8. The Power of Kepepet.

2.7K 225 29
                                    

Satu minggu berlalu begitu saja. Tidak ada yang berarti di kehidupan Anesh, selain berkutat dengan kamar bernuansa kuning dan jingga serta apapun di dalamnya. Sesekali ia memandang ngeri ke ponsel, menanti detik-detik Pare-nya memanggil. Karena seharusnya maksimal tiga hari yang lalu ia sudah menemui guru kece itu untuk membayar kesalahan yang telah lalu. Entah sengaja atau tidak tapi sampai sekarang Anesh tidak menerima panggilan dari Rendra. Setidaknya belum.

Banyak sekali skenario yang telah Anesh rangkai hanya untuk mencari aman. Mulai dari membayar orang untuk menggantikannya menemui Rendra sebagai Acid, atau meminta Sisil mengaku menjadi Astrid untuk mengambil liontin yang ada pada Pare. Namun sialnya skenario-skenario itu diprediksi berbuntut celaka, karenanya Anesh masih bergeming, tidak melakukan aksi apa-apa.

Jeff menggunakan satu minggu libur semesternya untuk pulang ke Singkawang, setidaknya itu laporan yang diterima Anesh dari Salma dan Sisil. Baguslah, Anesh jadi tidak perlu was-was dua kali karena Jeff yang menganggur tanpa sibuk berkegiatan akan berimbas kepadanya. Bukan tidak mungkin Jeff akan mengajak Anesh jalan lagi. No! Anesh belum menyiapkan diri untuk kedua kalinya dibuat kelimpungan oleh lelaki bermata sipit itu. Bahkan gadis ini sudah berencana untuk benar-benar menghindar dari Jeff, demi kelangsungan detak jantungnya tetap stabil di tempat.

Sial yang bertumpuk lagi karena di Senin pagi ini Anesh harus mulai melancarkan rencananya, karena hari pertama masuk sekolah setelah libur semester sudah tiba. Hari yang biasanya membuat Anesh begitu bersemangat, kali ini disambut sekadarnya saja. Ayah dan ibunya bahkan sudah bertolak ke Semarang subuh tadi untuk menghadiri undangan LPMP Jawa Tengah. Kecupan sayang dari Hendra sebelum berangkat menjadi suntikan semangat untuk Anesh selama beberapa hari ke depan.

Dan di sinilah Anesh sekarang, dengan mata menyipit karena terpaan sinar matahari menelusup di sela barisan, menempelkan ujung jari telunjuk di kening saat terdengar lagu Indonesia Raya dinyanyikan tim paduan suara sekolah. Keringat dingin membanjiri pelipis gadis ini karena drama hari pertama sekolah ikut meramaikan paginya, terburu-buru hingga tidak sempat sarapan. Padahal Mbak Yuli, asisten rumah tangga paruh waktu di rumahnya sudah menyiapkan.

Merasa tidak kuat lagi berdiri, Anesh memilih mundur dari barisan. Kalau Salma ada, mungkin akan berteriak panik karena wajah Anesh sudah pucat pasi seperti mayat. Entah beruntung atau apes karena Salma masih dalam perjalanan pulang dari Palembang, tempat Neneknya bermukim. Kemeja putih yang dikenakan Anesh sudah mulai basah di seluruh bagiannya, makin banyak cairan tubuh yang hilang membuat Anesh lemas dan akhirnya memilih merapatkan tubuh di tembok gazebo satpam. Memang kebetulan barisan kelasnya paling belakang dekat dengan tempat itu.

"Pascal, kamu sakit?" Hanya suara bariton itu yang sempat Anesh dengar saat ia merasa tubuhnya limbung, disusul telinga berdenging lalu diakhiri dengan munculnya pandangan berkunang-kunang. Kalau sanggup, Anesh ingin sekali berlari menjauh atau kembali ke barisan upacara, karena seingatnya hanya Pare yang memanggilnya dengan sebutan Pascal. Dan suara bariton itu adalah suara yang sangat Anesh kenal sekaligus hindari.

Anesh jatuh pingsan dan Rendra dengan sigap membawa tubuh lemas itu berlari ke UKS, disusul dua siswa PMR yang bertugas jaga medis saat upacara. Sejak awal upacara memang Rendra sudah memperhatikan Anesh, didorong rasa penasaran karena di awal pertemuan mereka, Rendra hanya melihat wajah berbalut masker. Namun, mata cokelat cerah itu tidak akan pernah Rendra lupakan, karena Mita-nya juga punya. Bahkan Rendra tertarik memperhatikan Anesh karena gadis ini memiliki mata cokelat yang sama.

Rasa khawatir menyelimuti pikiran Rendra saat membawa tubuh Anesh ke UKS. Aroma bayi bercampur dengan aroma aneh lain, seperti amis darah menguasai indra penciuman lelaki ini. Rendra berusaha mengingat kapan ia pernah menghidu aroma bayi seperti ini saat meletakkan tubuh lemas Anesh ke tempat tidur. Ketika menarik diri dari bed, aroma amis darah yang lebih dominan kembali menusuk.

(im)Perfect Stuntman (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang