10. Acid Reflux.

2.5K 238 43
                                    

"Mamaaaaaaa! Tolong Anesh! Anesh nggak mau di sini, Mama! Anesh janji nggak nakal lagi! Maafin Anesh, Ma!" Suasana mencekam di ruang lembab berukuran 2x3 meter persegi ini begitu membuat Anesh ketakutan. Ia menggedor pintu sembari berteriak, melolong agar Vina mengeluarkannya dari tempat mengerikan ini. Bahkan Anesh tidak bisa melihat tangannya sendiri karena pekatnya gelap menguasai, seakan mengurangi begitu banyak oksigen yang bisa dihirup. Sangat sesak.

Saat itu usianya baru enam setengah tahun, sedang senang-senangnya masuk kelas satu sekolah dasar. Keceriaan Anesh makin bertambah saat menyambut kedatangan anggota baru di keluarga Hendra. Namun sayang, Vina perlahan berubah jadi tebal hati setelah kurang lebih satu bulan adik tiri Anesh lahir. Apapun perlakuan Anesh pada adiknya yang Anesh pikir adalah tanda sayang, justru mendapat tanggapan kurang baik dari Vina. Tak jarang Anesh dicubit, dipukul dengan gagang sapu, atau ditarik daun telinganya sampai hampir putus rasanya.

Semua perlakuan kasar itu terjadi hanya karena Anesh mencoba menjaga adik barunya, berujung pada dikurungnya Anesh di kamar mandi yang gelap dan sempit. Tempat yang paling bisa membuat Anesh ketakutan sampai sekarang. Hal yang Anesh sesali seumur hidup, kezaliman sang Mama yang memicu fobianya pada tempat sempit dan gelap, karena kondisi seperti ini otomatis menampilkan kenangan buruk masa kecil.

Kekasaran Vina masih berlangsung sampai beberapa tahun setelah itu, seperti menancapkan ribuan paku ke penampang hati Anesh. Sakit, perih, berdarah, tanpa ada siapapun yang datang menjadi penawar luka Anesh, pun sang Ayah yang praktis tidak tahu menahu tentang kelakuan istri tercinta.

"Mamaaaaa! Ampun, Maaa! Anesh mau keluar! Anesh minta ampun, Ma!"

Teriakan Anesh kecil menggema di telinga Anesh remaja yang kemudian memaksa gadis ini membuka mata dari tidur panjangnya. Mimpi itu lagi. Anesh mengerjap masih dalam posisi berbaring. Hangat bulir air mata menyapa pelipisnya lalu mengalir ke telinga, rasa sesak Anesh kecil di mimpi itu bahkan sanggup terbawa ke dunia nyata. Tenggorokan yang kering lalu membawa Anesh keluar kamar, sambil menggerutu karena lupa membawa tumbler berisi air bening sebagai bekal tidur.

Anesh menyeka peluh di leher efek rasa sesak karena mimpi buruk sembari duduk termenung di depan meja pantri. Suara air mengalir dari akuarium besar di ruang tengah melatari suasana hati Anesh yang sedang tak karu-karuan. Pikiran-pikiran mengerikan masih menggelayut paksa di otak, Anesh benar-benar tidak bisa menolerir kondisi gelap, tak peduli seberapa keras ia mencoba. Saat matanya memejam seperti akan ada sesuatu yang besar dan menyeramkan siap menerkam.

Gadis ini terkejut saat dehaman berat khas sang Ayah terdengar di antara suara riak air. Sepertinya Hendra belum istirahat sejak mengecup kening putrinya sebagai pengantar tidur beberapa jam yang lalu. Dehaman itu membawa langkah kaki Anesh menuju ruang yang biasa digunakan Ayahnya bekerja di tengah malam.

"Papa belum tidur?" Rindu kembali terangkai di hati Anesh ketika melihat Ayahnya sibuk di depan laptop, seperti biasa dengan wajah tenang seakan menabur atmosfer damai di sekitar. Suara gemercik air beriringan dengan ketukan keyboard laptop milik Hendra, suasana yang lebih disukai lelaki paruh baya ini daripada meja kerjanya di kamar atau di tepi kolam ikan belakang rumah.

"Sebentar lagi. Kamu kenapa, Sayang? Sini duduk temenin Papa." Hendra mengangkat wajah dari layar empat belas inci di depannya, yang menampilkan lembaran proposal kegiatan penelitian kampus tempat ia mencari nafkah. Senyum terkembang dari sudut bibir Hendra, membawa jemari lelaki ini menepuk-nepuk bantalan sofa di sampingnya sebagai isyarat untuk putri tercinta.

"Anesh haus, lupa bawa air ke atas." Anesh meringis sembari mengangkat tumbler merahnya lalu duduk di sebelah sang Ayah. Dari tempatnya duduk, gadis ini bisa melihat dengan jelas kumpulan kalimat membosankan di layar laptop Hendra, termasuk jam digital yang jarumnya menunjuk jeda ruang antara tanda angka dua dan tiga dini hari.

(im)Perfect Stuntman (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang