Iris cokelat cerah milik Anesh lekat menikmati pemandangan di depannya. Di tengah kerumunan manusia berseragam putih abu-abu yang berkumpul di aula sekolah.
Sedangkan jarak tujuh meter di depan Anesh, seorang lelaki berwajah indo, idola para murid, sedang duduk santai. Kursi panggung yang tinggi menjadi singgasana sementaranya. Jemari lelaki itu tampak lihai memetik senar gitar akustik. Walau hanya permainan finger style standar tapi tetap menyita perhatian.
Bukan masalah permainannya, tapi siapa yang memainkan. Rendra memang didaulat, bukan, lebih tepatnya dipaksa untuk menunjukkan performa terakhir sebelum meninggalkan sekolah.
Acara yang dikemas bersamaan dengan perpisahan siswa kelas XII, membuat Rendra tak bisa menolak. Rendra pikir, setidaknya ada hal yang bisa dikenang dari seorang guru pengganti yang hanya eksis satu semester, itu pun di hadapan siswa kelas XI saja.
Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
'Tuk hapuskan semua sepi di hatiDi sela nada petikan gitar yang membentuk sebuah lagu, Anesh ikut luruh bersama murid lain dengan lirih menggumamkan liriknya. Sesekali iris legam Rendra tak sengaja bertemu pandang dengan Anesh. Di saat yang sama, gadis ini akan cepat-cepat mengalihkan fokusnya, diikuti dengan degup tak keruan di dada. Seakan tidak rela kalau Rendra memergoki Anesh terlalu menikmati persembahan di panggung perpisahan kelas XII ini.
Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawaYah, sampai sekarang Anesh masih tersipu malu jika terpaksa harus bersitatap dengan Rendra. Perilaku normal ketika ada rasa suka bahkan cinta, itu yang Anesh tanamkan dalam pikirannya. Apalagi setelah momen bincang-bincang berat yang berhasil gadis ini ciptakan saat keduanya kembali dari Bandung beberapa waktu yang lalu.
"Keduanya benar...."
Jawaban pertama dari Rendra sempat membuat Anesh diliputi kekecewaan yang dalam. Ternyata benar apa yang selama ini ia takutkan. Rendra baik padanya hanya karena tanggung jawab sebagai guru, wali kelas, dan karena Anesh mirip seseorang di masa lalu Rendra. Saat Anesh berusaha mengingat kembali apa jenis dua benda yang Rendra maksud, lelaki tegap ini bersuara lagi.
"Awalnya."
Secercah harapan kembali muncul. Awalnya begitu? Lalu bagaimana selanjutnya? Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Anesh pun menyelisik lebih dalam. Guru kecenya ini ternyata suka sekali bermain kata, kalau tidak hati-hati mencerna bisa salah paham ujungnya.
Tekad yang sudah berhari-hari dikumpulkan melibas keraguan dan ketakutan Anesh. Kepalang tanggung, sudah telanjur masuk kandang buaya, Anesh tak bisa mundur begitu saja. Tak ada yang dapat menjamin ia bisa mencipta kesempatan yang sama selanjutnya.
Teringat di saat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kitaAda cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa"Ya. Kamu ingat pertama kali kamu ketemu saya? Itu titik awal saya tertarik sama kamu, jujur, karena kamu mirip Mita. Mantan saya. Lalu saya ketemu kamu dalam versi lain, yang membuat saya otomatis membatasi diri dan perasaan."
Sampai di sini, kala itu, helaan napas bisa Anesh dengar meluncur dari diri Rendra. Seperti wujud penyerahan diri pada keadaan. Pasrah dengan apapun efek yang akan diterima setelah Rendra mengungkapkan semua yang ia rasa."Tapi sayangnya, saya tidak bisa berhenti untuk peduli sama kamu. Sampai pada suatu titik, saya sadar kalau saya lebih sayang sama kamu, dari pada sama diri saya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
(im)Perfect Stuntman (Completed)
RomanceAmazing cover by: @nasyaelf [Update setiap Sabtu, insyaallah] Keinginan Rendra untuk lari sejenak dari kisah dengan mantan calon istrinya justru membuka lembaran baru kisah lain. Bukan sebuah kesengajaan melainkan suatu jebakan. Atas nama kesetiaka...