2. First at School.

6.3K 374 129
                                    

"Titip istri gue, ya, Bro! Sori gue nggak bisa nemenin, ada kelas soalnya!" ucap Dimas saat Alya dan Rendra turun dari Freed Silver di depan sekolah tempat istri Dimas mengajar. Rendra bersikeras mengendalikan kemudi mobil Dimas karena lelaki ini punya masalah dengan kendaraan darat. Hari ini rencananya Alya akan memperkenalkan Rendra pada Anggi, kepala sekolah yang juga adalah atasan Alya.

Rendra mengangguk tanpa suara dengan ekspresi bosan, bukannya apa-apa, entah sudah berapa kali Dimas menitipkan Alya pada Rendra. Sifat Dimas yang over protektif juga bukan tanpa alasan, Alya sedang berada pada kondisi kehamilan pertamanya dengan HPL sudah lewat tiga hari. Konsultasi ke dokter kandungan sudah dilakukan dan janin masih dalam kondisi prima, sehingga belum ada perintah selanjutnya selain menunggu kontraksi datang dan kontrol satu minggu sekali.

"Yuk, Mas! Jangan grogi, yah! Bu Anggi termasuk yang open minded, kok, orangnya. Usia baru sekitar tiga puluh tujuh, tapi lumayan wise sebagai pemimpin," ucap Alya setelah terdengar suara pintu mobil ditutup, dan wejangan-wejangan ala suami siaga dari Dimas lengkap ditelannya dengan senyuman.

Rendra mengangguk sekali lagi, menyejajari langkah Alya yang walaupun dengan perut—yang Rendra rasa sama dengan—besar dua kali bola sepak, masih bisa bergerak dengan gesit. Lelaki berkemeja abu tua ini ngeri sebenarnya, karena tidak pernah berurusan dengan wanita hamil sebelumnya. Takut kalau tiba-tiba waktu melahirkan datang, dan Rendra tidak tahu apa yang harus dilakukan selain membawa Alya ke rumah sakit.

Suara ketukan sepatu pantovel hitam mengilap yang membungkus kaki Rendra—hasil meminjam dari Dimas, karena Rendra hanya membawa sepatu kasual—memenuhi ruang udara di lobi sekolah, beriringan dengan decit alas karet sepatu beberapa siswa yang lalu-lalang di luar kelas. Kegiatan belajar mengajar belum efektif karena classmeeting baru saja dimulai. Tampak pandangan kepo terlukis pada ekspresi beberapa gerombolan siswa yang kebetulan melewati lobi, membuat Rendra sedikit tak nyaman. Ia sedang diminta untuk menunggu di sofa lobi sementara Alya memastikan keberadaan Anggi di ruangan.

"Yuk, Mas! Sini!" Kepala Alya menyembul dari tikungan berbatas tembok di koridor menuju ruang kepala sekolah. Rendra mengangguk untuk yang ke sekian kali lalu beranjak menjinjing ranselnya mengikuti Alya. Alya mengetuk pintu sekadarnya, lalu saat pintu ruang kepala sekolah dibuka, Rendra dan Alya mendapati wanita berpenampilan segar dengan kacamata berbingkai oval sedang menekuri setumpuk dokumen.

"Selamat pagi, Bu," sapa Alya ramah, ditanggapi dengan senyum senada dari si wanita sembari beranjak dari tumpukan dokumen di hadapannya. Tak begitu banyak barang yang ada di ruangan berukuran 7x6 meter persegi ini, hanya meja kerja yang bersisihan dengan dua almari besi dan sofa L berbahan kulit suede di sudut. Bau cat baru masih tercium, sepertinya ruangan ini baru saja difungsikan kembali.

"Bu Alya, ya ampun udah gede banget perutnya. Gimana sehat, 'kan?" Anggi menjabat tangan Alya kemudian membimbingnya duduk di sofa. "Ini siapa, Bu?" Pandangan bertanya kemudian terbit saat mendapati lelaki tegap dengan penampilan seperti eksekutif muda tanpa dasi dan jas ikut melemparkan senyum di samping Alya.

"Alhamdulillah sehat, Bu. Yah, walaupun udah pegel banget pinggangnya, tapi kata dokter nggak boleh males-malesan. Harus rajin jalan-jalan biar kontraksi cepet dateng." Alya mengelus pinggang sembari tersenyum lalu melirik Rendra. "Oh, iya, kenalkan ini Mas Rendra, yang akan menggantikan saya selama cuti, Bu." Alya mengkode Rendra agar menjabat tangan Anggi dengan kerlingan mata.

"Oh, Pak Rendra, saya Anggi, kebetulan dipercaya ketua yayasan untuk mengkoordinir teman-teman guru di sini." Anggi menyambut uluran tangan Rendra, lalu kembali fokus pada Alya, "HPL-nya kapan, Bu? Duh, kalau saya sudah malas keluar-keluar rumah, sudah buncit banget begini." Anggi mengelus perut Alya, senyum tulus tampak tersungging di bibir berbalut lipstik cokelat muda milik wanita ini.

(im)Perfect Stuntman (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang