1. Hello dimple!

4.3K 373 12
                                    

Bukan sekali dua kali, tapi hampir setiap kali, gadis dengan perawakan bak model, memiliki kulit sedikit tan dengan surai kelam ini hanya bisa menghela napas ketika orang-orang di sekelilingnya kerap kali membicarakannya.

Tidak tahu apa yang salah dengan dirinya, dia benar tidak tahu apa yang salah dengan dirinya sedaari awal hingga hampir satu kelas membicarakannya.

Ya kalau membicarakan hal baik, tentu dirinya tidak akan sejengah ini ketika menginjakkan kaki di kampus. Contohnya, begini—

Kau punya apa sih selain paras cantik?? Oke memang dia kaya juga sih? Tapi darimana semuanya? Bahkan orang tuaku yang pengusaha ternama saja tidak tau kalau memang orang tuanya itu pengusaha juga atau apalah namanya. Palsu! Dasar pendusta!

Cantik? Gangnam? Ha!! Apa sih yang tidak bisa dibeli dengan uang?

Mungkin benar dia orang kaya dengan memiliki seorang ayah sebagai pengusaha kelas atas, tapi perihal ibunya? Omong kosong, jalang mungkin?! Penggoda!

Anak haram! Sebutan yang pas sekali untuknya!

Lalu setelahnya mereka tertawa begitu renyah terdengar meledek.

Fisik dan kekayaan jadi pembicaraan utama mereka ketika melihat seorang Choi Tzuyu. Gadis bersurai kelam yang hanya dengan memakai pakaian kasual ala anak kampus saja terlihat luar biasa cantik. Bersinar layaknya matahari pagi yang hangat. Sekali tersenyum, lesung pipinya yang bersembunyi terlihat begitu manis seperti gula karamel pada pancake. Sulit menahan untuk tidak ikut tersenyum rasanya. Harusnya ya, harusnya sih begitu.

Tapi apa?

Alih-alih dikelilingi banyak teman atau sekedar dapat pujian manis, malah jauh sekali dari itu yang didapat. Lagi-lagi omongan kosong kasar yang jelas tidak tahu berdasar darimana, atau cibiran panas yang tidak enak didengar jadi sarapannya pagi ini.

Padahal apa? Sama sekali dirinya tidak pernah barang sekalipun mengucap yang meninggikan dirinya sendiri di depan banyak orang. Menyombong sekalipun apalagi, tidak pernah sama sekali. Dia bukan tipikal gadis yang seperti itu.

Awalnya, bahkan sampai saat ini, perasaan risih itu masih selalu ada. Tidak nyaman berada di tempat ramai termasuk di kelasnya sendiri. Setiap hari pasti ada saja cibiran, layaknya sarapan pagi dan makan siang rasanya—rutin. Gadis itu terluka akibat kesalahan yang ia tidak tahu sendiri itu apa.

Tapi dia bisa apa? Satu lawan banyak rasanya mustahil melawan atau barang mengucap kata pembelaan atas cibiran gadis-gadis menyebalkan itu. Bukan hanya gadis-gadis yang sekedar iri, kalau mau tau. Bahkan pemuda di kelasnya tidak jauh beda dari gadis-gadis itu.

Dia bilang, kalaupun melawan, memangnya mereka akan berhenti begitu saja? Sedangkan yang menjadi objek cibirannya itu tidak akan berubah sama sekali, akan sama setiap harinya. Percuma saja. Buang-buang tenaga, meski dinding hatinya pelan-pelan sudah terkikis.

Kala itu, saat pertama kali mulai perkuliahan seusai masa orientasi, dia sempat memiliki dua teman perempuan. Mereka berdua, menurut Tzuyu adalah gadis cantik juga manis yang begitu baik mau menemaninya ketimbang mencibirnya seperti gadis yang lain. Tapi lama kelamaan, pada akhirnya mereka menjauh juga.

Tahu alasannya apa?

Pemuda yang mereka sukai, sialnya malah menyukai Tzuyu. Bukan salah satu, tapi keduanya. Padahal, mereka tahu sendiri dengan begitu gamblang Tzuyu menolak ajakan ringan untuk sekedar minum atau makan di kafe dekat kampus.

SUGARPLUM |TAETZU|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang