✉️messages ㅡ twenty three

7.3K 1.3K 183
                                    

wonwoo masih duduk di ruang tamu dengan sebuah plastik hitam yang berisi buah-buahan berada di pangkuannya. kemudian wonwoo mendongak ke atas dan langsung berdiri begitu mendapati minseo yang sedang menurunin anak tangga. hingga sudah mendekati wonwoo menyadari kalau wajah minseo seperti, sedang kesal.

apa mereka tadi sedang berantem? pikir wonwoo.

“kata bang mingyu naik aja langsung, kamarnya paling ujung sana tuh.”

mengangguk mengerti, wonwoo segera naik ke atas dengan plastik hitam yang ia tenteng namun langkahnya terhenti sejenak menatap kebawah melihat minseo mengatakan sesuatu ke padanya,

“jeononu kalau ada apa-apa atau bang mingyu macem-macem sama lo panggil gue ya! biar gue beneran beli combantrin. abang gue kalau lagi sakit cacing-cacing di otaknya suka konslet.”

ingin ketawa lebar tapi dia jaim sama orang yang baru dikenal jadilah wonwoo hanya terkekeh sebagai respon sembari menggelengkan kepalanya. lucu, gak junhui gak minseo adeknya sendiri entah kenapa mereka hobi banget membully mingyu.

bullyable sangat ya.

sesampai di depan kamar yang diyakini milik mingyu, wonwoo mengetuk pintu terlebih dahulu untuk mengecek di depannya itu kamarnya atau bukan. namun setelah mendengar mingyu menyuruhnya untuk masuk wonwoo langsung membukanya dengan pelan.

“eh wonwoo, sini masuk.” kata mingyu yang lagi duduk bersandaran di atas tempat tidur sambil melambaikan tangannya untuk menyuruh wonwoo untuk mendekat ke arahnya. dan mingyu menampilkan senyumannya saat wonwoo mulai mendekat ke arahnya

sepertinya gue nih yang butuh combantrin buat basmi cacing-cacing di jantung yang seenaknya ngadain disco di dalam sana ㅠㅠ ㅡjww.

“gue denger si minseo teriak-teriak tentang gue ya? dia bilang apa tadi?” tanya mingyu begitu wonwoo sudah berdiri di hadapannya.

“eh? enggak ada kok kak.”

mengangguk, sebenarnya mingyu tau pasti minseo menjelekkannya tadi cuma ya kagak kedengeran tadi.

sempat hening beberapa saat, hingga suara plastik yang dibuka terdengar.

“hm kak? masih demam?”

“periksa coba.”

secara tak langsung w dibolehin untuk touch touch keningnya kak mingyu huehehe (づ ̄ ³ ̄)づ ㅡjww.

wonwoo mulai memeriksa dengan meletakkan punggung tangannya ke kening milik mingyu, danㅡ

hangat.

“ini pasti sakit karena kehujanan habis nganterin aku kan? maaf ya kak.”

“enggak enggak, bukan karena lo. santai aja.”

“tapi kakㅡ”

“itu lo bawa apa?”

“buah-buahan,” wonwoo mengeluarkan apel dari dalam plastik, “ini apel dari kak junhui, dan cuman satu dibelinya.”

ngomong-ngomong soal junhui, kemana tuh anak?

belum sempat ingin bertanya, ponsel mingyu berbunyi menandakan ada  sebuah pesan masuk.




💌you have 8 messages from junhui.






junhui: sorry gue gabisa jenguk lo hari ini.
junhui: ketek gua mules mulu anjir kebanyakan nyambel tadi pagi.

junhui: gamama kan?
junhui: kan udah ada wonwoo yg jengukin lo.

junhui: yaudah ah bacot anjing.
junhui: pokoknya gws lah.
junhui: semoga apel dari gue ada manfaatnya buat lo.
junhui: jangan diliat cuman satunya, liat keikhlasan dari gue 😊

mingyu: bacot babi.

junhui: anda ngatain? gue doain lo keselek makan apelnya.

uhuk.

“kak? kakak kenapa?” wonwoo mendadak panik melihat mingyu yang lagi enak makanin apel tiba-tiba terbatuk sampai mukanya merah.

“bu-buang tuh apelnya.”

“loh kenapa kak?”

“beracun, yang ngasih gak ikhlas.”






















Messages »meanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang