***
POV Eun WooPandanganku selalu tertuju kearah rumah yang tak berpenghuni , rasa sakit selalu kurasakan ketika melihat rumah yang kosong itu.
Ada sesuatu tentang rumah itu yang membuatku sedih bahkan dadaku rasanya sesak.
"Eun Woo. Eun Woo!" Seung Ri masuk kedalam kamar Eun Woo.
"..."
"Keluar yuk? Aku ingin sekali melihat pertunjukkan jalanan yang sering diadakan di dekat taman. Oh ya? Katanya kalau beruntung mungkin akan ada seseorang yang debut menjadi artis. Eun Woo, kau mendengarkan ku? Eun Woo!" Seung Ri menarik tangan Eun Woo sehingga ia berbalik badan.
"..."
"Kau kenapa?"Dengan pandangan yang kosong, air mata Eun Woo sudah membasahi pipinya.
"Seung Ri. Kau ada apa kekamarku?" Kata Eun Woo, terkejut.
"Aku sedari tadi disini, mulutku sudah kering berbicara padamu. Eh,... Orang yang diajak ngomong malah diam. Kenapa kau menangis, apa ada sesuatu diluar." Seung Ri melihat keluar jendela, tapi tak ada apapun. Hanya sebuah rumah yang gelap dan jendela yang terlihat jelas dari kamar ini.Air mata? kenapa selalu ada rasa sakit yang menjalar saat aku melihat rumah itu. Kenapa? Ada apa sebenarnya? Apakah ada sesuatu yang kulupakan?.
Sambil menyeka air mataku, tanpa mempedulikan Seung Ri yang sedang berbicara aku turun mencari eommaku.
"Eomma!! Eomma... Eomma..!!" Teriakku dari tangga.
Aku berlari mencari keberadaan eommaku, melewati Hyungku yang baru pulang kerja.
Dari ruang makan terlihat eommaku yang sedang mencari asal suara yang memanggilnya.
"Ada apa? Tak biasanya kau seperti itu, katakan ada apa?" Kata eommanya yang panik.
Seung Ri menyusul Eun Woo, sedikit kesal karena tak diberi tangapan saat bicara. Walaupun begitu ia juga tetap penasaran dengan sepupunya itu.
"Ada apa?" Kata Hyung Eun Woo.
"Aku tak tahu, dia sudah aneh saat aku masuk kamar nya. Oppa tahu, dia menangis diatas tadi."
"Benarkah?" Dibalas anggukan oleh Seung Ri.Tanpa pikir panjang aku menanyakan semua yang ingin kuketahui tentang rumah itu dan orang yang pernah tinggal di sana.
Eommaku melihat kearah Hyung dengan wajah yang terkejut, mungkin dia tak pernah menyangka aku akan menanyakan tentang itu.
"Eun Woo, apa alasanmu ingin mengetahui tentang rumah itu serta orang yang pernah tingal di sana?" Kata Hyung padaku.
"Itu... Eomma ingat pertama kali aku tinggal disini."
"Tentu saja aku ingat, bagaimana mungkin aku lupa. Kau menangis sambil melihat keluar jendela, eomma merasa kau tak mau tinggal bersamaku disini." Kata Eommaku sedih.
" Awalnya aku memang merasa seperti itu, tapi aku rasa bukan karena aku tak ingin tinggal disini. Aku menyadarinya tadi, setiap kali aku melihat kearah rumah itu ada rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhku dan dadaku rasanya sesak sekali."Mendengar itu Eomma meneteskan air matanya, Hyung berusaha menenangkan Eommaku.
"Aku juga merasa sedih setiap kali mengingat mereka yang tingal disana, bahkan aku tak percaya hal mengerikan itu terjadi dalam semalam."
***
POV Kyung MinSetelah melihat telapak tangannya aku mengerti tentang dirinya.
"Kalian memanggilku sebenarnya ada apa?" Kata gadis itu.
"Ikut aku." Aku menarik gadis itu ketempat pertunjukkan.Beberapa pertunjukkan bakat yang ada disana kami melihat semuanya.
"Setelah melihat pertunjukkan mereka, kau tahu apa yang tak kau miliki?" Kata Ku.
"Apa yang tak ku miliki?"
"Kurasa dia tak menikmati pertunjukkannya sendiri." Kata Tae Soo.Aku tersenyum mendengar Tae Soo mengatakannya.
"Selain itu kau juga tak memiliki kepercayaan diri, kau bermain seperti sedang dikejar-kejar atau kau bermain tidak memiliki penghayatan, kau seperti sedang bertarung dengan musikmu sendiri dan yang paling fatal kau sama sekali tak bisa menikmati permainan mu sendiri." Kataku padanya.
"Bagaimana kau tahu?, kau bahkan tak tahu cara bermain biola. Setiap hari aku berlatih sampai tanganku terkelupas, berlatih dan berlatih. Kau mengerti perasaanku? Tapi hari ini rasanya aku ingin menyerah, jerih payahku selama ini tak ada hasilnya." Gadis itu menangis, aku berusaha menenangkan nya.Anak itu hanya perlu sedikit dorongan kepercayaan diri dan mengontrol kekuatan.
