^^^
Mari sejenak berbaper-baper ria dengan mereka!
Naik kereta api tidak seburuk yang Tzuyu bayangkan. Mulanya ia tidak pernah naik kereta api sama sekali. Cewek itu hanya sering berpergian dengan pesawat terbang ataupun kapal laut.
Suasana di luar memberikan suara gemericik yang tidak terlalu bising. Rintik hujan membasahi bumi. Membuat Tzuyu kembali memikirkan kenangan.
Menurutnya, hujan itu seperti kenangan.
Mengapa demikian? Hujan selalu datang tanpa keinginan kita, begitu pula kenangan. Tidak perlu menunggu hujan untuk berhenti, jika waktunya berhenti, ia akan berhenti. Dan begitu pula kenangan, tanpa perlu kita tunggu untuk terhapus dalam memori, mungkin suatu saat nanti kenangan itu akan murni terhapus begitu saja dalam memori.
Seketika pula ia mengingat seseorang yang saat ini sedang mengisi hatinya.
Tzuyu duduk sendiri di kursi yang kebetulan penuh akan keheningan, anggota Twice yang lain tengah tertidur pulas di kursi bagian depan sekali. Dan ini kesempatan Tzuyu untuk menyendiri dengan ditemani buku hariannya yang berharga.
Ia menatap keluar jendela. Buram. Panorama terlihat begitu buram karena terhalang tetesan air hujan.
"Lo suka hujan?"
Suara yang barusan terdengar membuat Tzuyu terlonjak kaget. Ia cepat-cepat menoleh ke sumber suara dan menyembunyikan buku hariannya dibalik jaket bagian dalam.
Mingyu berdiri disana dengan senyuman yang tercetak begitu manis. "Maaf, udah bikin lo kaget," katanya kemudian memberikan Tzuyu segelas coklat hangat.
Tzuyu awalnya kebingungan, namun akhirnya cewek itu menerima pemberian Mingyu dengan senang hati. Kebetulan, ia juga sedang kedinginan.
Mingyu mengambil tempat untuk duduk di samping Tzuyu. Membuat cewek itu secara otomatis bergeser dan menjaga jarak.
Seketika, keheningan menyapa.
"Lo belum jawab pertanyaan gue, lo suka hujan?" ulang Mingyu sekaligus untuk meminimalisir rasa canggung antara keduanya.
Tzuyu memegang gelas yang terbuat dari sterofoam tersebut agar rasa hangat menjalar pada telapak tangannya. Ia sedikit menoleh ke kanan, dimana hanya ada kaca buram yang tidak menampilkan panorama apapun. "Gue, suka hujan."
Mingyu menyesap minumannya, kemudian mengangguk paham. "Sama, gue juga suka."
Perlahan tapi pasti, Tzuyu tersenyum tipis. Namun tentu saja hal seindah itu tidak bisa tertangkap penglihatan Mingyu, karena gadis yang berada di sampingnya ini tengah menengok ke arah lain.
Bukannya apa, Tzuyu tersenyum karena suara lembut Mingyu yang mampu membuat hatinya berdesir. Entah sudah berapa lama ia menahan rasa ini. Sejak awal bertemu, tepatnya ketika Mingyu mengajarinya cara bermain basket, Tzuyu mulai menaruh rasa pada lelaki tampan tersebut.
"Lo nggak capek melek mulu? Geng lo udah pada ngorok semua tuh. Entar pas sampe sana nya lo ngantuk lagi," ujar Mingyu menorehkan sedikit saja perhatian.
Tzuyu menggeleng. "Gue nggak ngantuk."
"Hm okelah. Up to you." singkat Mingyu.
Setelah itu tidak ada lagi percakapan antara keduanya. Tzuyu sibuk dengan debaran jantungnya yang tak keruan, ingin menatap Mingyu saja ia tidak punya keberanian. Sedangkan Mingyu sibuk dengan ponsel.
Namun lama kelamaan rasa kantuk pun menyerang Tzuyu secara tiba-tiba. Gadis itu sudah tidak kuat menahan ngantuk, hingga tubuhnya terhuyung kanan-kiri. Bawaannya pengen merem mulu. Dan Mingyu menyadari hal itu, jari-jemarinya yang tadi sibuk membalas banyak pesan dari para penggemarnya pun terhenti. Titik fokus Mingyu kini berubah sepenuhnya pada gadis di sampingnya.
Tiba-tiba kepala Tzuyu yang sedari tadi sudah diantisipasi Mingyu akan terhuyung pun tepat dugaan. Tzuyu pulas tertidur dengan kepala yang menyandar pada bahu tegap Mingyu. Wajahnya begitu tenang, menunjukkan bahwa ia memang benar-benar terlelap. Nyenyak sekali, dan sejenak melupakan suara rintik hujan yang memberinya sakit dan bahagia secara bersamaan.
Mingyu untuk sejenak terlena dengan degupan jantungnya yang cepat. Aroma wangi green tea menyeruak indra penciumannya, ia bahkan berpikir sampo apa yang Tzuyu gunakan. Aroma itu sungguh menenangkan.
Dengan gerakan pelan, Mingyu mengubah posisi duduk sehingga nyaman untuk dirinya dan Tzuyu yang kini tertidur pulas di bahunya. Pesan-pesan penggemar yang jadi moodbooster nya pun kini ia abaikan. Untuk sekarang, ia sedang menikmati mood nya yang melunjak seketika. Dan itu karena Tzuyu.
"Kok mendadak banget sih, Tzu? Lo mau tanggung jawab kalo gue jantungan?" batin Mingyu.
Meskipun begitu, namun sebenarnya Mingyu sangat-sangat bahagia saat ini. Nyaman. Semua itu membuatnya nyaman. Degup jantungnya seakan jadi harmoni. Dan saking nyamannya, Mingyu terlena. Ia pun tidak sadar tertidur pulas dengan kepala yang disandarkan pada kepala Tzuyu. Ralat, bukan tidak sadar melainkan sengaja. Karena sebelum benar-benar menuju alam mimpi, Mingyu tersenyum manis penuh kemenangan.
Apakah perasaannya terbalas? Apakah dia sudah memiliki kekasih? Dan pertanyaan-pertanyaan lain masih terpatri jelas pada benak Tzuyu ataupun Mingyu.
-Magenta-
AN*
Tzuyu cantik, Mingyu ganteng. Couple goals banget nggak sih? Wkwk:v
Banyak yg request part mereka, yaudah aku munculin paling pertama. Btw, selanjutnya pasangan siapa ya? Ada yg mau request?
Wkwk:vDapet salam noh, dari bidadari😂
"Hay para pembaca magenta! I love you!"Publish : 9 Desember 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
[STS#1] Magenta ✔
Fanfic[SEVENTEEN TWICE STORY] "Ketika rasa itu datang dan bermuara." Ini kisah tiga belas pria yang dipertemukan dengan sembilan gadis. Takdir membuat mereka bersua dan terluka. Seungcheol 📌 Nayeon Jeonghan 📌 Jeongyeon Jun 📌 Sana Soonyoung 📌 Momo Wonw...