STUCK IN THE MOMENT

12 1 0
                                    

"Aku tidak pernah berpergian jauh selama hidupku. Kota yang pernah aku datangi hanya Seoul dan Busan saja. Jika kau bertanya padaku tempat mana yang ingin kukunjungi suatu saat nanti, maka aku akan menjawab Maldives."

"Kenapa Maldives?"

"Maldives adalah tempat yang indah. Setiap gadis pasti ingin pergi dan membuat kulit mereka menjadi cokelat di bawah sinar matahari. Kau sendiri? Tempat mana yang akan menjadi tujuanmu suatu saat nanti?"

"Suatu tempat dimana aku bisa menemukan ketenanganku. Kyung Mi, bolehkah aku menanyakan satu hal lagi?"

"Tentu saja, jika sekarang kita sedang berkencan seperti katamu, maka kau memiliki akses tak terbatas untuk menanyakan apapun padaku."

"Hingga detik ini, hal apa yang telah terjadi dihidupmu dan menurutmu itu adalah yang terburuk dari semuanya?"

"Menyaksikan ayah dan ibu berpisah. Menerima kenyataan jika mereka tidak bisa lagi bersama-sama dan berusaha sebaik mungkin untuk mengerti jika mungkin dengan berpisah mereka akan memiliki kembali hidup mereka yang sempat hilang. Lalu bagaimana denganmu?"

"Tidak ada. Sampai saat ini, tidak ada hal terburuk apapun yang terjadi padaku."

"Kau pasti bercanda."

"Tidak, aku tidak. Begini, biar kujelaskan maksudnya padamu. Ketika Tuhan memberikan kesempatan seseorang untuk hidup maka satu hal yang harus diingat, kita tidak memiliki apapun di dunia ini. Semuanya adalah kesemuan yang kita pikir nyata. Semuanya hanyalah bagian yang akan berlalu. Ketika sesuatu terjadi di hidupku yang kulakukan adalah menerimanya. Dengan menerima, kau tidak akan pernah merasa bahwa hal itu buruk. Percaya padaku."

"Bagaimana bisa kau berpikir lebih baik daripada aku, Kookie? Aku sangat mengagumi caramu berpikir."

Kakiku melangkah pelan, membiarkan pasir lembut Maldives menenggelamkan jemariku. Menikmati hidup seperti yang kuinginkan. Ini adalah kali ketiga aku mengunjungi tempat ini. Sejak aku masih duduk di high school, ini adalah satu-satunya tempat yang menjadi ambisiku. Setelah berhasil mewujudkan mimpi untuk menjadi seorang model dan berkecimpung di dunia yang penuh dengan kepalsuan itu, inilah hasil yang bisa kunikmati. Dengan uangku sendiri, aku bisa berlibur di sini, setiap tahun selama dua minggu.

Jika ada yang bertanya apakah ada alasan khusus kenapa aku selalu datang dan berlibur ditempat ini, tentu saja jawabannya ada. Seseorang pernah datang dalam hidupku dan menanyakan tempat mana yang suatu saat nanti akan kukunjungi. Jawabanku adalah Maldives. Dalam setiap detik yang kulalui ditempat ini, aku seolah merasa dia ada di sini bersamaku. Tidak, aku tahu dia sudah bahagia sekarang dan seperti keinginannya dia sudah berada ditempat yang dia sukai. Aku sudah tidak berhak untuk mengusiknya. Aku sudah bukan siapa-siapanya lagi. Aku hanyalah seonggok burung yang pernah singgah di hidupnya.

Hidup ini terkadang bisa menjadi begitu aneh. Takdir bisa memutar balikkan isi duniamu menjadi hancur lebur. Seperti itulah kira-kira yang terjadi padaku saat dia memutuskan hubungan kami. Hal paling penting yang tidak pernah kuserahkan pada siapapun, aku percayakan itu padanya. Dia memegang semua kunci bahagiaku, sekaligus kunci kehancuranku. Melihatnya berjalan pergi begitu saja seolah aku tidak pernah menjadi bagian apapun dari sedikit saja tempat di hatinya, membuat goresan luka bernanah yang sakitnya tidak bisa jiwaku terima dengan baik.

Aku ingat dia pernah bertanya pada kencan pertama kami tentang hal terburuk apa yang pernah terjadi di hidupku dan saat itu aku menjawab setelah terdiam cukup lama. Perceraian kedua orangtuaku. Tapi dia bilang, jika kita bisa menerima maka hal itu tidak akan pernah menjadi buruk. Pada waktu itu, aku pikir aku menyetujui ucapannya. Dengan menerima. Sesederhana itu. Lalu ternyata aku salah, tidak, perceraian bukanlah hal terburuk. Mendengar kalimat-kalimat menyeramkan yang keluar dari mulutnya nyaris mengikis mimpi-mimpi yang kumiliki bersamanya. Menghanguskan setiap suka yang telah kami lalui. Menghitamkan pelangi yang dia bawa kedalam hidupku yang berantakan. Satu kata yang mungkin akan mewakili semuanya adalah hancur. Kehilangan dia merupakan hal yang menghancurkanku secara permanen.

SHARE A DREAM ABOUT OUR BANGTAN BOYSWhere stories live. Discover now