BAB 14 [Pentas Kartini Masa Kini]

151 22 2
                                    

BAB 14 | Pentas Kartini Masa Kini

Kacau.

Ini benar-benar kacau.

Seharusnya ia tak perlu cari masalah dengan Galaska kemarin. Biar sekarang ia bisa minta tolong buat diantar sampai sekolah pakai mobilnya secara cuma-cuma. Atau minimal cowok itu bisa kasih tebengan motor hari ini.

Dasar bodoh! Ini di luar dugaan namanya.

Pakaian ala Belanda yang ia kenakan ini memang sedap dipandang. Dilihat dari modelnya saja lain daripada yang lain. Semalam ia sempat pasang snap-wa dan teman-temannya bilang gaun ini instagramable. Fanya tak bisa membayangkan bagaimana reaksi penumpang yang ada di bus kalau ia pakai gaun ini ke sekolah.

Dikira orang gila aku huaaaah.

Padahal waktu itu Fanya cuma kepo di instagram soal tempat liburan keluarga sekelas Frame House susu Lembang. Ingin hati mengajak Kak Ganni bersama Mama ke sana justru tergagaslah kostum yang sangat khas ini untuk tokoh seorang putri yang akan ia perankan.

Sekarang ia cuma ingin teriak di kuping Galaska. Kemudian merutuk dan memakinya. Setelah itu menjambak dan melemparnya ke hati. Eh, boleh?

Dengan tekad yang kuat Fanya mengendus aroma enak yang menguar dari ruang tengah. Tercium sampai menggelitik perutnya yang kosong.

Sekarang Fanya mengaku, bila ia tak pandai berdandan. Kalau soal duduk di meja rias Mama itu tak lebih dari sebuah pencitraan. Bergaya feminin saja baru-baru ini. Mana bisa ia pakai riasan yang lebih cetar dibanding memakai lipstik dan bedak. Ia bukan gadis sepiawai itu.

Kakinya mencak-mencak tanpa sepatu.

Haduh ... tunggu dulu ... mana nggak ada sepatu yang layak pakai lagi. Gebel banget hidupku ini.

Masa mesti pinjam barang Mama lagi. Bisa-bisa kena omelan level pedas badai gila ulala. Itu gawat!

Isabella tiba-tiba datang mengejutkan.

"Oh, my god, sayang ... kamu ngagetin Mama tahu!"

"Ih, yang bikin kaget itu Mama tahu!"

"Kamu yakin mau ke sekolah pakai baju begituan?" tanya Isabella meragu.

"Begituan apa?" tanya Fanya menimpali.

Seketika wanita itu meringis melihat dandanan anak bungsunya yang acak adut. Bukan terlihat elegan yang ada malah kayak badut.

Jadi, begini akhirnya nasib Fanya. Kembali duduk di depan cermin dengan polesan, yang entah itu apa namanya, agar bisa dirapihkan. Lima menit lagi ia harus berangkat. Bus dari sini sudah dipastikan ngetem bukan main.

"Nah, begini baru cantik." Fanya melohok saat wanita itu membalikkan tubuhnya. Tak pikir panjang, ia segera mengambil tasnya agar segera berangkat ke sekolah.

Nyaris pukul 07.00 WIB. Fanya bahkan masih ada di rumah.

"Oke, aku berangkat, Mah," ucapnya tanpa ambil ancang-ancang dan tanpa sarapan.

Poor Fanya!

🌻🌻🌻

F

anya bertekad untuk tak peduli dengan tatapan penumpang yang tak mau diam, melirik-lirik ke arahnya seperti melihat puteri raja.

Seorang pria tua berwajah datar memberi celah agar Fanya bisa duduk di sampingnya. Dengan susah payah akhirnya gadis itu pun membuka kaca jendela di sisi kanannya. Setelah kewalahan membenahi gaunnya yang selalu mengembang.

Biang OnarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang