PART 12

85 5 0
                                    

Zahra memiliki rumah yang besar. Namun tidak sebesar rumah Zayyan. Rumah Zahra memiliki 4 lantai. Dimana pada lantai pertama terdapat ruang tamu, ruang keluarga, dan dapur. Lantai kedua khusus untuk ayah, mama, dan adiknya. Lantai ketiga khusus untuk Zahra dan kakaknya. Dan lantai keempat khusus untuk abangnya dan tempat bermain bersama. Dalam rumah tidak terlalu luas, hanya saja satu lantai berbentuk persegi panjang yang memanjang kesamping.

Dan begitulah rumah yang dianggap Zahra sebagai istananya. Bahkan Zahra sangat nyaman dirumah, jika ada kerja kelompok, Zahra selalu mengajak temannya untuk mengerjakan tugas kelompok dirumahnya. Dan jika ada teman yang ajak bermain keluar, Zahra tidak  mau. Karena baginya, rumahnya ini sudah membuatnya nyaman dan tidak ingin kemana mana.

Rumah Zahra juga memiliki rooftop. Akhir akhir ini, Zahra selalu menyendiri di atas rooftop. Sesekali ia melirik rumah Zayyan. Dari atas rooftop, Zahra bisa melihat Zayyan keluar dari rumahnya. Zahra menatap lekat Zayyan yang berada di taman rumahnya.

"Zayyan" ucap Zahra lirih.

"Kenapa sih aku harus suka sama kamu?"

"Kenapa sih aku gak bisa move on dari kamu?"

"Kapan sih kamu beri aku perhatian? Sedikit saja"

Zahra berbicara sendiri sambil melihat Zayyan. Zayyan yang berada di bawah, merasa ada seseorang yang melihatnya. Lalu Zayyan melihat keatas. Zahra terkejut, lalu ia menghindar dari pandangan Zayyan.

"Aduhh apa sih liat liat" kata Zahra seperti tertangkap basah.

***

Ayah Zahra adalah seorang pengusaha. Yang setiap minggunya keluar kota. Kali ini Ayahnya mengajak Mama beserta adiknya ke Surabaya.

"Yah, masa ayah tega sih ninggalin Zahra sendiri disini" rengek Zahra.

"Sebenarnya ayah gak tega juga, Zahra. Zahra baru aja masuk sekolah, nanti Zahra ketinggalan pelajaran. Ayah ada pertemuan penting dengan klien. Pertemuan kali ini harus bawa istri dan anak. Karena Zahra sedang sekolah, makanya ayah bawa Acha aja" Ayah memberi penjelasan kepada Zahra.

"Ayah gak adil" Zahra semakin merengek.

"Dengarin ayah, Nak. Kami gak lama kok perginya. Cuman 3 hari. Zahra tinggal di rumah Zayyan untuk sementara waktu ya, Nak" kata Ayah.

Zahra terbungkam membisu. Ia terkejut dengan perkataan ayahnya. Ia tidak berfikir bahwa ia akan tinggal di rumah Zayyan. Ia bimbang haruskah ia senang atau sedih karena ia akan bersama dengan Zayyan selama 3 hari.

"Haruskah tinggal dirumah Zayyan, yah?" tanya Zahra lirih.

"Iya. Kalau tidak Zahra mau kemana juga. Emang Zahra berani sendirian dirumah?" tanya Ayah.

"Enggak sih" sahut Zahra.

"Bagus. Kalau gitu Zahra mau aya bawa pulang oleh oleh apa?" tanya Ayah untuk memberi sogokan kepada Zahra.

"Zahra mauu...." zahra berfikir sejenak.

"Zahra mau pizza, baju, tas,hmmn apa lagi ya, hmmn itu aja deh" sambung Zahra.

"Sip sip oke" sahut Ayah.

"Udah, sekarang Zahra beresin baju apa aja yang mau dibawa kerumah Zayyan" Suruh Mama.

"Ngapain ma? Zahra kan bisa pulang kerumah sebentar untuk ganti baju"

"Emang Zahra berani pulang kerumah sendiri?"

Zahra berfikir sejenak.

"Berani dong" jawab Zahra tenang.
Padahal dalam hatinya ia tidak berani. Namun ia harus tetap berani.

RAYYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang