─"...Sebenarnya keinginan seorang wanita itu sangat sederhana, kami hanya ingin dimengerti. Itu saja."
Ketukan pintu diluar apartemenku membuatku mendesah kesal. Ya Tuhan, siapa sih tamu sialan yang berkunjung pagi-pagi buta seperti ini. Tidak tahukah dia, aku baru saja memejamkan mataku kurang dari tiga jam dan sekarang tubuhku rasanya remuk semua.
"Noona, buka pintunya. Kau tidak mungkin menyuruh aku yang membukanyakan," gumam seseorang disampingku.
Aku menarik rambut bocah ini dengan kesal hingga matanya terbuka dan dia balas menarik rambutku juga. "Dasar kurang ajar! Harusnya kau yang membuka pintu itu bukannya menyuruhku! Cepat buka pintunya atau kau akan kutendang dari kasurku, bocah sialan!"
Jungkook mencibir padaku, tapi dia tetap beranjak dari kasur dan keluar dari kamar kami untuk melihat siapa yang datang. Aku kembali membaringkan tubuhku dan memejamkan mata tanpa mempedulikan keadaan ruangan ini yang sudah berantakan seperti habis diterpa angin topan. Biarkan saja! Siapapun akan tahu bagaimana berantakannya kamar pengantin barukan, jadi rileks saja!
Tak lama pintu kamar kembali terbuka dan Jungkook sudah kembali berbaring disampingku, tangannya menarikku kepelukannya. "Siapa yang datang?"
"Jimin," jawabnya malas.
Mataku terbuka lebar begitu mendengar satu kata yang baru saja keluar dari mulutnya. "Apa? Apa yang dilakukannya di sini? Pagi-pagi buta seperti ini, Kookie?"
"Dia ingin menumpang di apartemen ini sampai dia bisa memperbaiki hubungannya dengan Chanmi."
"Ada apa dengan mereka? Mereka benar-benar bertengkar ya?"
"Bukankah aku sudah menceritakannya padamu? Mereka bertengkar hebat minggu lalu dan melakukan perang dingin selama satu minggu ini. Aku tidak habis pikir. Sebenarnya ada apa dengan jalan pikiran mereka? Chanmi, dia bersikeras kalau Jimin telah melakukan affair dibelakangnya," jelas Jungkook.
Aku menghela napas pelan. "Gadis itu berkata seperti itu pasti ada alasannya. Harusnya Jimin menjelaskan yang sebenarnya, biar Chanmi bisa mengerti."
"Mereka itu sama-sama keras kepala, lebih baik kita tidak usah ikut-ikutan. Lanjutkan saja tidurmu. Kita punya satu hari yang kosong sampai aku harus kembali melanjutkan pekerjaanku dan kau jugakan," katanya.
Mengangguk pelan, aku kembali memejamkan mataku dan terlelap dalam pelukan hangat suamiku ini. Ya, kami baru saja menyelesaikan prosesi pernikahan yang panjang seharian ini, dilanjutkan dengan acara berdua yang selesai tiga jam yang lalu. Tubuhku sakit semua seperti habis dipukuli orang satu kampung.
Suamiku ini lebih muda dua tahun dariku. Dia adalah salah satu dari pria paling popular di Seoul karena profesinya. Yep! Dia seorang Idol, salah satu member dari boy grup terkenal seantero bumi ini, Bangtan Boys.
Kisah cinta gila antara aku dan dia berawal saat aku memiliki tugas untuk mewawancarainya dua tahun yang lalu. Aku bekerja sebagai reporter untuk majalah Cosmopolitan dan kebetulan sekali waktu itu atasanku menunjukku untuk mewawancarai Bangtan Boys karena mereka sedang naik daun juga baru saja melangsungkan comebacknya.
Entah bagaimana bisa, aku dan Jungkook menjalin hubungan. Kalian tahu awalnya kupikir bocah sinting ini pasti hanya sedang iseng mendekatiku, tapi ternyata aku salah. Dia selalu meluangkan waktunya untuk menghubungiku dan menanyakan keadaanku. Dia selalu memberikan perhatian kecil untukku yang sangat sulit kutolak. Dengan caranya sendiri dia sudah membuatku jatuh cinta padanya.
YOU ARE READING
SHARE A DREAM ABOUT OUR BANGTAN BOYS
Fanfictionkisah cinta, persahabatan, dan mimpi~