut berserakan di lantai. Berbagai bungkus bekas camilan berhamburan di atas ranjangnya. Benar-benar kacau.

Vernon tidak menjawab pertanyaan sahabatnya itu dan masih fokus menonton tv yang ada di kamar itu. Iya, mereka menjadi sahabat delapan langkah. Sudah hampir 4 tahun sejak kelulusan mereka dari sekolah menengah dan selama itu pula mereka bersahabat.

Mereka menjadi seperti SinB dan Moonbin. Sepasang sahabat yang sering bertengkar. Tidak ada lagi yang namanya jaim di depan satu sama lain. Bahkan, Umji sudah menggunakan kata "lo-gue" saat bicara dengan Vernon.

"Heh! Ditanya malah ngacangin. Tanggung jawab lo! Kamar gue jadi kacau gini, astaga..." omel Umji sambil mulai membersihkan ranjangnya dari bungkusan dan serpihan camilan.

Tak lama, suara isakan terdengar. Vernon kaget dan berdiri menghampiri Umji. Ia tambah kaget saat melihat Umji yang membereskan kekacauan sambil menangis.

"Eh? Ji? Kenapa nangis?" tanya Vernon kaget.

Umji masih menangis walau tangannya masih bergerak membersihkan kamarnya.

"Ji, lo kenapa?" tanya Vernon.

"Masih nanya lagi. Lo jahat, Non. Delapan belas tahun gue huni kamar ini, gak pernah sekali pun gue makan di atas ranjang. Dan hari ini... seenaknya lo kotori kamar dan ranjang gue dengan cemilan seribuan begini," jelas Umji dengan menyebut lama ia menepati kamar ini sejak taman kanak-kanak.

Vernon lagi-lagi kaget mendengar penjelasan Umji. "Ya udah, gue minta maaf. Sini gue bantu beresin."

"Emang seharusnya elo yang beresin!"

"Ututu... Baby Ji marah. Udah ah jangan nangis, jelek kalau nangis begitu. Gue yang beresin semua."

"Sampai bersih, ya?" Umji menghapus air matanya.

"Iya..."

"Oke. Gue mau ke bawah dulu, bantuin mama masak."

"Wih, calon istri idaman."

Umji langsung keluar dari kamar tanpa mengatakan apapun dengan pipi memerah. Sudah 5 tahun kenal Vernon tapi efeknya tetap sama.

. . . . .

1 tahun berjalan begitu cepat. Umji sudah menjadi pengajar Bahasa Inggris di tempat kursus dan Vernon menjadi seorang programer di suatu perusahaan.

Hubungan mereka masih sama. Masih sebatas sahabat. Kelihatannya mereka sama-sama tidak keberatan dengan itu. Ya... setidaknya tidak ada kata putus dalam persahabatan. Dalam ikatan persahabatan seperti ini, Umji harus membuang mimpi pacar lima langkahnya.

Umji menghela pelan dengan kenyataan yang ada. Memang segala sesuatu ada untung dan ruginya.

"Kenapa, Ji?" tanya Vernon yang menyetir di samping Umji.

Mereka sedang berada dalam perjalanan pulang dengan mobil Vernon. Catat. Mobil Vernon, bukan mobil papanya lagi.

"Bukan apa-apa," jawab Umji sambil menunduk.

Entah ada angin apa, tiba-tiba pikiran Umji mengarah pada sesuatu.

"Non, soal gue yang lulus jalur tes dulu... lo tau dari mana?" tanya Umji.

"Mau jawaban jujur atau bohong, nih?" Vernon malah balik bertanya.

"Yang jujur aja, gue masih inget jawaban bohong lo waktu itu."

"Serius inget? Coba, apa?"

"Lo bilang tau dari Mama Chwe, tapi nyatanya sepanjang pagi itu anggota keluarga gue gak ada yang ke rumah lo."

"Eh, pinter. Lo sepenasaran itu mau tau gue dapet info darimana?"

