"Umjiiii!!!" panggil SinB sambil berlari ke arahnya.
Umji memperhatikan langkah SinB dengan takut-takut. Takut SinB terjatuh karena yang ia tahu gadis tomboy itu tidak mahir memakai heels seperti saat ini. Saat berjalan dari rumah ke acara kondangan di blok sebelah saja SinB hampir terjatuh, apalagi berlari seperti ini.
Tapi syukurlah, apa yang Umji takutkan tidak terjadi. SinB bisa sampai dihadapannya dengan selamat. Bahkan masih ada senyum di wajahnya.
"Wih... udah bisa lari pakai heels, nih!" seru Umji senang.
"Hehe..." SinB hanya tertawa malu-malu.
"Serem, Bi," rutuk Moonbin yang melihat tawa SinB tadi.
Memang sejak tadi Moonbin mengikuti kemana saja SinB pergi. Ingin menjaga sesuai permintaan sang mama, katanya.
"Umji!" kini giliran Hyunjoo menghampirinya. "Gimana jalan-jalan singkatnya? Kok gak ngajak gua?"
"Hehe... rencananya cuma mau pergi sama Kak Bobby, eh si curut satu ini maksa ikut," jawab Umji sambil menunjuk SinB dengan dagunya.
"Emang suka gak tau diri nih anak," celetuk Moonbin.
"Lo diajak juga mau-mau aja kemarin," protes SinB.
Umji dan Hyunjoo tertawa pelan. Tawa mereka terhenti saat seseorag bergabung di antara mereka.
"Umji, ada yang pengen gue bicarain sama lo," kata orang itu.
Umji menatapnya bingung.
"Please.. tapi gak di sini."
Setelah berpikir, Umji menatap teman-temannya. Ia meminta izin untuk undur diri. Setelah mendapat anggukan dari mereka, orang tadi mengajak Umji untuk menjauh.
"Itu si Dahyun, kan?" tanya Hyunjoo memastikan.
"Hm," sahut SinB yang masih menatap kepergian Umji dan Dahyun.
"Gue khawatir..."
"Tenang. Percaya aja sama mereka. Mereka gak bakal aneh-aneh."
. . . . .
Menit ketiga sejak kedatangan Umji dan Dahyun di taman sekolah masih diisi keheningan. Mereka duduk di bangku taman tanpa ada yang berbicara. Saling diam.
"Mau ngomong apa, Hyun?" tanya Umji yang tidak tahan dengan keheningan.
"Maaf, ya," jawab Dahyun sambil menunduk.
"Untuk?"
"Gue sebelumnya gak tau perasaan lo sama Vernon."
"Lo gak salah, Hyun."
"Gue jelas salah, Ji. Saat SinB nemuin Wooseok di kelas pun gue gak tau. Gue baru tau pas kenaikan kelas, gue baru tau semuanya. Di situ gue kaget, gue sempat egois dan milih buat pertahanin Vernon. Padahal, gue udah tau dengan fakta yang ada. Maaf, Ji. Gue jahat banget sama lo."
"Hm.. udahlah lo gak sepenuhnya salah, kok. Udah jalannya begini. Suatu saat di masa depan lo bakal ingat semua kejadian itu. Itu yang buat lo lebih dewasa dalam menyikapi masalah."
"Makasih, Umji. Gue lega."
Umji tersenyum mendengarnya.
"Ayo masuk!" ajak Dahyun yang mulai kedinginan.
"Lo duluan aja. Gue masih mau duduk di sini," sahut Umji.
"Beneran? Udaranya mulai dingin loh."
Umji lagi-lagi tersenyum. Ia berusaha meyakinkan Dahyun untuk tidak mengkhawatirkannya.
Melihat itu, Dahyun berdiri. "Yaudah, gue masuk dulu. Kalau ada apa-apa teriak aja atau telpon gue atau SinB."
Umji mengangguk. Dengan respon Umji tersebut, Dahyun mulai melangkah masuk kembali ke ruang aula.
Yang Umji lakukan hanya menatap langit yang tidak berbintang. Ia tidak pernah menyangka kehidupan kehidupan sekolah menengahnya akan berjalan seperti ini.
Banyak hal 'pertama' yang Umji rasakan selama sekolah menengah ini. Untuk pertama kalinya ada laki-laki yang menyatakan perasaan padanya, untuk pertama kalinya ia menolak seseorang, untuk pertama kalinya ia jatuh cinta, untuk pertama kalinya ia disakiti, dan untuk pertama kalinya ia belajar untuk menerima semuanya dengan ikhlas. Kehidupannya jadi seseru ini jika diingat-ingat
"Kok, kayak novel, ya?" gumam Umji pelan.
Umji kembali fokus menatap langit. Selain kehangatan keluarga, sepertinya Umji akan sangat merindukan kehidupan sekolah menengahnya. Sekolahnya, teman-temannya, dan cerita di dalamnya.
Saat sedang asyik melamun, Umji merasakan sesuatu menyelimuti bahunya. Hal itu memberi efek hangat. Ia baru menyadari sebuah jas sedang menutupi bahunya. Ia menoleh untuk mencari siapa pelaku pemilik jas.
"Gak dingin, Ji?" tanya Vernon si pemilik jas.
Vernon tahu itu pertanyaan bodoh. Sudah jelas udara di luar sini dingin.
Umji hanya tersenyum. Ah... gadis itu banyak tersenyum hari ini.
Dengan perlahan, Vernon berjalan ke depan Umji. Tangan Vernon meraih kedua tangan Umji dan menggenggamnya.
"Tangan lo dingin. Masuk aja, yuk!" ajak Vernon.
Umji menggeleng pelan. Entahlah, Umji masih ingin di sini. Ingin menikmati angin malam yang jarang sekali ia rasakan.
Vernon melepas genggamannya dan duduk di samping Umji. "Gue temenin kalau gitu."
"Hm... Non," panggil Umji.
"Apa, Ji?"
"Yakin, deh. Bakal kangen banget sama sekolah ini. Banyak hal yang terjadi di sini."
"Benar. Banyak banget."
"Makasih, ya, Non."
"Hm?"
"Makasih udah jadi bagian dari kehidupan sekolah aku."
Vernon tersenyum sambil menatap wajah dari sampingnya. Ia sungguh menyesal telah menyia-nyiakan gadis seperti Umji. Gadis baik yang sungguh penyabar. Oke, mulai sekarang Vernon berjanji. Ia tidak akan menyia-nyiakan Umji untuk kedua kalinya.
^ ^ ^
Ada prolog juga ada epilog, kuy di cek.
Jangan lupa koreksinya seperti biasa...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Lima Langkah [Umji x Vernon FF] 》END《
Fiksi Penggemar"Pacarku memang dekat, lima langkah dari kelas." "Heh! Lu belum jadian sama dia!" "Yeu, berharap dulu gapapa kali." . . . Mulai : 28 Juni 2018 Selesai : 1 Januari 2019 Top 10 : #1 dalam Verji (26-11-2018) #2 dalam Sebeunchin (09-09-2024) #4 dalam 98...