15. The New Boss (2)

2.4K 242 55
                                    

Suasana malam di kota Jogja yang dingin tak serta merta menyurutkan semangat Rendra untuk bekerja. Ditemani secangkir teh lemon hangat lelaki ini mulai membuat rancangan anggaran untuk set up bangunan branch office Bayu. Sesekali tampak pelayan hotel dengan pakaian khas setelan hijau-hitam lalu lalang melayani konsumen yang juga sedang menikmati malam di lobi hotel.

Lemon tea hangat Rendra sudah berubah agak dingin ketika akhirnya muncul sosok Acid dari koridor kamar, berjalan menghampiri tempat duduk Rendra. Gadis ini mengenakan celana katun dengan kerut di pergelangan kaki dan kaus kuning bermotif jeruk sunkist, terlihat menggemaskan di pandangan Rendra. Kalau itu Mita, Rendra pasti tak akan segan untuk tersenyum lebar sembari memuji penampilannya.

"Harus pakai make up seperti itu, ya? Kan jam kerja kamu sudah habis." Rendra melirik sosok Acid yang berdiri di hadapannya berjarak selebar meja dan kursi.

Rendra berharap menemukan wajah natural tanpa make up dari seorang Acid, karena berbagai dugaan yang bermain di pikirannya. Akan tetapi kandas, karena ternyata gadis yang sudah menemaninya seharian ini kembali memoles wajah. Tentu saja, mana mungkin Acid berani menghapus make up-nya, sudah tergambar jelas apa tujuan si gadis melakukan hal itu di pikiran Rendra.

"Tuntutan profesi, Om. Buktinya ini saya masih kerja buat laporan yang Om minta," sahut Acid sembari menarik kursi mundur beberapa inci, mencipta ruang untuk menyelipkan tubuh rampingnya di sana. Hatinya masih saja ketar-ketir, menebak-nebak, sebenarnya apa yang ada di pikiran guru kecenya ini. Tanpa ingin berspekulasi buruk, akhirnya Acid mempertahankan make up di wajah, hanya untuk membuat hatinya sedikit tenang.

"Saya tidak menuntut, kalau yang kamu maksud itu profesi sebagai asisten saya. Gimana tawaran saya tadi?" Rendra tampak serius memindai layar laptop, meneliti laporan perjalanan dan notulensi meeting yang beberapa menit lalu dikirim Acid ke email-nya. Tangannya bergerak-gerak di atas mouse optik sesuai dengan gerakan bola mata yang mengikuti kursor. Sesekali juga mengalihkan pandangan ke Acid yang sedang sibuk menulis laporan di aplikasi microsoft office ponselnya, mencocokkan tulisan-tulisan di layar 5,5 inci dengan lembaran-lembaran kecil bukti pembayaran.

Sebenarnya di awal saat Rendra bertemu Acid di stasiun, sudah ada keyakinan bahwa gadis yang sedang sibuk di depannya ini, adalah gadis yang sama dengan yang ditemuinya di sekolah. Pascal. Rendra sudah mengecek nomor ponsel yang diberikan Tejo, dan nomor itu sama dengan yang disimpan dengan nama Astrid D. P. di ponselnya. Rendra ingat betul kalau ia menyimpan nomor Pascal saat menemukannya di pengumuman kehilangan liontin beberapa waktu yang lalu.

Diperkuat dengan Acid yang keceplosan memanggilnya 'bapak' saat malam ia berada di Lada Bar and Kitchen. Terkadang kecerobohan hakiki yang ada pada muridnya itu membuat Rendra geleng-geleng kepala sendiri. Rendra merasa belum perlu membuat Acid shock sehingga masih setia dengan peran sebagai si Ludwig, pengusaha konstruksi, alih-alih menangkap basah Acid dengan dugaan yang sudah ia yakini seratus persen benar. Lagi pula, Rendra masih ingin mengenal personality muridnya melalui Acid pun sebaliknya, siapa tahu ada hal baru yang bisa ia temukan nanti.

"Tawaran yang mana, Om?" Acid mengangkat wajah sejenak dari layar ponsel yang sedari tadi ditekuri. Jelas sekali wajah dengan ekspresi mengira-ngira terlihat di sana. Pantulan sinar lampu lobi hotel yang justru membuat iris cokelat Acid makin terlihat cerah, tak dapat dimungkiri membuat Rendra terus saja mengingat mantannya.

Setiap kali panggilan 'om' meluncur, risih rasanya terdengar di telinga Rendra. Niat untuk memojokkan Acid jadi semakin bulat bersarang di hati lelaki ini, hanya saja ia tak tega untuk mengeksekusi. Lagi-lagi kelemahan terekspos, Rendra memang paling tidak bisa menghadapi kesulitan wanita, takut naluri menolongnya terlalu menguasai, takut kepanikan melanda dan berujung keteledoran. Walaupun sikap Rendra belakangan ini jelas sudah mengkhianati, kalau sadar tidak bisa menghadapi wanita kenapa justru mencipta kesempatan untuk bersua?

(im)Perfect Stuntman (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang