12. Threatened Pascal

2.4K 208 45
                                    

Hubungan antara lelaki dan wanita, ralat, cowok dan cewek, biasanya ada dua jenis kemungkinan, hanya sebatas teman atau sebagai pasangan. Namun, ada juga yang terjebak di area abu-abu, yang biasa disebut dengan friendzone. Friendzone ada karena posisi salah satu yang mengejar cinta yang lain. Persis seperti posisi Anesh dan Jeff sekarang.

Pernah satu tempat beraktivitas selama setahun saat kelas sepuluh membuat Jeff cukup mengenal Anesh. Tidak dapat disalahkan jika perasaan suka itu kemudian tumbuh subur walau diperjuangkan hanya sepihak. Kurang lebih satu setengah tahun Jeff berusaha mengambil hati Anesh, walaupun selalu ditepis. Faktanya, Anesh masih betah sendiri karena memang sudah punya perjanjian pribadi dengan Ayahnya.

Jeff gusar karena sejak beberapa minggu yang lalu ia merasa Anesh sangat menghindarinya. Posisi kelasnya yang terletak lebih dekat dengan pintu keluar sekolah membuat Jeff terkadang menunggu Anesh lewat. Pasalnya setumpuk jadwal sering memadati harinya setelah pulang sekolah, sehingga ia tidak bisa fokus menunggu lama. Sampai akhirnya pada suatu sore, Jeff memutuskan untuk menghampiri Anesh di kelasnya.

"Kamu bisa cerita sama aku, Nesh. Kenapa, sih? Kamu keganggu sama aku? Aku merasa kamu menghindari aku banget, atau mungkin cuma perasaanku aja? Kamu masih hutang cerita sama aku, ya. Soal Naraya." Basa-basi percakapan sudah Jeff mulai sejak lima menit yang lalu, dan lelaki ini merasa tidak ada kekooperatifan Anesh untuk menjawab kegusarannya beberapa minggu belakangan.

Anesh yang terlihat sibuk menyalin catatan Salma ke bindernya menghela napas lelah sembari melirik Jeff sekilas, "Sori, Jeff. Aku emang sibuk akhir-akhir ini, bukan menghindar," kelit Anesh. Bahkan setelah itu, fokus Anesh sama sekali tidak teralih dari pulpen dan kumpulan tulisan di hadapannya. Padahal sosok Jeff hanya berjarak seinci dari ujung meja.

Suara derit kaki kursi yang beradu dengan lantai keramik membuat Anesh menjengit, Jeff berpindah posisi menjadi duduk menghadap Anesh dari samping. "Lalu soal Naraya? C'mon, Nesh. Aku nggak akan tanya kalau aku nggak lihat geng-nya Raya ngerjain kamu dulu. Trus minggu kemarin, waktu kamu kekunci di UKS, itu juga kerjaan Raya, 'kan?"

Anesh menghentikan aktivitasnya sejenak, kalimat terakhir Jeff membuat degup jantungnya kelabakan. Bagaimana mungkin Jeff tahu tentang dalang di balik kejadian itu? Sebelumnya Anesh sudah menduga, tapi tidak terlalu bodoh untuk berkata jujur pada wali kelasnya. Padahal penjaga sekolah juga sudah menduga kalau kejadian itu bukan kecelakaan melainkan sebuah kesengajaan. Anesh tak ingin ambil risiko, rahasianya yang dipegang oleh Raya harus tetap tersimpan rapat.

"Aku nggak tahu." Memilih abai, Anesh kembali menulis sembari mencipta gelengan tipis, ragu kalau Jeff akan menyerah begitu saja setelah melihat dan mendengar reaksinya.

Jeff bersedekap, meletakkan punggungnya pada sandaran kursi untuk menahan luapan emosi. Setelah menghela napas dalam, entah bagaimana berbagai pikiran negatif tentang Raya malah menguasai otak lelaki ini.

"Oh, jangan-jangan Raya ngancem kamu biar jauh-jauh dari aku? Iya? Itu sebabnya kamu menghindar terus? What the..." Tangan Jeff terkepal di balik sedekap, mendadak paham kenapa sosok Raya belakangan sering mencoba berkomunikasi dengannya. Suara empuk yang biasa Anesh dengar dari lelaki ini mendadak berubah keras, membentur angin yang membelai wajah dan menerbangkan helai-helai rambut Anesh yang lolos dari ikat rambut.

Anesh yang tak tahan bereaksi akhirnya kehilangan kontrol atas pulpennya, sehingga terpelantingnya benda itu ke bawah meja seakan menjadi wujud kekesalan atas keberadaan Jeff. "Enggak, Jeff. Stop please. Jangan terlalu banyak asumsi." Kali ini usaha Jeff berhasil. Fokus Anesh sudah sepenuhnya teralih ke rahang Jeff yang mengetat dan alis Jeff yang menukik. Kesabaran lelaki bermata sipit ini memang sudah menabrak langit-langit hatinya, tak bisa lebih tinggi lagi.

(im)Perfect Stuntman (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang