BAB 2 [Es Krim Vanila]

408 62 37
                                    

BAB 2 |[Es Krim Vanila]

Fanya jadi membayangkan bila berangkat ke sekolah cuma pakai kaus kaki sebelah, yang ada nanti dua kutu rese itu bakal mem-bully-nya. Tapi, ia sudah tidak tahu lagi harus cari ke mana? Yang ada ia malah cemberut karena ingat ucapan ayah soal kaus kaki itu.


"Nggak kelihatan tomboi, Nak."

"Apalagi warna pink begini, kan lucu anak Ayah."

Kalau dulu ia bakal langsung peluk ayahnya. Tapi, sekarang Fanya cuma bisa menepuk-nepuk kepalanya.


Ayah, sudah tenang di pangkuan-Nya. Buat apa aku khawatir tentang dia. Ayo, semangat Fanya! Lo bisa hadapi semua ini. Bibirnya menyembulkan senyum untuk dirinya sendiri.

“Ma, lihat kaus kaki Fanya, nggak?” Akhirnya Mama juga yang kena sasaran pertanyaan.

Isabella yang datang dari arah dapur membawa sepiring nasi goreng langsung merengut dicecar pertanyaan anak gadisnya.

Fanya itu bawel dan Ganni—kakak Fanya paling sering sewot kalau ada di rumah.

Wanita itu meletakkan piring sebelum menjawab pertanyaan tersebut, “Nggak, Sayang. Coba kamu inget-inget lagi.”

Fanya tak menyangka dua tahun cepat berlalu. Padahal waktu itu Kak Ganni baru diterima di PTN luar kota.


Karena dari umur lima tahun Ganni sangat suka menggambar. Anak muda itu memutuskan dirinya berkiprah di dunia desain grafis.

Tak hanya sekali tangan Isabella memijat kepala. Wajah pucat berkeringatnya pun dibaluri minyak kayu putih yang sudah ia kantungi dalam saku celana.

Kenapa bingkai-bingkai yang terpajang di ruang tengah ikut berputar?

Ada gempakah?

"Au," pekiknya tak menyangka bakal limbung.

Fanya terperanjat ketika mendengar pekikan dari arah Isabella. Buru-buru sepatu yang ada di tangannya ia lempar dan berlari menghampiri wanita itu.

“Mama,” seru Fanya.

“Mama. Lebih baik kita ke dokter aja.”


“Mungkin Mama kecapean, Nak. Kamu berangkat sekolah saja,” tukasnya segera mengecup kening Fanya dengan sayang.

Tak lupa dipegangnya tangan gadis itu penuh harap.

"Mama yakin? Aku bisa minta izin nggak berangkat ke sekolah." Kali ini wajah Fanya gelisah.

"Yakin, Nak. Lagian sebentar lagi juga Mama berangkat, kok," balas wanita paruh baya itu dengan suara bergetar.

Semenjak statusnya berubah menjadi single parent, wanita itu dengan lapang dada banting tulang. Dua tahun lagi anak lelakinya akan menyelesaikan kuliah. Sementara anak gadisnya sebentar lagi lulus sekolah.

Biang OnarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang