15. First Date

753 161 14
                                    

Kencan.

Bukan kali yang pertama untuk Taehyung. Karena jelas, sebelum menetapkan hatinya pada si gadis Choi, dia sudah pernah merasakan bagaimana kencan. Tapi kata Jimin, ini kali pertama untuk Taehyung. Sebab, tidak pernah dilihatnya Taehyung sebegitu gelisahnya hanya karena pakaian, perihal parfum pun terakhir adalah hal paling sepele. Yaitu perihal gaya rambut.

"Budd! Kau memang baru pertama kencan. Aku yakin."

Begitu kata Jimin dengan punggung tangannya yang menutup mulutnya, menahan tawa yang sebenarnya akan meledak.

"Diam. Kau tau jelas bahkan, kalau aku pernah kencan dan mendekati dia yang dulu kau kenalkan itu meskipun pada akhirnya tidak sampai jadi kekasih."

Jelas Taehyung dengan dahi yang merengut sembari membetulkan tatanan rambutnya.

"Jelas beda, Kim. Dulu bahkan kau mana pernah bertanya oadaku perihal gaya rambut begini. Bukan kau sekali. Yang sekarang, kau lebih—umm, apa ya, genit sekali," katanya lagi menimpali.

Tidak menghiraukan apa kata sahabatnya. Tidak peduli, padahal memang benar semua yang Jimin bilang. Memang bukan yang pertama, tapi rasanya, debarannya bahkan lebih dari kali pertama ia kencan dulu bersama si dia.

"Sudah tampan belum?"

Tanyanya. Entah sudah berapa kali dia melontarkan pertanyaan yang sama. Dan Jimin memilih mengangkat telepon dari kekasih ketimbang harus menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sama pula dengan yang sebelumnya. Sebab dia tau, Taehyung memang bebal.

"Jim, jangan diam begitu! Cepat jawab!"

Seakan tidak peduli kalau sahabatnya sedang kasmaran dengan si kekasih via telepon, Taehyung terus merengek meminta jawaban.

Dengan sebuah decakan kesal diikuti sebuah anggukan dari Jimin, maka senyuman Taehyung merekah. Membayangkan hal menyenangkan dimulai dari tiga puluh menit setelah ini. Dimana dadanya berdebar secara anomali, ujung bibirnya tak henti untuk menyunggingkan sehuah senyuman dengan bayangan si gadis Choi yang berputar di kepalanya.

"Kalau begitu aku berangkat!" katanya kemudian sembari berkaca sekali lagi sebelum akhirnya dia keluar.

***

Pedal gas sudah diinjak, mobilnya melaju santai sebab ia gugup. Jantungnya berdebar terus-menerus namun senyumnya tak pudar sedikitpun.

Setelan classy khas si pemuda Kim menambah sedikit kepercayaan dirinya untuk ia yang sebenarnya luar biasa gugup. Mengatur napas berkali-kali, sebab memikirkan bagaimana si gadis Choi tersenyum membuat perutnya menggelitik layaknya ada ribuan kupu-kupu di sana.

Lamunannya terhenti, fokusnya terbagi antara jalanan dan juga bunyi ponselnya yang berdering.

Choi Tzuyu

Menepi sebentar, kemudian berdeham sebentar sebelum pada akhirnya mengangkat telepon dari si gadis Choi.

"Iya? Ada apa Tzuyu-ssi?"

"Tidak, umm—hanya memastikan kalau sunbae benar akan kemari kan?"

Sebuah anggukan refleks dari si pemuda Kim. Padahal yang di seberang telepon sana, sama sekali tidak melihatnya.

"Maksudku, iya. Tentu saja, kenapa? Ada sesuatu? Atau kau mendadak tidak bisa, tidak apa. Umm—bisa lain hari, tapi tentu janji harus tetap kau tep—"

"Tidak sunbae, bukan begitu. Umm—aku menunggu sejak dua puluh menit yang lalu. Kalau begitu terimakasih, dan juga hati-hati. Tidak boleh menaikkan kecepatan melebihi normal, tidak bol—"

SUGARPLUM |TAETZU|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang