^^^
Malam menjelang. Ketika semua orang sibuk memasuki alam mimpi, tampak seseorang malah termenung di teras dengan gitar pada pelukannya. Pemuda itu menyapu pandangan, lalu menghela nafas panjang. Terlalu lelah untuk ia akui, bahwa lagi-lagi perih menderu hati.
Jisoo. Laki-laki itu Jisoo. Meskipun terjangan angin malam membuat keki, ia tidak ambil pusing. Jisoo hanya ingin menyegarkan pikiran dengan menyendiri. Sementara member yang lain sudah terlelap, bahkan ada yang ngorok. Ia malah sendiri di teras rumah.
Fakta bahwa Mina sudah resmi berpacaran dengan Wonwoo seketika membuatnya mati rasa. Separuh hidupnya seolah hilang diterjang semu. Bagaimana bisa Mina melakukan hal sekeji ini terhadapnya?
Lagi-lagi Jisoo menghela nafas. Kemudian mulai memetik gitar tanpa sadar. Jari-jemarinya lihai menari di atas senar. Menghasilkan melodi indah tanpa nyanyian. Hanya ada senandung.
"Hey!" bahu Jisoo ditepuk dari belakang. Sontak saja, cowok itu menoleh dengan guncangan terkejut.
"Seungkwan?! Ngagetin gue aja lo, tai," ujar Jisoo sedikit mengumpat sambil mengelus dada akan sikap kekanakan Seungkwan.
"Maaf Bang, lagian lo ngapain pula disini malam-malam?"
Jisoo kebingungan mencari alasan. "Nyari angin aja."
"Nyari angin atau nyari obat buat patah hati yang baru saja menimpa lo?"
"Idih, nyari angin lah!" elak Jisoo cepat.
Alis Seungkwan naik turun seraya memasang tatapan jahil. "Nggak usah bohong deh, Bang. Lo patah hati kan? Makanya nyari pelampiasan dengan menyendiri?"
Jisoo lantas terkejut bukan main. Bagaimana Seungkwan mengetahui kondisinya saat ini? Ini tidak masuk akal. "Lo ... cenayang?"
"Bukan sih, tapi yang pasti gue dan lo sama-sama sedang dalam fase patah hati."
"Patah hati kenapa lo? Bocah gitu tahu apa tentang cinta?" sindir Jisoo tepat sasaran.
Namun Seungkwan malah tersenyum. "Gue bukan lagi bocah."
"Iya deh serah. Jadi, lo patah hati kenapa?"
"Gue awalnya nggak mau cerita dan ungkit masalah ini lagi, tapi gue yakin Bang Jisoo adalah orang terbaik buat gue berbagi cerita."
Jisoo mulai mengerti situasi. Alur pikirannya mendadak merambah kemana-mana. Hingga berhenti pada satu titik. Mungkin Jisoo tahu masalah apa yang mau Seungkwan ceritakan.
"Tentang Jihyo?"
Mendengar nama itu disebut, Seungkwan lantas menunduk dalam. Dalam posisinya, ia mengangguk pelan.
"Lo masih berharap sama Jihyo?"
"Bukannya berharap. Sebenarnya gue udah ikhlas kalo Kak Jihyo jadian sama Bang Seokmin. Tapi, sakitnya ini ketika lihat mereka berdua barengan. Itu yang masih belum bisa gue atasi."
Jisoo mengangguk, kemudian menemukan sebuah kejanggalan. "Sepertinya nasib kita sama," cowok itu terkekeh.
"Maka dari itu, gue mau cerita sama lo, Bang."
"Oke, cerita aja. Selain tim, lo juga udah gue anggap adik sendiri. Jadi santai aja."
Seungkwan manggut-manggut. "Apa lo juga ngerasain hal yang sama ketika lihat Kak Mina dan Bang Wonwoo?"
Mata Jisoo lantas melebar. Fakta itu, Seungkwan tahu darimana?
"Nggak usah kaget gitu sih, Bang. Gue udah tahu, kalo lo suka sama Kak Mina. Dari gerak-gerik lo, gue udah bisa baca. Tapi gue salut loh, Bang. Bisa-bisanya lo nutupin perasaan lo agar cewek yang lo taksir bahagia? Wah, kurang baik gimana coba?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[STS#1] Magenta ✔
Fanfic[SEVENTEEN TWICE STORY] "Ketika rasa itu datang dan bermuara." Ini kisah tiga belas pria yang dipertemukan dengan sembilan gadis. Takdir membuat mereka bersua dan terluka. Seungcheol 📌 Nayeon Jeonghan 📌 Jeongyeon Jun 📌 Sana Soonyoung 📌 Momo Wonw...