"Kau ingin menyerah? Haha.... Yak! Itu kau sebut usaha dan jerih payah, yang benar saja. Kau tahu seberapa aku berlatih dan sering jatuh? Kau tahu seberapa banyak aku bangkit dan tangan ini? Tangan ini selalu kujaga agar tak terluka, karena seorang pemain biola harus menjaga tangan dan biolanya melebihi apapun itu." Setiap kali membahas biola entah mengapa aku selalu teringat dengan kedua ibuku .
"Apa kau seorang pemain biola?" Katanya penasaran.
"Aku sudah berhenti, sangat lama sekali. Kalau tidak salah, 6 tahun lalu." Kataku mengingat saat bagaimana aku berhenti bermain biola dan lebih memilih basket dan panahan.
"Hah.... Apa yang kuharapkan darimu? Kau berani menasehatiku. Kau sendiri sudah tak bermain lagi, jangan menasehatiku." Katanya kesal.
"Aku berhenti karena aku tak bisa lagi menjaga tangan ini dengan baik, tapi kalau biolaku. Itu selalu kujaga dan aku tak sepenuhnya berhenti. Kau mau lihat caraku bermain ?" Kataku.
"Kyung Min akan bermain biola. Wow.... Apa ini hari keberuntunganku? Aku tak akan melewatkannya." Kata Tae Soo.
"Memang dia sebagus itu, sehingga kau sangat antusias begitu?" Kata Gadis itu pada Tae Soo.Kyung Min sudah bersiap-siap untuk melakukan pertunjukannya.
Tempat yang dipilih olehnya adalah tempat dimana gadis itu melakukan pertunjukkan tadi.
Tae Soo dan gadis itu berdiri berdekatan sambil melihat Kyung Min yang melakukan persiapan.
"Huuuuuhhhh...... Hufttt.... Mohon bantuannya." melihat biola, dan akhirnya permaiananpun di mulai.
Seperti melihat sebuah pertunjukkan yang besar, suara dari biola mengalun dengan indah.
Perlahan orang-orang mulai berkumpul, semuanya terpana dan kagum melihat permainan itu.
Smoot Criminal
Sejak mendengar cerita dari eommanya, Eun Woo berusaha mengingat kejadian waktu itu.
Di jalan Seung Ri selalu berbicara, tapi orang yang disampingnya tak mendengar ocehannya sama sekali.
"Kyung Min dan Tae Soo Mereka disini?" Kata Seung Ri melihat ke arah kerumunan orang dan melihat Kyung Min sedang bermain biola dan Tae Soo yang bertepuk tangan.
"..." Melihat kearah kerumunan.
"Eun Woo. Ayo kesana, aku ingin melihatnya." Seung Ri mulai menahan air matanya, saat melihat Kyung Min bermain.
"Hmmnn..." Menuruti kemauan Seung Ri.Semua memberikan tepuk tanggan yang meriah, satu persatu penonton Berjalan sambil memberikan uang kedalam kotak biola yang terbuka.
***
Di dalam Kafe"Kyung Min!!!Kyung Min, Kyung Min." Hiteris sambil memeluk Kyung Min.
"..."Kesal.
"Sebaiknya kau berhenti teriak, sebelum kau dihabisi. Dia sudah mulai kesal, kau tahukan?" Kata Tae Soo.Eun Woo melihat kearah mereka berdua sambil tersenyum, gadis itu juga ikut dengan mereka.
"Seung Ri. Ini sangat tidak nyaman, bisakah kau diam." Kata Kyung Min dengan raut wajah marah.
"Uppss, sorry. Aku sangat... Sangat, senang bisa bertemu denganmu lagi. Oh, ya! Aku melihat adikmu, dia sangat mirip sekali denganmu. Kau tahu, bahkan aku sampai salah mengira utu adalah kau" Seung Ri cerita panjang lebar dengan Kyung Min.
"..." Kyung Min mendengar dan tersenyum mendengar ceritanya.Dua orang itu asik dengan dunianya, tanpa menyadari tiga orang yang ada di sana juga.
"Huft... Mereka seperti itu lagi." Tae Soo melihat kearah Eun Woo dan gadis tadi.
"Mereka sangat bahagia ya?" Kata Gadis itu.
"Ya." Kata Tae Soo dan Eun Woo serempak.Mereka saling memandang lalu tersenyum.
"Namaku Tae Soo, sahabat Kyung Min sejak kecil."
"Aku Eun Woo, sepupu Seung Ri."
"Namaku Tae Ra."Mereka bertiga bercerita panjang lebar di sambung dengan Seung Ri dan Kyung Min, perlahan mereka menjadi akrab.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TWIN IS MY LIFE
عاطفيةKehidupan dua anak kembar yang terpisah dari kecil dan dipertemukan kembali saat usia mereka 17tahun. Pertemuan itu tak bertahan lama, karena salah satu dari mereka mengalami pembullian yang mengakibatkannya tak sadarkan diri/koma. Mengetahui saudar...