PART 9

66 8 0
                                    

Detik detik menegangkan bagi siswa dan siswi kelas 9, mereka akan menghadapi ujian nasional esok hari. Sehari sebelum ujian, sekolah mengadakan pembacaan surah yasin dan mendoakan akan kelancaran dan sukses ketika menjawab soal. Pembacaan surah yasin dipimpin oleh kepala sekolah.

"Besok kita ujian, duhh deg deg" kata Kia.

"Semoga ya kita bisa menjawab semua soalnya besok, aamiin" doa Zahra.

"Aamiin" sahut Kia dan Harum.

Hari demi hari pun berlalu, ujian nasional telah usai. Sekarang siswa dan siswi sedang mempersiapkan hari perpisahan.

"Yahh, kita mau pisah aja nih. Sedihh" kata Kia.

"Iyaa, aku juga sedih, pokoknya kalau kita udah jauh, jangan lupakan aku ya teman teman" pinta Zahra.

"Iya, aku juga yaa" sambung Harum.

"Btw, kapan kamu ikut tes di SMA Bandung, Ra?" tanga Harum.

"Minggu, Rum" jawab Zahra.

"Kamu pergi dengan siapa?" tanya Harum lagi.

"Belum tau, Rum. Sepertinya aku akan pergi dengan Zayyan deh, soalnya Mama dan Ayahku enggak bisa nganterin, soalnya sibuk" perjelas Zahra.

"Wahh. Kamu bakalan satu mobil sama Zayyan. Asekkk" sahut Kia.

"Aku sebenarnya gak mau sama Zayyan, cuman gak ada pilihan lain. Terpaksa deh" Lalu Zahra terlihat murung.

"Terima ajalah, Ra. Kalau udah jodoh gak bakalan jauh kok" sambung Kia lagi.

"Ya Allah, kuat kanlah hamba dari godaan syaiton, Ya Allah, aamiin" doa Zahra.

"Kamu anggap kami syoiton?" Kia merasa tersindir.

"Aku gak bilang ya. Aku cuman berdoa supaya aku enggak tergoda sama godaan syoiton" perjelas Zahra.

"Dasar Zahra" gerutu Kia.

Padahal Zahra sudah membayangkan bagaimana ia dan Zayyan duduk bersebelahan di mobil yang sama dan ia juga membayangkan ekspresi mereka, pasti mereka saling diam, tak ada pembicaraan apapun.

***

Hari perpisahan ditetapkan Sabtu. Zahra berdandan sangat cantik, namun hari itu adalah hari kesialan baginya. Kesialan pertama yaitu, ketika Zahra telah usai berdandan, mamanya berniat membawa Zahra ke studio pemotretan, namun alangkah sayangnya studio ditutup karena masih terlalu pagi. Saat itu Zahra mengendarai motor bersama mamanya. Sepanjang jalan banyak orang yang memperhatikan Zahra dan membuatnya sangat malu. Kesialan kedua adalah, Zahra memakai sepatu highheels, namun sebelah sepatunya patah. Dengan berat hati ia meminta mamanya untuk menggantikan sepatunya yang ada di rumah.

"Duhhh, sial banget sih hari ini, udah studio ditutup, sepatu patah, nanti apa lagi. Duhh makeup ku udah jelek nih jadinya" gerutu Zahra di dalam hati.

Harum yang sedari tadi memperhatikan Zahra yang tak terlihat tenang.

"Zahra, kamu kenapa?" tanya Harum.

"Ini nih.....", Zahra menceritakan semua.

"What? Sayang banget sih kamu, Ra" Harum bisa merasakan perasaan temannya ini.

"Iya, Rum. Sedih banget, untung rumahku dekat dari sekolah, jadi mamaku tadi bisa menukar sepatuku dengan yang ada di rumah" perjelas Zahra.

"Hahhaha Iya Ra iya. Eh sebentar lagi kelas kita tampil nih, yuk siap siap" ajak Harum.

"Tapi, sepatuku jelek banget. Terus makeup ku udah jadi jelek, gimana nihh, aku malu" Zahra kembali terlihat murung.

"Gak apa, Ra. Nanti kita naik atas panggung buka sepatu kok. Terus make up kamu siapa bilang jelek? Kamu tetap cantik kok, aku bilang sejujurnya ya, Ra" Harum membagkitkan mood temannya itu.

RAYYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang