"Yak, tahan! Bibirnya agak dibuka sedikit, Cid, biar kesan sensualnya dapet. Nah! Begitu! Oke take dulu."
Seorang wanita bergaun putih gading sedang duduk bersila memeluk bantal sofa di atas karpet bulu di bawah arahan lelaki setengah baya. David, si fotografer profesional pun autofokus dengan pemandangan di depannya. Beberapa kali menekan tombol capture sembari kesulitan menelan ludah karena pose si model. Lima sampai enam kali take setiap pose seakan tidak cukup untuk menyusut keringat yang mengaliri pelipis lelaki ini.
"Sekarang gaunnya diturunin sedikit, biar keliatan bahu kamyu yang sebelah," ucap Tejo, si pengarah gaya sambil membimbing tangan model untuk diletakkan terentang di atas bantal, "Cakep! Yak, tahan! Take!"
Bak kerbau yang dicocok hidungnya, model yang dipanggil dengan nama Acid ini pun menuruti segala perintah dari pengarah gaya. Sudah enam bulan terakhir ia melakoni profesi sebagai model, dengan manager sekaligus pengarah gaya yang sama. Hubungan keduanya sudah seperti paman dan keponakan, dekat meski terbatas dalam lingkup profesionalisme pekerjaan.
"Aduh, kamu kenapa, sih, Honey? Ekspresinya kurang dapet! Biasanya eyke panas dingin kalau arahin gaya ke kamyu. Sekarang, kok, dingin doang. Ayo, Honey, biar cepet selesai, katanya kamyu keburu ada acara setelah ini?"
Lelaki setengah baya ini mengibaskan kipas yang sejak tadi berada di genggaman, padahal suhu ruangan sudah diset lima belas derajat. Style seorang Tejo Notodipuro, manager sekaligus fashion stylish model tingkat internasional ini memang lekat dengan sifat kewanita-wanitaan. Saat dikonfirmasi, Tejo, begitu sapaan akrabnya berdalih, "Ya daripada eyke pegang rokok, ngebul di mana-mana, mending kipas, kan, bok?"
"Nah, sekarang matanya merem, bibir bawahnya rada disembunyiin dikit biar pada penisirin. Oke, take!" Di usia yang sudah tak lagi muda, Tejo sudah tentu memiliki banyak pengalaman. Apalagi di ranah profesionalisme pekerjaan, satu pose untuk terpampang di halaman majalah dewasa dihargai sampai puluhan juta jika tim Tejo sebagai pengarah gayanya.
"Udah, ya, Om. Acid udah telat. Tiga jam Acid di sini, mana gaunnya tipis gini, ntar kalau Acid masuk angin gimana?"
Namun sayangnya, keprofesionalan Tejo tak serta merta membawa Acid ke dalam kenyamanan. Usia yang terhitung masih belia membuat gadis ini harus banyak mendapat bimbingan dari senior di bidang permodelan. Sampai pada satu semester karirnya di dunia model pun masih akrab dengan kecanggungan. Apalagi masalah identitas, Acid selalu mewanti-wanti pada sang manajer agar merahasiakan asal-usulnya pada siapa pun, termasuk klien-klien mereka.
"Oke, Honey! Sekali lagi, ya! Itu jari kamyu masukin ke sela rambut, pandangannya jangan ke kamera, bibirnya, Honey! Buka dikit, sip! Take!"
Akhirnya proses panjang yang melelahkan pun selesai. Acid lalu membungkus tubuhnya dengan dress berkancing seperti blazer berwarna krem, menutupi kostum minim yang tadi dipakai. Tergesa ia mengemasi barang-barang dan mengenakan boots beledu marun sebelum berlari kecil ke arah manajernya yang sedang asyik melihat hasil gambar di kamera.
"Oke, lumayan, lah buat minggu ini. Kamyu nggak mau makan dulu? Udah disiapin di Lounge, lho!" tawar Tejo sembari menyambut jabat tangan Acid diteruskan cipika-cipiki manja, ritual berpamitan ala mereka. Acid hanya menggeleng tak berminat, helaan napas berat terbebas dari hidung bangir gadis ini menandakan suasana hati yang sedang sangat jelek.
"Hey, what's up, sih? Kenapa kamyu itu? Eyke liat murung terus dari tadi?" Tejo mencubit gemas pipi Acid sampai meninggalkan jejak bedak dan foundation di telunjuk dan ibu jarinya. Tiap kali pemotretan Acid memang menuntut tim make up Tejo untuk memoles wajahnya setebal mungkin, selain agar terlihat cetar di kamera juga supaya tidak mudah dikenali. Itulah sebabnya Acid jarang sekali menerima konsep yang berkaitan dengan air dalam pemotretan, karena pasti akan menampakkan wajah naturalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(im)Perfect Stuntman (Completed)
RomanceAmazing cover by: @nasyaelf [Update setiap Sabtu, insyaallah] Keinginan Rendra untuk lari sejenak dari kisah dengan mantan calon istrinya justru membuka lembaran baru kisah lain. Bukan sebuah kesengajaan melainkan suatu jebakan. Atas nama kesetiaka...