Punggung ROMEO.....
******
Sella duduk di samping Kakaknya yang sejak tadi berkutat dengan tablet-nya.
Irit bicara, namun sekali mengeluarkan suara, terkadang membuat Sella sakit hati dan tertekan.
Sella mulai bosan, karena acara televisi yang memang tidak ada yang bisa membuatnya jatuh hati. Kedua orangtuanyamemilih untuk beristirahat di dalam kamar mereka.
Lalu Om Romli yang entah kenapa bersikap aneh kepadanya. Tatapan matanya membuat Sella merasa sedikit risih dan takut.
Sella memainkan renda motif bunga pada ujung roknya.
Sella ingin berada di dalam kamarnya, namun Romeo melarangnya dan memintanya untuk menemaninya di ruang keluarga.
"Umur kamu sekarang berapa tahun Sella?" Tanya Romli tiba-tiba yang saat ini duduk di sofa terpisah dengan Sella dan Romeo.
"17 tahun, Om." jawab Sella.
"Sella mau jalan-jalan sama Om nggak?" Senyumnya membuat kerutan pada kulit wajahnya semakin terlihat.
"Ja-jalan-jalan?"
"Sella pasti belum pernah keluar malam-malam kan? Udara di sini lebih enak loh, beda sama di Jakarta." Ucap Romli yang senantiasa tersenyum lebar.
"Ehm..." Sella melirik Romeo, namun lelaki itu masih setia dengan sikap tenangnya yang biasa. Kakaknya terlihat sibuk membuat sebuah diagram kerja yang rumit.
"Ayo, daripada duduk di sini. Acaranya juga nggak ada yang bagus kan?" Romli bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati Sella yang sebenarnya enggan untuk mengikuti ajakan Om nya itu.
Sella ingin menolaknya, tapi ia terlalu takut untuk bersuara. Ia menggigit bibirnya hingga memerah.
"Sella alergi udara malam, Om." Suara tiba-tiba dari Romeo menarik keterkejutan Sella.
"Lagipula ini terlalu malam untuk adikku keluar." Romeo menutup tabletnya, lalu meregangkan otot-ototnya yang kaku.
Sambil membawa tabletnya, ia berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Sella, "Kakak mau ke kamar, ikut?"
Wajah Sella langsung memerah panas saat kakaknya mengajaknya ke 'kamar'.
Sella merasakan jantungnya berdebar lebih kencang dari sebelumnya. Apa mereka akan melakukan hubungan intim itu lagi?
Romeo yang tidak terlalu sabar dengan respon lamban Sella, kemudian meraih pergelangan tangannya dan menariknya agar segera berdiri.
Tampak raut kecewa dan kesal hinggap di wajah Romli.
"Kami ke atas dulu, Om."
Sella mengikuti langkah Romeo dan sedikit melambat saat ia tahu dimana kakaknya akan membawanya.
"Kamar Sella ada disana..." Sella menghentikan langkahnya.
"Tidur di kamarku." Romeo kembali memaksa Sella untuk melanjutkan jalannya.
Sella meremas pakaiannya dengan wajah pucat, dan remasan itu berangsur erat saat Romeo berhasil membawanya masuk ke dalam kamar.
"Kak, Sella nggak mau begituan lagi..." Sella memohon kepada Romeo.
Romeo mengabaikan permintaan Sella, lalu dengan tenang ia menanggalkan pakaiannya, hingga abs-nya terlihat. Setelah itu ditariknya tubuh Sella hingga berada tepat di bibir ranjang.
"Kak Meo..." Sella menahan tangan kakaknya yang ingin melepaskan pakaiannya.
"Santai, Sella." Romeo menanggalkan pakaian Sella satu persatu termasuk bra dan celana dalamnya yang kemudian ia lemparkan sejauh mungkin dari jangkauannyaa.
Sella memeluk tubuhnya sendiri yang telah berhasil ditelanjangi oleh kakaknya sendiri. Matanya memanas dan mengancam akan mengeluarkan air mata.
"Belum apa-apa udah nangis." Romeo menangkup wajah Sella, lalu menyapu air mata yang mengalir turun melewati pipinya yang memerah.
Sella menangis tanpa suara dengan tubuh menggigil.
"Kamu cantik sekali, Sella." Romeo mencium bibir Sella. Dipeluknya tubuh Sella yang tak lagi memakai lembaran kain. Lalu diusapnya punggung lembut bagaikan sutra itu.
Sella memejamkan kedua matanya menahan rasa malunya saat ia dipeluk mesra dalam posisi telanjang bulat seperti itu. Bahkan saat kakinya terangkat dari lantai, Sella berusaha untuk tidak berteriak.
Romeo menggendongnya dan membawanya ke atas tempat tidur.
Berbagai cumbuan diterima oleh Sella dengan mata yang masih enggan untuk terbuka.
"Aahh Kak..." Sella meremas seprainya dengan erat kala bibir kakaknya turun ke dada, memainkan bukit kembarnya dengan gigitan dan hisapan penuh kehausan.
"Kak Meo... tolong... pelan-pelan..." Sella sedikit kesakitan karena remasan kuat di payudaranya, tetapi Romeo tidak peduli dan bertahan dengan permainannya yang kasar.
"Kak Meo ... aahh ..." Sella hampir saja menjerit keras karena dua jari kuat sekaligus masuk tanpa aba-aba, menerobos inti kewanitaannya yang tak lagi terlindungi.
"Pelankan suaramu, Sella."
Sella menggigit bibirnya. Sangat sulit untuk menahan diri agar tidak mengerang apalagi mendesah. Sella merasa jari-jari itu memainkannya dengan sangat panas. "Kak... aahh..."
Sella hanyut dalam permainan kasar Romeo. Ia mulai membuka matanya saat Kakaknya memaksa kedua kakinya untuk terpisah. Sella melihat penis kakaknya begitu tegak dengan urat kokoh mengelilinginya.
"Kak Meo..." Sella menatap Romeo yang saat ini juga tengah menatap dirinya dengan tatapan penuh keintiman.
Sella berharap kakaknya akan membalas ucapannya, atau setidaknya memeluknya dengan lembut namun kenyataannya Romeo masih lah sama. Selalu mengabaikan ucapannya.
Romeo tampak begitu angkuh di atasnya. Mendominasi seutuhnya atas tubuhnya. Sella memejamkan mata dan berharap kakaknya bisa lebih lembut dan menaruh kasih sayang kepadanya.
Malam itu menjadi malam kedua untuk mereka, dan tidak ada yang menyangka bahwa dibalik pintu kamar mereka telah berdiri seseorang yang tampak menikmati suara desahan merdu Sella. Tampak tangan yang telah berkeriput itu memegang batang kemaluan yang tersembunyi di balik celana panjangnya.
"Sella, setelah ini aku akan menikmati tubuhmu."
***
Cerita ini udah ada di Platform KARYAKARSA juga...
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo & Sella [21+]
RomanceDEWASA, MATURE, 21 +, ROMANCE, FULL OF DARK, MAINSTREAM *** "Kak... udah.. sakit.." "Diam, Sella. Nanti papa tahu!" "Tapi sakit kak..." Kasih sayang seorang kakak (ROMEO ALDO S.) yang berusia 25 tahun terhadap adik angkatnya yang masih berada di ban...