"Maaf, ya, Bapak Rendra yang terhormat. Saya ini Mamanya Astrid, saya yang paling tahu anak saya. Anak saya nggak butuh apa-apa dari Anda. Saya juga cuma jalanin perintah suami saya, tidak boleh ada yang menemui Astrid tanpa izin kami."
"Maaf, Bu, tapi saya ditugaskan sekolah untuk menginvestigasi masalah yang menimpa Astrid. Saya yakin Pak Hendra akan kasih izin, dan Ibu pasti juga ingin masalah ini segera selesai bukan? Jadi tolong izinkan saya untuk berbicara sebentar dengan Astrid."
"Maaf, Pak. Saya nggak mau ambil risiko. Bapak bisa balik lagi besok kalau suami saya sudah pulang. Makasih atas perhatian Bapak untuk Astrid, tapi kami bisa selesaiin masalah ini sendiri, tanpa campur tangan orang lain."
Rendra menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan saat mengingat kembali usaha menemui Pascal tadi pagi. Usaha yang justru digagalkan oleh keluarga Pascal sendiri. Sayangnya Hendra yang sudah cukup baik dikenal, sedang tidak ada di tempat saat di sela kegiatan Rendra mengajar, ia bertandang ke rumah Pascal. Sikap Mama Pascal yang kurang kooperatif dan terkesan menghalangi tak ayal membuat Rendra sedikit curiga.
Namun, rasa curiga itu segera ditepis karena bagaimana pun sebagai orang tua, pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Sama persis dengan apa yang dilakukan Rendra sekarang, juga wejangan yang diberikan pada Jeff tempo hari. Terlepas dari sikap orang tua itu tidak sesuai keinginan anak atau malah berbalik membuat si anak lebih terpuruk.
Sejak malam setelah Pascal tiba-tiba menelepon, Rendra mulai gelisah. Sayang sekali saat itu ia belum bisa berbicara dengan Pascal, sampai paginya, ternyata murid misteriusnya ini tidak datang ke sekolah. Khawatir ada sesuatu terjadi, Rendra memutuskan untuk menghubungi Pascal lewat ponsel. Hasilnya nihil, karena nomor ponsel Pascal tidak aktif sampai sekarang.
Rendra sudah mencoba meminta tolong Salma dan Sisil untuk bertanya tentang kabar Pascal, tapi sama saja. Akses komunikasi ke dan dari murid misteriusnya ini seperti benar-benar terputus untuk semua orang, termasuk Jeff. Kekhawatiran makin memuncak ketika Akbar memberikan surat tembusan perihal skorsing Pascal. Di sana tertulis, bahwa skorsing hanya dilakukan selama lima hari, dan selebihnya langsung akan ada keputusan DO dari sekolah.
Alternatif yang Rendra ambil kemudian adalah lewat Manajer Pascal. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul tiga sore ketika lelaki ini memutuskan untuk menghubungi Tejo.
"Saya mau Acid kerja sama saya lagi. Bisa?"
"Buat kapan, Cyin?"
"Malam ini."
"Eyke liat jadwal doi dulu. Nanti eyke kabarin lagi pastinya. Ketemu di Lada Bar and Kitchen aja, 'kan?"
Rendra mengangguk samar, menjawab Tejo dengan kesepakatan waktu dan tempat perjanjian. Tumpukan kekhawatiran sudah membuat Rendra kalap. Perhatian serta kepedulian lelaki ini pada murid misteriusnya entah kenapa tak dapat ditahan.
Terkadang posisi sebagai murid dan guru ia jadikan sebagai perisai atas nama tanggung jawab. Namun, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Rendra berusaha menepis rasa lain. Rasa yang mungkin tersamar oleh rasa khawatir. Alasannya tak lain dan tak bukan karena merasa hatinya masih tertambat pada kisah masa lalu.
Setelah berkemas-kemas, Rendra lalu beranjak keluar dari ruang guru. Baru saja hendak melangkahkan kaki, matanya menangkap sosok Jeff sedang berbicara serius dengan seseorang. Rendra mengenali seseorang ini sebagai Naraya. Rupanya, salah satu murid kesayangan Rendra juga tidak kendur usahanya. Jeff masih aktif memenuhi permintaan Rendra dengan cara mencari informasi tentang orang yang memeras Pascal.
Melihat ekspresi Jeff yang tampak tidak lega, Rendra bisa memprediksi hasil sementara investigasi. Hanya beberapa menit setelah Raya berlalu, Rendra menghampiri Jeff, bermaksud menagih janji. Sebelum jarak mereka memendek, pemuda bermata sipit itu sudah menangkap sosok guru kecenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(im)Perfect Stuntman (Completed)
RomanceAmazing cover by: @nasyaelf [Update setiap Sabtu, insyaallah] Keinginan Rendra untuk lari sejenak dari kisah dengan mantan calon istrinya justru membuka lembaran baru kisah lain. Bukan sebuah kesengajaan melainkan suatu jebakan. Atas nama kesetiaka...