"Udah, sih. Tinggal jawab aja."

"Gue nungguin hasil pengumumannya malam itu."

Umji menganga mendengar jawaban Vernon. Seniat itu? Ini yang ikut jalur tes Umji atau Vernon sih?

"Tutup mulutnya, nanti masuk angin," tegur Vernon.

Saat yang lain bilang "nanti masuk laler", Vernon malah bilang "nanti masuk angin". Vernon doang memang yang begitu.

Umji mengatupkan mulutnya. Mereka sudah sampai di depan rumah Umji. Gadis itu pamit dan membuka pintu mobil, tapi gerakannya tertahan karena Vernon memanggilnya.

"Kenapa?" tanya Umji.

"Um.. besok dandan yang cantik gue sama keluarga bakal ke rumah lo," jawab Vernon.

Umji menatap Vernon heran. "Yaelah, biasanya juga lo ke rumah sebelum gue bangun dan masih muka bantal."

"Udah sih, ikutin aja."

. . . . .

Rumah Umji terasa ramai malam ini karena kepulangan Bobby bersama istri dan anaknya. Bobby memang tidak tinggal di sini lagi. Sejak menikah 2 tahun lalu, ia memutuskan untuk pindah bersama istri dan sang anak. Ingin mandiri katanya.

Umji duduk di sofa ruang keluarga sambil memeluk keponakannya, Kim Ji-Yeon, dipangkuannya. Umji memang sangat menyayangi keponakannya itu. Sejak Bobby memiliki anak, Umji jadi ingin punya anak. Tapi... pasangan pun belum ada.

"Umji, kamu tidur, gih. Jiyeon biar sama kakak aja. Kamu pasti capek seharian ngajar," kata Kim Jisoo, istri Bobby, dengan lembut.

Umji mengangguk. Ia memang lelah. Jisoo mengambil alih anaknya dan mempersilahkan si adik ipar untuk beristirahat.

Setelah masuk ke kamarnya, Umji tidak langsung terlelap. Dia hanya menatap langit-langit kamar sambil berbaring. Sama seperti kejadian 6 tahun lalu saat Umji pulang bersama Vernon untuk pertama kalinya.

Yang membedakan hanya isi pikiran gadis itu. Bila saat itu ia memikirkan betapa menyenangkannya pulang bersama Vernon, kali ini ia memikirkan betapa membingungkannya perkataan Vernon tadi.

Karena sudah lelah, Umji akhirnya mulai terlelap dengan pikiran yang masih belum menemukan penjelasan tentang perkataan Vernon tadi.

. . . . .

Umji menuruni tangga dengan pakaian yang sudah rapi. Ia mengikuti perkataan Vernon, walau ia sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Gadis itu melangkah dengan riang menuju ruang tamu. Namun, langkahnya melambat saat melihat seluruh anggota keluarganya duduk manis di sana. Bukan. Bukan itu sebenarnya yang membuat ia bingung, tapi kehadiran keluarga Vernon.

Mereka lengkap. Mama dan Papa Chwe, Sophia, dan tentunya ada Vernon.

"Wah, rame. Ada apa, nih?" tanya Umji tetap riang walau masih bingung.

"Umji! Sini, nak!" perintah Papa Kim.

Umji mendekat dan duduk di samping Mama Kim.

"Jadi, tujuan kedatangan keluarga Chwe ke sini adalah melamar kamu untuk Vernon," jelas Papa Kim to the point.

Umji terkejut dan menoleh pada Vernon. Laki-laki bule itu tersenyum padanya.

Hmm... Tampaknya Umji memang harus membuang jauh-jauh mimpi pacar lima langkahnya karena pada kenyataannya, yang ada adalah jodoh delapan langkah.

.End.



^ ^ ^

Selesai, borr!!! Tetap koreksinya, yaaa...

Pacar Lima Langkah [Umji x Vernon FF] 》END《Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang