7. Kecantikan bukan sebuah hal yang menarik

1.1K 241 11
                                    

Kembali hujan di akhir September menuju bulan yang baru, hari yang baru juga dunia yang baru bagi Tzuyu.  Belum tahu, barang hampir selangkah lagi dia masuk ke dalam sebuah ruangan besar bernuansa merah hati yang temaram itu akan bagaimana keadaannya. Tapi yang jelas, dia berdebar. Tangannya mulai berkeringat dingin, dia gugup, sudah jelas.

Ini pertemuan pertama setelah audisi dan gathering kemarin. Bukan lagi untuk sekedar keterpaksaan, karena apa? Dia juga terikat sebuah janji, juga sebuah kesemuan yang samar-samar tampak layaknya keindahan yang sepertinya akan memberi bahagia.

Dia masuk tepat waktu. Sengaja. Alasannya sama seperti kemarin-kemarin—tidak mau cari masalah.

Dan memang, belum ada satu pun anggota baru yang muncul. Beberapa senior ada di sana, pun ada beberapa orang diantara senior itu yang baru ia lihat wajahnya. Ternyata banyak sekali hal yang perlu dia ketahui.

Setelan turtleneck hitam dilapisi overall dress cream dengan motif kotak-kotak kecil berwarna merah selutut dikenakan dengan begitu pas olehnya. Manis sekali. Ditambah surai kelamnya yang terurai menjuntai, benar-benar indah. Mereka semua di sana bisa mengakui itu.

Membungkuk dengan begitu sopan dan senyum sewajarnya yang mungkin ketika dilihat orang itu merupakan senyum paling manis yang pernah ada. Lagi-lagi lesung pipi menjadi salah satu alasannya. Tolong sadarkan si pemuda Kim yang tidak berkedip ketika melihatnya.

"Annyeong, Tzuyu-ssi!"

Dan itu sapaan luar biasa genit dari salah satu gadis Jepang di sana—Sana sunbaenim-nya.

Kembali senyuman dan bungkukan lagi menjadi jawaban, lalu diakhiri dengan menyapanya balik meski hampir tidak terdengar suaranya. Kali ini tidak ada senior-senior jahil semacam kemarin, karena dalam project ini memang yang berkepentingan yang hadir dan ya mungkin sesekali akan, tapi jika dibutuhkan.

Belum hampir sepuluh menit tapi ruangan sudah terisi dengan yang berkepentingan dalam project ini. Dan itulah juga yang menjadikan alasan paling kuat, kenapa dirinya tidak mau sama sekali terlambat. Mereka semua tepat waktu.

"Halo! Kita bertemu lagi, tapi dalam keadaan dan kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Hari ini kali pertama kita latihan untuk project yang akan datang. Dan maaf sekali untuk para gadis, karena bukan Taehyung sunbaenim yang menyambut kalian dalam latihan ini," ujarnya dengan suara yang semakin disedihkan di akhir kalimat.

Bisa ditebak siapa yang bicara barusan. Dengan aksen Jepangnya yang kentara dan sedikit melengking, jelas Sana pelakunya. Ia terkekeh sembari melihat Taehyung yang memutar bola matanya malas dan suara riuh meramaikan ruang theater sore itu. Mengalahkan suara riuh hujan di luar sana.

"Biar kujelaskan project apa yang kumaksudkan barusan—," ucapnya sembari berdeham sebelum kembali bicara, "jadi, klub theater kita mendapat sebuah kepercayaan atas nama universitas untuk menggelarkan drama Memoirs of Geisha yang mana Geisha merupakan salah satu sebuah kebudayaan Jepang. Menarik, bukan?"

Dan sebuah anggukan serempak menjadi jawaban mereka semua atas ucapan Sana, "Dan disini, aku dan Mina—," menoleh pada Mina dan mengajaknya berdiri di sampingnya, "menjadi penanggungjawab dalam project ini, karena kami berdua berasal dari Jepang. Maka dari itu, disini kami berdua dengan persetujuan yang lain telah membagi peran-peran untuk semuanya. Akan dibagi selembar kertas yang di dalamnya berisi peran dan nama yang memerankan dalam drama ini. Sekian sambutan dari kami, terima kasih untuk perhatian kalian."

Dan seruan tepuk tangan terdengar dengan wajah ceria masing-masing anggota. Rasanya senang, bukan? Bermain dengan para senior dalam project besar begini. Sampai-sampai membuat dirinya berdebar. Padahal sendirinya tidak tahu kedepannya, bahkan sesaat setelah Sana berbicara tadi, si gadis Choi masih tidak tahu harus berbuat apa.

SUGARPLUM |TAETZU|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang